Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 4: DIBAYAR MAHAL

Sebuah tamparan langsung membuat Boril terkejut. Tamparan itu sekaligus membuyarkan Boril dari rasa nikmat yang baru saja dia resapi.

“Cih! Aku tentu saja sangat cantik. Dasar laki-laki, masih saja bicara untuk merayu. Apakah kamu masih perlu mengatakan omong kosong seperti ini!?”

Wanita itu memutar badan hendak pergi. Sebelum meninggalkan ruangan, dia berdiri dan memalingkan kepalanya untuk sekali lagi menatap Boril dengan tatapan yang sulit untuk diterjemahkan.

"Tunggu dulu! Kalau hanya begini saja nggak adil, bukan?" katanya membuat Boril semakin bingung menebak-nebak ekspresi wanita ini yang berubah-ubah.

Tiba-tiba saja wanita itu menjatuhkan celana Boril dengan caranya yang cepat dan tidak terduga oleh Boril.

"A — ada apa?!" Boril tergugup.

Tidak menjawab, wanita itu malah langsung melahap milik Boril yang seketika mengeras tegang begitu lidah lembutnya melumat ujung tombak pusaka milik Boril.

"Aaargghhh....!"

Boril mengerang nikmat, tetapi dia bertahan untuk tidak bergerak sedikitpun meski seluruh tubuhnya kini merinding merasakan kuluman wanita itu yang semakin beringasnya.

"Aaaaarrrrghhh.....!"

Rasanya sudah di ujung dan sedikit lagi akan crot. Akan tetapi, tiba-tiba saja wanita itu berhenti mengulum penisnya membuat Boril merasa begitu kesal.

Kemudian wanita itu berkata, “Cowok oon, aku akan menelepon mu nanti. Ingat ucapan kakak! Kamu harus langsung datang jika aku memanggilmu, meskipun itu tengah malam!”

Wanita itu menyebut dirinya sendiri sebagai kakak. Setelah itu, dia pergi dengan gerakan yang indah. Suara heels semakin menjauh. Selekas kemudian, terdengar suara tawa yang semakin menjauh meninggalkan Boril seorang diri di kamar hotel itu.

Boril hanya mematung, dia bahkan tidak tahu wanita itu sebenarnya marah atau kenapa? Boril sama sekali tidak mengerti soal wanita apalagi jenis unik ini tadi.

Tidak berlangsung lama, setelah wanita cantik tadi pergi. Sophia yang sudah mengintai di luar kamar pun akhirnya masuk untuk memainkan perannya sebagai bos dari pria polos itu.

Sophia tanpa sepatah kata pun langsung berjalan ke hadapan Boril dan menengadahkan tangan kanannya. Kode agar Boril memberikan uang yang didapat dari wanita cantik tadi padanya. Akan tetapi, Boril menolak untuk memberikannya.

“Kenapa aku harus memberikan duit padamu, Mbak? Kamu loh belum ngasih duit yang aku pinjam,” kata Boril memprotes.

Seketika Sophia tertawa. Boril mengerutkan kening melihat wanita di depannya ini meskipun saat tertawa terlihat sangat cantik, tetapi seperti iblis yang memakan manusia kemudian tidak memuntahkan kembali tulang tulang mangsanya.

“Oops! Aku lupa ngasih tau peraturannya. Kamu harus bantu aku menerima 3 pekerjaan lagi, penghasilan dari 3 pekerjaan dianggap sebagai deposit. Setelah itu, aku akan meminjamkan uang padamu. Gimana? Deal?” Sophia menjebak Boril dengan kesepakatan paling tidak masuk akal.

“Tapi, Mbak. Bapakku harus segera dioperasi, aku sangat memerlukan uang untuk menyelamatkan bapakku,” jawab Boril seolah mengiba berharap wanita di hadapannya itu punya belas kasihan.

“Loh, yo ndak bisa. Nggak ada urusan aku sama hidup dan mati bapakmu,” kata Sophia acuh tak acuh.

Perkataan Sophia barusan langsung membuat Boril sangat marah. Pemuda itu setelah melemparkan tatapan mata marah pada Sophia, dia pun angkat kaki dari kamar hotel itu.

Akan tetapi, saat Boril baru keluar beberapa langkah dari pintu terdengar tepukan tangan Sophia yang ternyata itu merupakan sebuah kode. Benar itu adalah kode. Tiba-tiba ada 6 preman yang datang dari lorong sebelah kiri 3 orang dan dari lorong sebelah kanan 3 orang. Mereka sama sekali tidak mengatakan apapun dan langsung memukulku, menendang, hingga Boril kembali masuk ke dalam kamar hotel dalam keadaan tersungkur.

Boril masih bisa bangkit dan dia masih bisa melawan. Akan tetapi, tubuh mereka semua sangat tinggi, besar, dan berotot jelas bukan tandingan Boril. Secara jumlah juga Boril kalah telak.

Benar-benar seperti copet yang dihajar massa. Sampai akhirnya Sophia memerintahkan orang-orang itu berhenti, barulah mereka berhenti.

Berjalan menghampiri Boril yang masih membiarkan diri sendiri tergeletak di lantai. Sophia lantas membungkukkan badannya dan merampas cek 50 juta dari saku Boril.

Melihat nominal yang tertulis di cek tersebut, wajah Sophia terlihat penuh dengan senyuman.

“Kamu bertemu dengan wanita tadi jika bukan karena aku nggak mungkin ketemu. Jadi, kamu harus tahu diri. Jika kamu bersedia bekerja padaku, maka kamu harus mematuhi peraturanku, kalau tidak bersedia ... aku akan memperlakukan kamu seperti orang-orang ini memperlakukan kamu barusan,” kata Sophia mengancam.

Boril merasa 3 wanita cantik yang ditemuinya dalam sehari ini hanyalah tipuan mata. Cantik dan menawan, tetapi ternyata seorang perek adalah Luna. Cantik dan menawan, tetapi gemar merendahkan pria adalah wanita yang tadi dia belum sempat tahu namanya. Kemudian wanita cantik dan menawan berikutnya adalah Sophia yang ternyata hanya seorang yang jahat dan keji.

Boril pasrah ketika cek senilai 50 juta miliknya diambil oleh Sophia. Dia masih berbaring di lantai dan karena posisi itulah dia dapat melihat sesuatu yang tembam di dalam rok mini yang dikenakan oleh Sophia. Pemandangan itu membuat Boril bersemangat, ada sebuah refleks yang ingin langsung menerkamnya, tetapi Boril belum cukup gila untuk melakukannya.

Tampaknya Sophia juga menyadari arah tatapan mata nakal Boril. Akan tetapi, dia bukannya merasa malu dan menutupinya, malah membuka sepasang kakinya dengan semakin lebar.

Sekarang ini yang justru sangat sangat malu adalah Boril. Pemuda itu sama sekali tidak bisa menahan rangsangan yang begitu panas, membuat miliknya seketika mengeras dengan sendirinya.

“Dasar nggak tahu diri. Lemah dan kere seperti itu kok punya nyali mau meniduri ku, jangan mimpi!” cibir Sophia meremehkan Boril.

Cibiran Sophia barusan langsung mengenai tepat di jantung sekaligus hati Boril. Sekali lagi harga dirinya benar-benar diinjak. Boril menjadi sangat kesal sekarang.

“Hei, Sophia! Aku pasti akan meniduri kamu! Aku pasti akan meniduri mu dengan sangat kejam, hingga kamu memohon padaku!”

“Wakakakakkk! Halu... halu ... Tapi nggak apa-apa. Silahkan berjuang! Aku menunggu hari itu terjadi,” ledek Sophia sambil menepuk-nepuk wajah Boril.

Wanita berambut coklat bergelombang itu kemudian berdiri dan menyimpan cek senilai 50 juta tadi ke dalam tasnya. Dia tidak lagi melihat Boril dan melangkah pergi yang kemudian diikuti oleh keenam preman tadi.

Sementara itu, Boril menyeka sudut bibirnya yang sedikit berdarah. Masih merasa kesal, terdengar suara tawa Sophia yang terus saja menghina dirinya. Jika bukan karena ingin mendapatkan uang secara cepat, Boril tidak akan terlibat dengan wanita iblis itu.

Herannya, bagaimana bisa Luna malah terlihat biasa biasa saja bekerja di bawah perintah wanita keji seperti Sophia? Ya, mungkin dulu kepada Luna, wanita itu juga pernah kejam. Atau memang hanya kepada Boril karena pemuda itu sedang dalam keadaan kepepet, makanya Sophia jadi leluasa memperbudak Boril.

“Aaarrggh... Sialan! Jiancok, Cok!”

Boril meninju ninju lantai dengan kepalannya. Cek 50 juta sudah ditangan dan dengan mudah diambil hanya oleh seorang wanita? Pemuda itu mengacak-acak rambutnya. Otaknya terus berpikir bagaimana caranya mendapatkan uang secepatnya karena ini benar-benar urgent.

Tiga tamu. Ya, sudah satu tamu yang dia layani. Sisanya 2 lagi dan Boril akan mendapatkan uang untuk membayar biaya operasi bapaknya.
Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel