3. Kenyamanan
Elena turun dari bis transjakarta, kedua matanya fokus ke arah kantor yang hari ini akan ia masuki dan terus ia datangi beberapa waktu ke depan.
Dan juga mungkin bisa membuat Elena nyaman, tapi bisa di tegaskan atau di tekankan, nyaman bukan karena Saga tapi dengan lingkungan yang menurut dirinnya tidak toxic apalagi karyawan lain.
Salah satunya ini, laki-laki yang Elena tahu memanggil namanya saat interview. Memanggil dirinya dengan rasa antusias.
“Hey! Baru nyampek?” Tanyanya setelah ia memarkiran motor di parkiran, langkahnya langsung menghampiri Elena sekaligus mencoba mensejajarkan langkah mereka berdua.
Mendengar hal tersebut Elena menganggukkan kelapalanya pelan, senyum kecilnya terlihat manis bagI Ben yang memang sudah mengagumi gadis itu sejak awal datang kemari.
“Iya nih, untuk gak kejebak macet,”
Yap! Jakarta is crazy town! Karena dengan adanya hari weekday semua orang sibuk berlalu lalang untung pergi bekerja, bahkan bisa membuat kemacetan di jalan. Ya walaupun gak hari weekday aja sih. Weekend juga sebenarnya iya. Yaa! Tapi apa daya semua di daerah kota kan memang begitu? Kalau memang adek ayem tentram ya pergi ke desa aja.
“Ahh i see! Nanti tas kamu tari di pantri aja. Lokernya aku tunjukin sekaligus aku kasih kunci buat kamu naro barang-barang di sana,”
“Beres itu kamu langsunng aja keruangan Saga, tunggu dia di sana karena selama kerja nanti kamu seruangan sama bos kamu karena brief masih dia yang buat,”
“Tapi kalau misal kamu mau bikin konten terserah di mana aja, mau di toko kek atau di kantor kek. Bebas!” Jelas Ben kepada Elena yang juga sejak tadi memperhatikan apa yang laki-laki itu jelaskan kepadanya.
Sebenarnya sih awal Ben menjelaskan Elena masih fine-fine aja. Tetapi setelah ia tahu bahwa ia bekerja harus seruangan dengan Saga kan bikin Elena rasanya ingin lari aja dari situ, pdahal jelas sejak kejadian kemarin hanya Saga yang ingin ia hindari sejak tadi malam.
Tapi sayang, Tuhan tidak mendengar sekaligus menjabah apa yang ia inginkan dan ia harapkan. Sialan!
“Harus banget ya satu ruangan sama kak Saga ya kak?”
Ben hanya mengangguk pelan, tangannya memberi kucin loker kepada Elena dan Elena pun menerimanya.
Tangannya menunjuk ke arah Loker kosong yang akan Elena gunakan. “Iya, kalau social media specialist itu seruangan sama bos langsung. Karena gimana pun teman buat berdiskusi kerjaan cuma Saga, beda kalau kepala toko kaya aku terus packing dan lain sebagainya. Ada ruangan sendiri,”
“Aku kira ruanganku gabung gitu sama kalian,” Jawab Elena
Mendengar hal itu Ben terkekeh pelan, “Enggak haha. Kenapa? Takut ya? Santai, Saga gak sejahat dan semenyermkan itu kok,”
Elena hanya tertawa kecil, mencoba untuk mengikuti candaan Ben yang sedang berusaha menghiburnya.
Oke lah, semoga berjalan lancar dan tidak ada kejadian yang mampu membuat Elena menyesal di kemudian hari ya.
"Gitu ya?"
Ben hanya mengangguk, setelah selesai memasukkan tas dan barangnya ke dalam loker lalu menyisir rapih rambut cepaknya laki-laki itu menoleh ke arah Elena yang masih melihat ke arah Ben sambil menyenderkan tubuhnya ke loker.
"Good luck!" Ucapnya penuh semangat kepada Elena dengan senyuman ramah kepada gadis tersebut.
Elena hanya terkekeh pelan sembari menggeleng kepala akibat melihat kelakuan Ben yang menurutnya sedikit kekanakan.
"10 menit lagi Saga Dateng, kamu langsung aja ke ruangannya, kan ada di samping kanan kursi meja di sana. Nah itu buat tempat kamu,"
Elena hanya mengangguk pelan, "Makasih ya kak infonya, dari awal udah jelasin ini itu ke aku," senyum Elena mengembang membuat Ben yang melihat itu rasanya ingin menghilang begitu saja, karena ya jelas itu senyumnya itu loh anjir cakep banget!
Rasanya Ben jadi Salah tingkah.
"Panggil Ben aja, kita cuma beda satu tahun doang," Kata Ben menjelaskan dan Elena yang mendengar hal itu mengangguk mengerti.
"Okay, Ben ya," Elena mengangkat kedua dua jempol tangannya ke arah Ben.
"Semangat kerja!" Sambungnya.
Sebenarnya bagi Elena hal seperti itu hanya buat sekedar keramahan dan agar membuat lawan bicara semangat juga, ya bisa di bilang hal yang sangat biasa
Tetapi tidak bagi Ben yang ternyata memang laki-laki itu sudah sangat tertarik kepada Elena, baginya itu adalah hal yang tidak biasa dan jelas luas pasti kalau Ben baper tidak jelas sekarang.
Selucu itu!
Setelah Ben melangkahkan kakinya untuk pergi dari situ, sekarang hanya ada Elena seorang diri. Pikirannya entah kenapa pagi ini sedikit agak berkecamuk.
Apa mungkin perihal apa yang terjadi kemarin?
Ah! Menyebalkan. Ayoo lupakan karena kalau udah gak fokus Elena suka lupa sama tujuan dirinya dari awal itu apa.
Baru juga mau masuk ke dalam ruangan, ternyata Saga pun juga baru datang dan berniat untuk masuk ke dalam ruangannya.
Terlihat dari sini bahwa mereka sedikit agak canggung sekarang, padahal jelas sejak awal Saga bisa bersikap santai kepada gadis itu, tapi ternyata setelah kejadian itu ia tidak bisa bersikap biasa aja yang ada malah teringat dan terbesit apa yang ia tatap kemarin di dalam mobilnya.
Tanpa membuka suara Saga membuka pintu ruangannya, lalu menyuruh Elena untuk masuk terlebih dahulu dengan bahasa isyaratnya, dan Elena memahami hal tersebut.
"Makasih," Kata Elena sopan.
Saga mengangguk, sebari menutup pintu ruangannya.
"Sudah sarapan?" Tanya Saga yang mencoba mencairkan suasana di dalam ruangan yang entah kenapa serasa menjadi sesak sekarang.
Elena menggeleng, "Nanti aja sekalian makan siang, gak biasa sarapan pagi,"
Saga hanya mengangguk mengerti, terlihat dari sudut mata gadis itu bahwa Saga sedang mengambil sesuatu dari tasnya. Ternyata di sana ia tengah mengambil satu roti dari brang terkenal dan juga susu kotak berwarna merah muda.
Lalu beberapa detik kemudian langkahnya mendekat ke arahnya, "Ganjel aja dulu pake ini, biasanya gue kalau sarapan pagi suka pake ini," Katanya sebari menaruh makanan dan susu kotak itu di atas meja Elena.
"Gue mau keluar dulu, makan habisin pas gue udah balik lagi ke ruangan,"
Elena tidak menjawab, hanya mengangguk patuh aja dan itu cukup membuat Elena sedikit memutar otaknya sebisa mungkin.
Setelah Saga keluar dan menutup pintu Elena langsung menghela nafas berat.
"Please deh! Ini maksudnya apaan ngasih gue beginian?" Ujarnya pada diri sendiri yang jauh dari lubuk hatinya yang tengah berdegup kencang ia pun merasakan kegirangan di sana.
***
Pukul 12 siang, di mana ini adalah jam rehat dalam bekerja, begitu pun Elena yang hari ini sudah membuat dua konten untuk di aplikasi tiktok sekaligus mengerjakan brief copywriting yang tadi sempat di berikan oleh Saga kepadanya.
Ya setelah kejadian tadi pagi di mana Saga memberinya susu kotak rasa strawberry sekaligus roti rasa coklat pun keadaan mereka biasa aja, saling berbicara yang tidak lain adalah sekedar kerjaan sedari tadi.
Rasanya Elena ingin merutuki dirinya sendiri di saat ia berfikir yang tidak-tidak seperti halnya kalau Saga tertarik kepadanya.
Iya, kalian benar. Sejak tadi Elena berfikir kalau Saga itu tertarik kepada dirinya, tetapi ternyata itu salah besar dan jelas Elena kepercayaan dirinya terlalu tinggi ternyata. As always.
Elena menghela nafas panjang, saat dirinya berdiam diri di dalam ruangan sendirian. Beberapa menit yang lalu Saga sempat keluar entah ke mana dan Elena tidak peduli alias tidak kepo lagi karena ia tidak ingin jatuh ke dalam pesona Saga yang mampu menarik perhatiannya sejak awal kemarin.
Baru juga berniat untuk berdiri sekaligus luar untuk mencari makan siang, Saga sudah masuk ke dalam ruangan sebari tangannya membawa bingkisan yang entah itu apa di sana.
Elena memperhatikan laki-laki itu, dan benar ternyata langkahnya mendekat ke arahnya dengan ekspresi wajah datar yang tidak bisa Elena tebak.
Tangannya menyodorkan totebag bertulisan macdonald, Elena hanya menatap diam lantas kembali menatap ke arah Saga karena sejujurnya Elena tidak ingin bersikap ceroboh juga dan takut kepedean lagi seperti tadi pagi.
"Gimana?" Tanya Elena hati-hati.
Saga hanya menghela nafas panjang, lantas tangan kiri yang ia masukan ke dalam saku celana hitamnyabitu ia keluarkan dan menarik tangan Elena pelan.
"Ini makan siang buat Lo," jawab Saga tanpa basa-basi sedikit pun.
Elena masih terlihat bingung ternyata.
Alhasil Saga menjelaskan dengan sabar, "Iya sengaja gue beliin makan siang, kerjaan Lo hari ini udah sesuai ekpetasi gue ternyata. Dan salah satu konten yang Lo buat hari ini ternyata FYP jadi ya itung-itung ini bonus aja buat Lo," Jelas Saga datar dan Elena yang mendengarkan hal tersebut mengangguk pelan.
"Serius ini buat aku?" Tanya Elena memastikan, takutnya kan ya dia bayar gitu, kalau sampek bayar juga Elena ogah sekaligus bingung karena ia sekarang sedang orot masa pengiritan gitu loh.
Saga mengangguk kepalanya lagi, kali ini senyum manisnya terlihat jelas dan itu cukup membuat Elena yang melihat itu rasanya ingin teriak.
Sialan! Emang seganteng itu ternyata bos gue.
"Next time buat konten yang menarik lagi ya, nanti setelah jam makan siang Lo lanjut aja brief yang gue kasih. Besok harus di post di Instagram," setelah menjelaskan hal itu Saga kembali tersenyum, kali ini tidak hanya senyumannya yang mampu membuat jantung Elena berdetak lebih cepat dari biasanya.
Ternyata salah satu sikap Saga yang di luar ekpetasi Elena itu cukup membuat gadis itu terkejut.
Tangan kekarnya menyentuh lembut ujung kepala Elena dan jelas itu mampu membuat Elena diam membeku di tempat sebari memegang totebag yang di berikan oleh Saga kepadanya.
Setelah memperlakukan hal seperti itu kepadanya dan Saga memilih keluar dari ruangan dengan mengucapkan beberapa kata bahwa ia di suruh menikmati makanan yang di belikan Saga tadi.
Dalam sekejap wajah Elena langsung memerah seperti tomat, belum lagi dengan reflek ia sedikit meloncat-loncat kegirangan akibat rasa senangnya yang tidak bisa dirinya bendung sama sekali.
Fix sih ini Saga emang tertarik kepada Elena.
Persetan dengan batas profesional perkerjaan atau yang lainnya, selagi dirinya berada di posisi menguntungkan Elena akan meladeni apa yang Saga mulai kepadanya.
Di sisi lain Saga yang baru saja keluar dari ruangannya hanya tersenyum kecil. Dirinya tahu dan menyadari sikap salah tingkah gadis yang baru saja mendapatkan perlakuan manis darinya.
Tidak, ternyata semenggemaskan itu dan Saga menyukainya. Mungkin memang kalian menganggap Saga tidak tahu diri, udah punya berlian macem Selin masih aja tidak puas.
Tapi ayolah, ini naluri manusia terutama seorang laki-laki bukan? Dan lagi Saga bukan tipikal orang yang gampang tertarik dengan seseorang terutama seorang gadis.
Ya mungkin Elena dan Selin terkecuali, mereka berdua punya daya tarik tersendiri yang mampu membuat seorang Saga bertekuk lutut di hadapan mereka berdua.
"Lah Elena mana?" Tanya Ben tiba-tiba yang ternyata sudah ada di hadapannya.
Saga memberhentikan langkahnya, mereka berdua saling berhadapan kemudian Saga menoleh seraya menunjuk dengan kepalanya dan menjawab di mana Elena.
"Di ruangan, lagi makan dia. Napa? Mau Lo samperin?"
Ben mengangguk mantap, wajah sumringanya terlihat jelas.
Kan!? Jangankan dirinya, seorang Ben aja tertarik dengan gadis itu.
Sudah di bilang juga kalau Elena punya daya tarik yang luar biasa, gak ngapain-ngapain aja bikin orang klepek-klepek.
"Iya mau gue ajak makan bareng di sebelah, eh ternyata udah makan duluan," Ucapnya dengan nada lemas berasa tampak di tolak doi padahal cuma sekedar Elena lagi makan doang.
"Dia bawa makan sendiri, mangkanya anteng di sono,"
Bohong, Saga jelas bohong. Karena jujur Saga tidak mungkin juga mengatakan bahwa dirinya membelikan makan siang untuk Elena hanya sekedar cuma-cuma bukan? Ya walaupun sebenarnya bukan cuma-cuma sih di karenakan konten yang ia buat tadi pagi berhasil FYP juga dan viewer nya hampir nembus empat puluh ribu dan likenya juta hampir nembus sepuluh ribu.
Walaupun bilangnya itu bonus sebenarnya ada niat terselubung juga bukan?
Definisi bau-bau laki buaya darat ya macem model Saga gini nih.
***
"Nah nanti sama Lo designnya pake warna soft gitu loh Na, tapi jangan soft atau pudar banget nanti gak mencolok gitu," Kata Saga yang tengah merevisi design dan hasil copywriting nya yang baru saja ia serahkan kepada laki-laki tersebut.
Dengan posisi Elena tengah duduk di bangkunya dan menghadap ke arah MacBook yang ia gunakan di sertai posisi Saga yang juga berdiri di sebelahnya sebari sedikit menunduk agar posisi mereka sejajar
Dari jarak sedekat ini aja Elena mampu menghirup harum maskulin dari tubuh laki-laki itu.
Demi tuhan! Elena benar-benar tidak bisa fokus saat Saga menjelaskan apa yang harus dan perlu di revisi olehnya hanya karena Saga terlalu dekat bahkan tubuhnya pun harum semerbak membuat kedua kaki Elena rasanya mleyot parah.
"Ngerti Na?" Tanya Saga memastikan, kali ini Saga menoleh ke arah Elena dan juga Elena pun menatap ke arah Saga. Oh dan tentu jelas posisi mereka saat ini sangat amat dekat seperti kejadian kemarin di mobil.
Dan terluhat jelas di sana Elena meneguk air liurnya karena ia benar-benar terbius dengan apa yang ada di depannya.
Dan tanpa di duga, terdengar umpatan dari Saga, dan perlakuan yang benar-benar tidak pernah ia pikirkan juga sebelumnya.
"Shit! Gila gue lama-lama," Celetuk Saga yang tangannya langsung meraup tengkuk belakang leher Elena bahkan tanpa permisi pun laki-laki itu melumat lembut bibir Elena yang terpoles lipbalm berwarna pink rasa strawberry.
Beberapa detik Saga melumat tanpa Elena membalas membuat Saga memahami bahwa gadis yang ada di hadapannya ini sedang terkejut, bahkan tanpa di duganya juga ternyata Elena membalas lumatan bibirnya dan itu membuat Saga semakin bergairah.
Ia paham, ia mengerti bahwa ini sudah tidak benar bahkan bisa di bilang ini udah ranah ke perselingkuhan bukan?
Tapi ayolah! Ini Elena, pesonanya mampu membuat Saga juga bertekuk lutut seperti yang Ben rasakan.
Beberapa menit mereka saling melumat, ternyata Elena yang terlebih dulu mengurangi jarak di antara mereka berdua, ruangan pun alhasil menjadi sunyi nan senyap.
Hanya saling pandang yang mereka berdua lakukan sekarang.
Lalu kemudian, beberapa detik kemudian Saga membuka suara,"Sorry," satu kata yang keluar saat ini hanya itu sekarang.
Dan sejujurnya Elena pun tidak tahu harus menjawab seperti apa. Karena semua ini bertindak terlalu mendadak.
Alhasil Elena berdiri, dan melangkah jauh dari Saga, "Aku ke kamar mandi dulu,"
