Pustaka
Bahasa Indonesia

Sentuhan Gelap Elena

50.0K · Tamat
ADM Novels
28
Bab
526
View
9.0
Rating

Ringkasan

Hubungan Saga dan Selin yang telah dijalin semenjak Saga merangkak naik di karirnya perlahan retak kala Elena masuk ke kehidupan pria itu.

RomansaMetropolitanPengkhianatanDewasaBaperMenyedihkanWanita Cantik

1. Awal pertemuan

Saga membaca beberapa berkas CV di sana, hampir sekitar lima belas menit dirinya beristirahat karena sejujurnya sejak pagi ia bertugas untuk menginterview beberapa kandidat untuk di jadikan marketing atau bisa di bilang social media specialist.

Di mana hal itu akan berguna untuk memajukan usahanya yang berada di bidang fashion.

Iya, Saga adalah seorang laki-laki yang baru saja berumur 25 tahun. Dengan nama lengkap Muhammad Saga Raditya di mana ia berhasil menjadi seorang CEO muda setelah dirinya lulus kuliah satu tahun yang lalu.

Ya sebenarnya sih tidak semudah yang di bayangkan ya, awal lulus SMA lalu waktu awal masuk kuliah terbesit ingin melakukan bisnis, ya itung-itung but nambah jajan uang saku sebenarnya.

Hanya dengan modal nekat tiga ratus ribu, Saga memilih membeli ball baju thrift di mana hal tersebut belum terlalu ramai dulu.

Ya untungnya isi baju thrift tersebut tidak ada yang zonk sama sekali, alhasil ia melakukan jualan bisnis tersebut lancar jaya, ya walaupun ada naik surutnya tapi Saga tetap tidak menyerah sampai pada akhirnya dirinya mempunyai brand pakaian sendiri di mana merknya sangat di sukai kalangan banyak orang terutama remaja.

Omsetnya semakin tahun semakin meningkat, sehingga Selin sang kekasih yang selalu menemaninya dari 0 menyarankan untuk mencari marketing online dan social media specialist untuk mempromosikan brand usahanya di semu social media dan Saga tentu menuruti hal tersebut karena di jaman sekarang social media itu sudah super duper sangat canggih ketimbang jaman dirinya masih SMA.

Sudah empat orang yang ia interview, dari lulusan SMA, D3, S1 masih saja belum ada yang pas dan cocok di posisi tersebut.

Dan sekarang, ini kandidat terakhir. Di mana CVnya terlihat cukup menarik sebagaimana pendidikan hanya sebatas lulusan SMA saja.

Dengan umur yang terbilang sedikit muda darinya, ya hanya beda dua tahun saja sih.

Tapi memang CV yang orang itu buat cukup membuat Saga penasaran dengan skill yang ia miliki.

“Ben, panggil gih orangnya. Gue udah siap nginterview lagi,” Celetuk Saga kepada Ben, adek sepupunya yang tengah menjadi karyawan staff toko selama tiga tahun terakhir dan tentunya dia adalah orang yang Saga percaya sebagaimana dirinya mempunyai manager dan sebagainya.

“Sip,” Timpalnya, dengan ponsel yang ia masukan ke dalam saku celana laki-laki itu, langkahnya keluar suara berat memanggil nama orang tersebut dengan nada formal.

“Elena?”

Dan gadis yang di panggil itu mendongakan kepalanya, dengan rasa yang sigap ia langsung bangkit dan berjalan menuju ke arah ruangan di mana Ben tengah memanggil namanya.

Senyuman manisnya merekah, bahkan membuat Ben terkesima melihat senyuman gadis tersebut terlebih lagi senyuman tersebut disertai satu lesung pipi di bagian kirinya.

“Terimakasih ya kak,” Jawab Elena sopan dan melewati Ben begitu saja saat ia sudah masuk ke dalam ruangan Saga.

Harum semerbak dari diri Elena masuk ke dalam indera penciumnya, membuat Ben sedikit memaki di dalam hati bahwa gadis yang tengah di interview kakaknya itu benar-benar spek bidadari dan cocok untuk di jadikan talent di social media spesialistnya nanti.

Kalau di terima sih, karena ya cocok juga buat jadi talent bukan? Karena bagaimana pun fisik Elena juga mendukung banget!

Untuk menjadi social media specialist kan memang paras yang diutamakan terlebih lagi juga rasa percaya diri di depan kamera juga penting bukan?

Maka dari itu Ben memastikan bahwa Elena memamg kandidat terakhir. Karena sejujurnya ia menaruh ekpetasi besar kepada gadis tersebut.

Sesudah pintu tertutup Ben melangkahkan kakinya, mengadah ke arah Saga dan juga Elena yang sedang berbincang.

Sayup-sayup ia sedikit mendengarkan, walaupun tidak terlalu jelas setidaknya ia paham apa yang di bicarakan mereka berdua.

“Oke Elena, kayanya memang kamu kriteria kandidat yang sedang saya perlukan deh,” Ucap Saga sebari bolak balik membaca berkas yang tengah ia pegang.

Kepalanya mendongak menatap ke arah gadis itu dengan tatapan yang tidak bisa Elena bahkan Ben tebak.

“Dengan Salary yang saya sebutkan tadi kalau seumpama saya menerima kamu, kamu setuju?”

Elena mengangguk pelan, tersenyum kikuk sebari sedikit berdehem pelan “Salary bagi saya oke kok kak, kalau memang kakaknya mau memakai jasa saya untuk digital marketing dan social media specialist,” Jawab Elena mantap

Membuat Saga pun menganggukan kepalanya pelan.

“Oke, kalau seumpama kamu setuju. Mulai besok bisa mulai kerja? Kalau iya akan saya siapkan kontrak untuk kamu tanda tanhamo besok,”

Mendengar hal tersebut Elena tersenyum lebar, kepalanya mengangguk semangat membuat Ben yang sejak tadi memperhatikan itu merasakan jal gemas kepada Elena.

“Oke kak makasih, aku akan ngasih yang terbaik buat perusahaan kakak ya,” Jawabnya.

Membuat Saga terkekeh pelan, ah ia menyadari bahwa gadis yang tengah berada di hadapannya ini sedikit menggemaskan ternyata.

“Panggil Saga aja, biar akrab. Karena di sini karyawan kalau manggil saya Saga,” Jelasnya membuat Elena sedikit mengangguk ragu.

“Eh serius?”

Saga membenarkan, “Iya emang seperti ini, saya terlalu gak suka banget kalau kaku-kaku gitu. Paling juga lama kelamaan kita berdua bahasanya gak terlalu formal,”

Elena mengerti, senyumnya kembali merekah, lantas menjulurkan tangannya berniat untuk bersalaman karena akhirnya gadis itu pun memiliki pekerjaan setelah sekian lama menganggur.

Jujurly emang secapek itu ternyata jadi orang pengangguran belum lagi kalau kedua orang tuanya ribet nyuruh ini itu perihal dia di kata gak ngapain-ngapain di rumah.

Padahal jelas Elena tuh kalau di rumah pas ngamghur kemarin lagi sibuk nyari kerjaan buat dia sendiri biar gak membebani mereka lagi gitu loh karena gimana pun anak perawannya ini udah gede.

“Makasih ya kak! Eh maksudnya,” Potong Elena keceplosan. “Maksud aku Saga,”

Saga membalas salaman itu dengan santai, “Is okay,” Celetuk Saga.

“Berarti besok ready buat kerja ya?”

“Yap! Ready kok,”

“Okay, dengan device kamu udah di siapkan di sini. Jadi ya gak perlu kerja pakai hp pribadi kamu karena gimana pun itu tanggung jawab perusahan,”

“Jadi kamu cuma nyari ide dan sebagainya aja di kantor terus juga nanti biar aku ngasih brief buat di halaman social media perusahan,”

“Sanggup kan?” Kata Saga lagi hanya untuk memastikan Elena mampu apa tidaknya. Ya maksudnya biar Saga nanti gak susah-susah banget ngajarin sekaligus gak terlalu banyak jelasin juga bukan?

Karena ya Saga gak setiap hari stay di kantor karena untuk bulan depan ada rencana juga untuk buka cabamg di daerah kota Bekasi setelah toko dan kantor lumayan sukses di Jakarta pusat.

Terlebih lagi, iya belum juga menemukan ruko yang pas padahal grand opening udah H-29, alhasil Saga pun meminta bantuan Selin di mana gadis itu tengah sibuk skirpsinya di fakultas kedokteran.

“Okay kak, thank you! Kalau begitu aku izin pulang ya! See you tommorow!” Elena bangkit. Lantas segera berjalan keluar melewati Ben yang ternyata sudah membuka pintu untuk Elena.

Senyumnya mengembang melihat perlakuan Ben, “Makasih ya kak,” Katanya sebari nyelonong pergi begitu aja sehingga harum tubuh semerbaknya kembali memasuki indera pencium milik laki-laki itu.

Setelah gadis itu pergi, Ben menoleh ke arah Saga. Langkahnya terarah kepada laki-laki tersebut.

“Ga Ga, kacau sih tuh cewek gak ada obat,” Kata Ben heboh yang masih saja mengagumi Elena di mana jelas Elena sudah pergi dari situ.

“Gak ada obat gimana?” Tanya Saga tanpa meihat ke arah Ben yang tengah antusias membahas Elena sekarang ini.

Ia masih sibuk membersihkan benerapa berkas di hadapannya. Terlebih lagi ia juga jarus menyiapkan brief untuk pekerjaan Elena besok agar dirinya bisa langsung bekerja tanpa lelet.

“Iya, udah cakep mana wangi lagi,” kata Ben semangat. “Sumpah sih pengen gue pepet rasanya,”

“Boleh ya?”

Saga paham maksud Ben, ya sebenarnya gak masalah sih karena sejujurnya juga bukan urusan Saga jika hal seperti ini dan lagi Saga juga tidak melarang para karyawannya terjadi cinlok di sini.

“Intinya jangan nyakitin anak orang aja, lo kan buayanya udah level dewa,” Celetuk Saga jujur membuat Ben sedikit merutuki sepupunya itu dengan jelas.

Saha hanya tertawa, lantas bangkir dari duduknya. “Gue cabut dulu, mau lihat ruko di Bekasi sekaligus mau jemput Selin dulu di kampus. Titip toko ya bro,”

“Yeee, santai aja sama gue. Asal gajih gue nambah aja,”

“Dih ngarep lu anjing,”

Ben hanya tertawa, sedangkan Saga juga begitu. Namun dengan langkah lebar yang menuju keluar ruangan di lanjut menuju keluar kantor untuk ke parkiran ke arah mobilnya.

Kedua matanya menemukan sesosok Elena yang masih saja duduk di depan toko sebari memainkan ponsel berbalut warna merah muda di sana.

Niat hanya berbasa-basi sebenarnya agar ia bisa akrab dengan karyawan baru, Saga pun menyapa gadis tersebut. “ Belum pulang Na?”

Mendengar seseorang mencoba untuk mengajaknya berbicata Elena menoleh sekaligus mendongakan sesikit kepalanya untuk memastikan siapa orang yang tengah berniat mengajaknya mengobrol.

Sadar dan tahu bahwa Saga yang mengajaknya bicara, reflek Elena berdiri mencoba sopan kepada atasan yang umurnya mungkin gak jauh beda dengan dirinya sendiri.

“Kak Sa- eh maksudnya Saga. Iya nih saya belum pulang lagi nungguin transjakarta,” Jawabnya sopan.

Di pikir-pikir gak enak juga ya kalau ngomong formal begini.

“Ngomongnya santai aja, gue agak gak suka kalau tiap jari formal begini,”

Elena mendengar itu mengangguk kaku, “Saga ke mana? Pulang?”

“Iya nih, mau jemput cewek gue ke UKI sekaligus nanti mau survey ruko di Bekasi, by the way rumah lo di mana?”

“Oh itu, di cawang nih deket sama PGC,”

“Lah? Deket dong? Yuk bareng aja sama gue sejalur ini,”

Elena tampak terlihat ragu, tapi juga di sisi lain kalau di pikir-pikir juga bisa irit ongkos gak sih? Karena saldo e-moneynya juga gak terpotong ya walaupun cuma sebatas tiga ribu doang.

Tetapi tetap saja! Elena kan lagi masa pengiritan.

“Boleh,” Jawab Elena setelah dirinya memutuskan untuk menerima tawaran bosnya barusan. “Tapi serius gak apa-apa kan?”

Mendengar hal tersebut Saga sedikit terkekeh pelan, agaknya ia paham dengan keraguan yang tengah di landa Elena.

“Cewek gue aman kok, gak securigaan itu,”

Mendengar hal tersebut Elena sedikit mengkerutkan keningnya sebari menatap Saga heran, bentar deh kan maksud Eleka bukan kek gitu. Kenapa si wajahnya sedikit mencurigakan dengan hal sensitif seperti yang disebutkan Saga.

“Tapi Elena gak bermaksud kaya tadi,”

Mendengar pernyataan yang baru saja di lontarkan Elena membuat Saga sedikit tertegun.

Sialan! Definisi memalukan yang tidak pernah ia sangka sebelum-sebelumnya.

Apa karena perihal banyak deretan gadis yang Saga berniat baik kepada mereka menganggap hal tersebut adalah hal yang tidak biasa karena rasa sungkan mereka terhadap Selin.

“Ah! I see,” gugup Saga, ia sedikit berdehem pelan akibat salah tingkah akibat kemaluan yang dia perbuat sendiri.

“Masuk aja ke mobil, kita berdua pulang bareng mumpung searah,”

Dan tanpa di sadari keduanya, itu adalah awal mula malapetaka pada hubungan Saga dan Selin yang sudah masuk kedalam lingkar keseriusan.