7. First Date
"Tadi Makan siang bareng Ben?" Elena mendongakkan kepalanya, kedua mata gadis tersebut menatap lurus ke arah Saga yang ternyata sudah berada tepat di sebelah tubuhnya.
Gadis itu mengangguk pelan, "Iya, kenapa?" Elena mengalihkan pandangannya sorot matanya menatap lurus ke arah ponsel kantor karena siang ini setelah jam makan siang ia harus membuat dua video lagi untuk di aplikasi tiktok, maka dari itu Elena tengah mencari inspirasi yang pas agar videonya kembali FYP dan viral agar semua orang beli brand baju milik Saga.
"Gak apa-apa sih, nanya doang,"
"Oh,"
Alhasil setelah percakapan itu keheningan kembali menyelimuti ruangan pada mereka berdua, kemudian setelahnya Saga masih tetap berada di sana berdiri sebari menyenderkan tubuhnya ke dalam tembok.
"Hari ini balik kantor ada acara?"
Mendengar hal itu membuat Elena reflek menggeleng kepalanya pelan, "Enggak sih kenapa?"
Entah kenapa Saga yang mengetahui jawaban Elena itu ia langsung merubah posisinya menjadi Tegap dan mendekat ke arah gadis itu.
"Kamu gak mau gitu keluar atau nongkrong di cafe gitu," Pancing Saga.
"Hari ini kan malam Minggu, biasanya anak Jaksel pada malam mingguan,"
Tunggu, ini maksudnya Saga mau ngajak Elena keluar atau ngdate? Gitu ceritanya? Apa gimana sih?
Elena memberhentikan pergerakannya, lalu menoleh ke arah Saga dan menatap lurus ke arah laki-laki yang tengah berdiri di hadapannya.
"Jadi gimana maksudnya? Kamu mau jalan sama aku? Gitu?"
Skakmat! Dan itu cukup membuat Saga tertawa kecil, emang yang Elena ini orangnya terlalu blak-blakan dan to the point. Dan Saga suka itu.
"Nah itu tahu," Saga terkekeh pelan, "Gimana mau gak?"
Elena tampak terdiam, terlihat bahwa ia sedang berfikir untuk menumbangkan tawaran yang baru saja Saga katakan kepadanya.
Lalu beberapa detik kemudian Elena mengangguk pelan, dan hal tersebut cukup membuat Saga tersenyum lebar.
"Jadi kamu mau ke-"
"Kita coba ke pasar malem daerah Manggarai yuk mau gak? Udah lama banget aku gak nikmatin suasana pasar malem sekaligus makan jajanan bocil," Potong Elena langsung yang menetapkan tujuan mereka berdua keluar nanti malam dan ia langsung mengalihkan pandangannya ke layar ponsel lagi untuk mencari refrensi.
Saga terdiam, rasanya ia ingin berdecak kagum terus menerus karena Elena sangat berbanding balik dengan Selin yang ke mana-mana selalu dirinya yang menentukan.
Sedangkan Elena? Gadis itu langsung bisa menentukan ke mana ia ingin pergi.
"Yaudah malam nanti aku jemput,"
Serentak Elena langsung menoleh, "Yakin mau jemput? Tau sendiri aku rumahnya masuk ke gang kecil,"
Saga terkekeh, "Tapi motor masuk kan?"
"Ya masuk sih,"
"Nah yaudah, gak usah di bikin repot." Tangannya mengelus ujung rambut gadis itu. "Nanti pulang bareng lagi ya, aku juga hari ini bawa motor,"
Langkah Saga menjauh, membiarkan Elena untuk melanjutkan pekerjaannya, sedangkan gadis tersebut ternyata tanpa Saga sadar bahwa wajahnya sudah merah seperti tomat akibat tindakan dan ucapan yang baru saja katakan kepadanya.
Iya kalian benar, Elena merasakan salah tingkah di sertai jantung yang berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya.
Sialan! Elena selemah itu
***
Malamnya, Saga pun menepati janjinya dengan datang ke rumah Elena setelah ia menyelesaikan urusan di kantor miliknya. Dengan membawa beberapa kantong plastik yang berisi berbagai makanan, Saga memasuki rumah Elena yang sederhana namun nyaman untuk di tinggali di perkampungan daerah Jakarta Selatan ini
"Permisi," Saga menunduk menyapa seorang laki-laki tua yang bisa di bilang bahwa beliau itu adalah ayah dari Elena yang sedang sibuk membaca koran di ruang tamu dengan pintu yang terbuka lebar.
Toni mendongak menatap Saga yang berada tepat di depan pintu ruang tamu, matanya sedikit ia sipitkan karena kedua mata yang sudah rabun jauh, belum lagi Toni yang belum pernah melihat laki-laki ini pun juga sedikit kebingungan . "Iya, nyari siapa?"
"Halo, saya Saga om," Sapa Saga yang masuk secara permisi kemudian menjulurkan tangannya untuk mengambil tangan Toni untuk ia kecup sekilas, "Elena ada om?"
Toni sedikit mengerenyitkan dahinya, Elena? Gak salah ini anak ganteng bawa motor gede nyari anak gue? Ucap Toni dalam hati.
"Ada ada,"Katanya, "Ada perlu apa ya?
Toni menarik nafasnya, sedikit sungkan dan gugup juga sebenarnya dengan apa yang ia hadapi saat ini.
"Saya Saga, temen kantornya om, mau ketemu Elena karena ada janji juga sama anak om,"
"Oh! Kalian mau jalan?" Celetuk Toni yang akhirnya paham dengan apa yang di maksud oleh Saga.
"Kamu bilang dong dari tadi, yaudah saya panggilkan dulu ya,"
Lalu beberapa detik kemudian laki-laki tua itu pun memanggil Elena, "ELENA TURUN SEKARANG! ADA YANG NYARIIN KAMU NOH!" Teriak Toni dengan suara keras.
Sedangkan Elena yang sejak tadi tengah bersiap-siap akhirnya keluar dari kamar, dan terburu-buru untuk turun ke bawah di karenakan ia juga tidak mau kalau Saga menunggu dirinya terlalu lama, " Bentar pa," sahut Elenaa yang terdengar lirih dari lantai atas.
Dengan penampilan hoddie berukuran besar yang berwarna hitam di sertai celana kargo warna army pendek di tengah-tengah lutut belum lagi dengan rambut yang sengaja ia Cepol membuat gaya Elena yang biasa saja terlihat luar biasa bahkan manis menurut Saga yang melihat pemandangan itu sekarang.
Memang kok, orang kalau muka sama tubuh mendukung kalau mau pake apa aja bakal cocok kan?
"Pa, Elena keluar dulu ya"
"Ke mana lu?"
"Manggarai, biasa pasar malem," Jawab Elena dengan senyuman lebarnya, sedangkan Toni hanya berdecak pelan sebari tangannya menyentuh ujung kepala milik Elena.
Lalu kemudian kedua matanya pun mengarah ke arah Saga yang juga berniat pamitan kepadanya.
"Nitip anak gadis saya ya," Kata Toni dengan ucapan lugas dan tegas.
"Iya pak, pasti," Saga tersenyum kearah Toni. "Kami pamit ya pak,"
***
Sebenarnya Pasar malam menjadi tempat yang ingin Elana kunjungi sebagai tempat kencan pertamanya bersama Saga. Ya sebenarnya Elena juga tidak tahu kalau ini bisa di bilang kencan atau tidak, tetapi yang pasti Elena memang sesuka itu dengan Pasar Malam. Bahkan pasar malam juga hari ini tMpN begitu ramai oleh pengunjung yang datang. Banyak sekali wahana permainan yang ingin Elena naiki bersama sang Bos yang baru saja ia kenal beberapa hari ini.
"Kamu di ajak tempat kaya begini, gak masalah kan Ga?" Ujar Elena kepada Saga, kepalanya mendongak menatap ke arah Saga yang juga akhirnya menoleh ke arahnya.
Langkah mereka berdua masih menelusuri jalan setapak pasar malam yang ramai di malam Minggu ini
"Nope, aku biasa aja. Malah seneng kalau cewek di ajak jalan dia punya tujuan sendiri mau ke mana. Jadi ke akunya juga gak bingung,"
"Masa?" Celetuk Elena tidak percaya. Dengan berniat menggoda laki-laki yang ada di sebelahnya ini
Saga mengangguk kepalanya, "Iya, karena selama ini selalu aku yang nentuin buat jalan keluar,"
Cukup dari situ, Elena sengaja tidak melanjutkan percakapannya, karena rasanya gak etis banget jalan berdua harus bahas orang lain.
Bener gak sih?
Ya anggap aja kalau Elena egois malam ini, di karenakan ia menghabiskan waktu berdua dengan seorang CEO muda dari brand baju ternama di Indonesia terlebih lagi ia adalah atasannya sendiri.
Ya kan aji mumpung.
"Btw kamu gak masalah kan aku pake baju kek begini Gak?"
Saga kembali menoleh, memandang ke arah Elena untuk memperhatikan gadis itu dari atas sampai bawah.
"Emang ada masalah ya Na?
"Ya enggak, maksud aku kali aja kamu gak nyaman sama outfit aku hari ini, padahal kamu udah rapih gini,"
Iya memang, maksudnya begini
Saga juga sebenarnya gak pake baju formal-formal banget, tapi gak tahu kenapa orang tuh kalau Mandang Saga hawanya high class banget, berbanding kebalik dengan dirinya sendiri.
"Kata siapa," Kekeuh Saga. Tangannya merangkul pundak mungil gadis tersebut. "Yang ada aku seneng lihat orang yang dandannya gak ribet. Terlebih lagi yang bagi dia itu nyaman terus enak di lihat aku gak masalah kok Na,"
Elena kembali terdiam, mulutnya sedikit merucut sekilas lalu menghela nafas panjang.
"Iyaiin aja deh, mulutnya lemes banget.
"Lemes banget gimana? Emang aku salah ngomong ya?" kata Saga bingung.
"Yang enggak sih Ga, cuma bikin anak orang salting aja dengernya,"
"Eh gimana?" Saga memastikan. "Salting gimana coba?" Saga mencoba menggoda gadis tersebut, dan itu cukup membuat Elena wajahnya kembali memerah seperti kepiting rebut yang matang
Si Saga ngadai-ngadi nih lama-lama.
"CK! Apaan deh. Udah ayo Kita ke sana dulu," ajak Elena yang sudah menarik tangan Saga pelan.
Gadis tersebut membawa Saga ke penjual aksesoris, dimana disana terdapat beberapa barang yang lucu. Bahkan Ia memilih beberapa bando yang menarik di matanya.
"Coba nunduk dulu Ga," Elena memakaikan bando lucu bergambar gajah di kepala cowok itu.
Melihat Saga tengah memakai bando berkarakter gajah itu membuat Elena sedikit tertawa gemas, "Astaga lucu banget!"." Elena langsung mencubit gemas pipi Saga gemas.
"Siapa yang lucu? Aku? Ya emang kali Na,"
"Idih! Orang bandonya .yang lucu," Elak Elena padahal faktanya ya memang benar Saga se lucu itu.
"Halah alasan! Sini sekarang kamu juga i aku pakekin,"
Algasul Elena jugamenurut dan mendekatkan tubuhnya pada laki-laki tersebut, setelah itu Saga tersenyum manis saat melihat Elena yang sudah ia pakaikan bando bergambar elmo di kepalanya.
Melihat itu rasanya Saga ingin mencubit pipi gadis itu karena gemas, tapi sayangnya Saga enggan melakukan hal tersebut karena ia takut membuat Elena sedikit risih, "Oke gini kan kamu juga lucu, jadi malam ini kita sama-sama keliatan lucu kan?" Puji Saga dengan senyuman ya g lebar
Elena ya g mendengar hal tersebut entah kenapa r flek menepuk dada Saga pelan dengan senyum malu-malu. "Apaan deh Ga, norak." Ujarnya.
"My cute baby girl." Bisik Saga tepat di telinga Elena yang semakin menjadi menggoda gadis tersebut di hadapannya.
Pipi gadis itu langsung bersemu merah. Gak bisa, Saga emang buaya darat yang pesonanya benar-benar tidak bisa ia lepas begitu saja.
Setelah membayar kedua bando lucu itu. Mereka memilih untuk pergi ke wahana bianglala.
Mereka berdua mengantre untuk mendapatkan tiket bianglala. Setelah menunggu antrean, akhirnya mereka bisa masuk ke dalam bianglala.
Elena dan Saga duduk berhadapan menjaga keseimbangan, tangan mereka masih saling bergandengan.
Senyuman laki-laki tersebut tak pernah pudar saat melihat wajah Elena yang sedekat ini sekarang.
"Na?" Panggil Saga kepada Elena membuat gadis tersebut menoleh ke arah Saga dan menatapnya lurus.
"Kenapa?"
Saga menghela nafas panjang, tangannya meraih tangan lembut milik Elena.
"Gue cuma mau bilang kalau-," Matanya menatap lurus ke arah gadis yang berada di hadapannya. "Aku udah narik kamu ke situasi yang rumit sekarang ini,"
"Dengan alasan yang belum bisa aku jelasin, tapi yang pasti Na,"
Dengan bianglala yang sudah berjalan secara perlahan, Saga reflek berpindah posisi tepat di sebelah tubuh gadis itu tetapi dengan tangan yang masih saling bertaut.
"Aku benar-benar gak menyesali apa yang aku perbuat sama kamu beberapa hari terakhir ini," Lanjut Saga menjelaskan agar Elena tidak berfikir yang tidak-tidak terhadapnya, karena jujur sebenarnya situasi mereka ini memang sangatlah sulit sekaligus sensitif.
Maka dari itu ia tidak ingin terlalu membuat Elena kesulitan jika dengan dirinya.
"Ga, is okay," Elena menarik tangannya pelan yang tadi Saga sentuh dan ia elus pelan.
"Aku juga sadar sebenarnya situasi kita itu bisa di bilang salah, tapi yang pasti aku dan kamu itu saling menguntungkan di jalan kita masing-masing. Benar?" Kata Elena lagi.
Terlihat bahwa Elena menghela nafas panjang, Dengan tujuan yang entah itu apa, karena kita berdua gak saling menjelaskan apa alasannya,"
"Kamu yang enggan ngasih tahu aku sekarang dengan alasan tertentu seperti yang kamu bilang tadi, begitu pun juga aku. Maka dari itu tujuan dan alasan kita untuk kedekatan ini cukup di keep dulu aja,"
"Ada saatnya kok kita saling bertukar alasan di saat keadaan kita gak sulit," Elena terkekeh pelan "Dan entah itu kapan akan terjadi,"
Iya, itu benar. Ini adalah hubungan gelap yang terjadi di antara Elena dan juga Saga di mana hal tersebut tidak akan titik terang sampai Saga benar melepaskan Selin dari hidupnya.
Dan Elena pun tidak mematikan hak tersebut, karena pikirnya lebih baik untuk mengikutin alur yang di bawah oleh laki-laki tersebut di sertai Elena memanfaatkan Saga untuk keinginannya pribadi.
Iya, lebih baik seperti itu.
Jika sampai Elena jatuh ke dalam pesona Saga terlalu jauh pun itu juga semakin sulit untuk Elena, yang ada bukan memanfaatkan tetapi malah jatuh ke dalam lubang neraka yang mampu membuat Elena bertindak bodoh ke depannya
Ayolah, Elena tidak ingin seperti itu, karena bagaimana pun Elena masih menghargai Selin sebagai kekasih Saga.
Dan Saga pun juga ternyata berfikir sama, ia tengah mencari cara agar ia keluar dari hubungannya bersama dengan Selin.
Yang cukup membuat Saga jenuh selama beberapa tahun terakhir ini
