Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5. Permintaan Selin

Besoknya Elena tidak bertele-tele ataupun menyapa basa basi seperti kemarin, berpas-pasan dengan Ben pun ia terus berjalan lurus melewati laki-laki itu sampai-sampai Ben sedikit kebingungan.

Setelah gadis tersebut selesai menaruh tas dan sebagainya di loker, ia berniat untuk masuk ke dalam ruangan.

Ia tidak peduli dengan Saga yang sudah datang atau belum, dengan tekad yang sempat ia pikirkan kemarin rasanya tidak etis juga jika dirinya harus menuruti hasrat yang ingin ia lakukan.

Dirinya sejak awal kan niatnya bekerja dengan aman tentram sentosa, halal juga sekaligus gak merugikan orang lain gak sih?

Tapi ayolah di sini godaannya sangat besar sekali dan itu cukup membuat seorang Elena juga bimbang sebenarnya.

Dengan tangan yang sudah ia tarik knop pintu sekaligus langsung membuka pintu ruangan Saga bersama dirinya.

Ternyata tanpa ia duga Saga sudah datang terlebih dahulu, melihat Elena yang tengah berdiri di ujung pintu membuat laki-laki itu tersenyum kecil

"Morning," ucapnya dengan nada berat di sertai serak. Sialnya mendengar suara laki-laki itu cukup membuat kedua kaki Elena rasanya mleyot seperti lilin yang mencair.

Ngadai-ngadi emang si Saga.

Elena masuk, sebelumnya dia menutup pintu terdahulu bahkan Elena aja enggan menjawab untuk merespon ucapan seorang Saga.

"Udah sarapan?"

Kan?! Ini sebenarnya kek gimana sih? Di respon serba salah kalau gak di respon di kira gak sopan sama atasan.

Tapi ayolah Elena juga ingin tahu tujuan Saga sebenarnya perhatian begini kepada Elena apa? Yang jelas di sisinya sudah ada seorang Selin.

Elena duduk di atas bangkunya, tangannya menyalakan MacBook yang berada di atas meja.

"Kenapa sih Ga?" Dengan mata yang mengarah lurusnke arah laki-laki tersebut.

"Demi apapun baru hari pertama kerja gue rasanya di obrak-abrik,"

Padahal, niatnya tidak berniat sengaja, ngegas atau semacamnya sih Elena berniat ngobrol dengan laki-laki yang berada di hadapannya sekarang, tapi entah kenapa perasaan yang ada di dalam dirinya biru bergejolak tidak karuan akibat semua perlakuan Saga sejak kemarin.

"Gue tuh gak ngerti sama pikiran apa lagi di dalem kepala Lo mau nya apa, di kata Lo nyium gue tanpa permisi itu bikin gue biasa aja kaya Lo?"

"Please! Enggak! Yang ada bikin gue makin puyeng dan maju mundur lanjut kerja apa nggak,"

Selesai mengucapkan seperti itu nafas Elena ternyata terengah-engah, bahkan membuat Saga terdiam menatap lurus ke arah Elena yang ternyata seperti menahan tangis.

Baiklah, Saga paham dan mengerti apa yang ia lakukan secara ceroboh kemarin membuat dampak tidak mengenakan bagi Elena dan itu cukup membuat Saga merasa bersalah

Tidak hanya kepada Selin bahkan kepada Elena juga sekarang.

Dengan posisi yang masih duduk di bangku milik Saga, laki-laki itu bangkir dari duduknya kemudian langkahnya mendekat ke arah Elena yang setelah Saga berniat menghampiri ia mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Na, for first Time i'm sorry," Celetuk Saga yang akhirnya membuka suara sesudah Elena berkoar-koar kepadanya.

"Gue tau gue gak bisa nahan diri buat ngelihat Lo apalagi waktu di dekat Lo padahal udah jelas banget gue udah punya cewek,"

"Tapi Na, gue manusia yang gak bisa nahan naluri atau perasaan untuk menyukai seseorang sebagaimana gue taken,"

Elena menoleh, "Jadi Lo memutuskan memulai perselingkuhan dengan gue gitu?" Tebak Elena langsung dan itu mampu membuat Saga terdiam begitu saja.

"Demi tuhan Ga, gue sampai detik ini masih trauma dengan perselingkuhan. Masa iya gue sekarang yang jadi bahan perselingkuhan orang lain, mana bos gue lagi," kekehnya remeh sebari menggeleng kepalanya pelan.

Rasanya ia ingin menertawakan dirinya sendiri yang ternyata ia tengah terjebak di situasi yang sulit.

Dan itu sangat membuat Elena ingin memaki semua orang termasuk Saga.

"Nggak gue gak berniat buat Lo jadi selingkuhan," jawab Saga mantap.

"So? Dengan kondisi Lo sekarang gue mau di jadikan apa?"

Saga menghela nafas, "Simple Na, gue emang udah lama jalin hubungan sama Selin. Tapi bukan berarti Selin tujuan gue,"

Saga menatap ke arah lain, "Gue masih nyari seseorang yang bisa memahami gue dari luar dan dalam bahkan kondisi keluarga gue,"

Di detik itu juga Elena paham, mengapa Saga bersikap seperti itu kepadanya karena laki-laki di hadapannya ini tengah mencari seseorang untuk ia pulang.

***

Sorenya setelah Elena fokus mengerjakan brief begitu juga Saga yang tengah sibuk ke ruangan, tempat packing bahkan toko. Sekarang adalah jam mereka berdua dan karyawan lainnya pulang.

Setelah Elena mematikan MacBook, terdengar pintu terbuka dan itu reflek membuat Elena menoleh.

Ternyata, kedua matanya menemukan sosok Saga yang sedang tersenyum ke arahnya, dan dari sudut Elena berdiri saja sudah terlihat jelas bahwa Saga tengah kelelahan.

"Mau langsung balik?" Tanyanya kepada Elena.

Elena mengangguk kepalanya, "Iya,"

"Mau bareng? Mumpung gue mau ke UKI jemput Selin buat survey ruko di Bekasi,"

Gerakan Elena saat membersihkan meja kerjanya yang sedikit berserakan membuat pergerakannya berhenti, hanya beberapa detik kemudian ia lanjutkan dan langsung menatap ke arah Saga.

Bisa aja ya ni orang nyari kesempatan.

Ya Elena sih tipikal orang yang aji mumpung juga sebenarnya, maksudnya kalau balik begini yang bikin dirinya ngirit ongkos pulang.

Tanpa ragu Elena mengangguk kepalanya mendakan bahwa dirinya setuju dengan tawaran Saga yang ia tawarkan kepadanya.

Melihat respon Elena membuat Saga tersenyum lebar, lantas langkahnya mendekat menyodorkan kunci mobilnya kepada gadis itu.

"Masuk dulu aja ke dalam mobil, nanti aku nyusul," Ucapnya kemudian melangkah mengurangi jarak di antara mereka berdua.

Kedua sorot mata Elena masih tidak lepas dari Saga yang tengah sibuk membersihkan mejanya,

Ni orang sehat gak sih? Udah tau Elena tuh gak bisa mobil mana di suruh ke mobil buka pintu.

Dahlah sulit emang kalau temenan atau berhubungan sama orang yang berduit.

Ya kalian bisa bilang kalau Elena katro, atau gaptek memang kenyataannya seperti itu karena Elena terlahir dari kalangan keluarga sederhana jadi ya circlenya pun orang-orang itu aja.

Sadar bahwa Elena belum keluar juga dari situ membuat Saga memberhentikan langkahnya, kemudian kembali berjalan ke arah Elena heran.

"Kenapa Na?"

Terlihat wajah ragu sekaligus wajah tidak enaknya kepada Saga dan itu cukup membuat Saga bisa menebak.

"Gak ngerti cara buka kunci mobil?" Tanya Saga dengan nada lembut dan tentu seperti dugaannya Elena pun mengangguk kepalanya pelan dengan penuh perasaan ragu.

Sedangkan Saga, laki-laki itu sudah tergelak akibat respon Elena yang menurutnya menggemaskan.

Tidak, maksudnya memang sangat menggemaskan.

Dengan wajahnya yang lugu sekaligus polos sebari memegang kunci mobilnya itu membuat Saga tertawa renyah melihatnya.

" Kenapa gak bilang sih," tangannya mengelus pelan ujung kepala Elena.

"Kamu tinggal pencet tombol warna hijau aja, itu udah ngebuka kunci pintu mobil,"

Elena mengangguk patuh sebari mengingat apa yang di jelaskan Saga kepadanya.

"Oke-oke,"

"Udah ngerti?" Tanya Saga memastikan dan Elena pun tersenyum lebar.

"Udah kok, thank you ya,"

"Anytime Na" Jawab Saga dengan senyuman manisnya.

Melihat Elena melangkah kan kakinya keluar dari ruangan membuat Saga menghela nafas panjang.

Semoga, apa yang ia lakukannya sekarang tidak membuat seorang Saga merasakan penyesalan yang luar biasa atau semacamnya.

***

Sesudah mengantarkan Elena tepat di depan gang kecil rumahnya saat ini Saga sudah bersama Selin di dalam mobil miliknya.

Setelah ia menjemput Selin di kampus gadis itu belum ada obrolan yang memulai di antara mereka berdua

Sejak awal Selin naik ke dalam mobil Gadis itu sudah fokus dengan ponselnya.

Di sertai dahi yang mengkerut membuat Saga mengerti bahwa apa yang sedang Selin rasakan.

Ya wajar lah, namanya juga orang kalau sibuk sama skripsi pasti begitu bukan?

Lantas dengan beberapa menit mereka berdiam, terdengar helaan nafas dari Selin dan ia langsung tersenyum sebari menurunkan ponsel miliknya lalu menoleh kepada Saga.

"Kamu udah makan belum?"

Saga menggeleng, "Belum sempet, hari ini aku sibuk banget ngurus perihal packing sama banyak juga yang Dateng ke toko,"

Mendengar hal tersebut membuat Selin senang mendengarnya, "Bagus dong, kalau gitu sebelum liat ruko kita makan dulu ga? Aku juga laper nih belum makan dari pagi,"

Saga menoleh sekilas, kemudian kembali fokus ke depan lebih tepatnya ke jalan raya karena dirinya tengah menyetir mobil.

"Kenapa? Aku kan udah bilang jangan di biasaiin gak sarapan Sel,"

"CK! Padahal kamu juga gak biasa sarapan pagi kan?"

"Ya tapi kan aku selalu ganjel perut pake roti atau susu,"

"Iya-iya si addict susu kotak strawberry," goda Selin sebari mencubit kecil pipi tirus milik Saga.

Saga hanya terkekeh pelan, dan kemudian mereka berdua pun kembali terdiam membuat atmosfir dalam mobil kembali dingin akibat AC.

"Oh iya Ga, aku boleh minta sesuatu gak?" Celetuk Selin tiba-tiba membuat Saga reflek menganggukkan kepalanya pelan.

"Boleh, selagi aku mampu ya,"

Selin mengerti, terlihat senyum yang tadi terlihat mimik wajahnya berubah menjadi serius dan Saga menyadari hal tersebut akibat kedua matanya sempat melirik sekilas ke arah gadis tersebut.

"Kalau semisal aku minta kita tunangan mau gak Ga? Maksudku kamu keberatan gak?"

Mendengar hal tersebut rasanya Saga seperti di hujani batu besar ke arahnya bahkan seperti yang kalian tahu jantungnya saja berdetak kencang tidak karuan.

Bukan karena salah tingkah atau semacamnya, yang ada ia merasa panik harus menjawab seperti apa.

Karena seperti yang kalian ketahui beberapa waktu tadi bahwa Selin bukanlah tujuan Saga bukan? Dan dengan Selin yang meminta kepadanya untuk mengikat gadis tersebut membuat Saga sedikit kebingungan menjawab seperti apa dengan cara yang logis.

"Bukannya kamu masih fokus nyusun skripsi sama sidang ya Sel?" Tanya Saga hati-hati.

Selin pun mengangguk untuk menjawab pertanyaan yang di lontarkan Saga, "Iya memang, bahkan dua Minggu lagi aku bakal revisian setelah itu beberapa bulan kemudian aku bakal sidang," terlihat Selin tengah menghela nafas panjang.

"Nah itu tau kamu lagi sibuk-sibuknya, kenapa tiba-tiba mendadak kamu pengen kita lamaran?"

Selin diam, ia belum enggan menjawab pertanyaan Saga terhadapnya, terlihat bahwa gadis itu tengah menatap ke arah luar jendela dengan tubuh yang ia senderkan begitu juga tangan yang ia lipat di depan dada.

"Aku capek Ga," Jawabnya setelah beberapa menit sempat terdiam.

Sekilas Saga pun diam, saat ini kepalanya tengah berpikir ke mana-mana setelah Selin mengatakan hal seperti ini.

Dan yang bikin dirinya bingung adalah, apa yang bikin dirinya lelah? Apa perihal skripsinya saja? Tapi ayolah dulu juga Saga seperti itu kok.

Lantas apa lagi yang mampu membuat seorang Selin lelah dengan kehidupannya di mana kehidupan gadis tersebut lebih sempurna bahkan beruntung ketimbang dirinya.

Selin mempunyai previlage sejak kecil, keluarga yang utuh dan juga sempurna, terlahir dari keluarga yang kaya dan terhormat belum lagi hampir semua anggota keluarganya dokter bahkan kakaknya, belum lagi adiknya yang juga di persiapkan untuk menjadi dokter di masa mendatang.

Lalu apa alasan kuat untuk membuat seorang Selin lelah?"

"Gimana Ga? Bisa nurutin kemauan aku?" Sambung Saga setelah mereka berdua saling terdiam lumayan lama.

Dan Saga memilih untuk diam setelah Selin memastikan hal tersebut kepadanya

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel