Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6

"Mbak Ul ... Mbak ...." terdengar suara teriakkan heboh. Kalau dari suaranya adalah suara, Ipeh. Nama aslinya Inayah. Entahlah dari kecil biasa di panggil Ipeh. Waktu masih sekolah dia adik kelasku.

"Apa, Peh? Teriak-teriak?" tanyaku.

"Ho'oh," Mbak Salamah menimpali. Ipeh langsung duduk, napasnya terlihat ngos-ngosan. Aku dan Mbak Mah saling beradu pandang. Kemudian serentak memandang ke arah Ipeh.

"Apa, Peh?" tanyaku lagi. Karena Ipeh masih mengap-mengap.

"Mbak Ul ... lagi perang sama Mbak Yuyun, ya, di efbe?" tanyanya.

Alaamaaak ... lari-lari aku kira mau tanya apa, tak tahu nya tanya tentang Mayuyun.

"Iya, geram aku, Peh," jawabku. Ipeh sudah terlihat membaik. Napanya sudah terkontrol.

"Nggak usah di ladeni, Mbak! Dia itu kadang beras kadang ketan," sahut Ipeh.

"Hah? Kadang beras kadang ketan? apa?" tanyaku penasaran.

Mbak Mah aku lihat dia juga fokus ke arah Ipeh.

"Ho'oh, Peh. Apa itu maksudnya?" tanya Mbak Salamah juga. Ternyata bukan aku saja yang tak tahu maksudnya, tapi Mbak Mah juga bingung.

"Iya, Mbak Yuyun itu, kadang beras kadang ketan. Kadang waras kadang Edan, hua ha ha ha," jelas Ipeh seraya melebarkan tawanya renyah.

"Tapi banyak edannya, hua ha ha ha ha," Mbak Mah pun ikut menambahi.

Mau tak mau, aku juga ikut tertawa lepas.

Allahu Akbar. Lepas juga tawaku, yang dari tadi gondok di hati nyungsep di paru-paru. Eh,

"Kok kamu tahu, Peh?" tanyaku. Setelah tawa kami reda.

"Taulah, Mbak. Orang aku pernah kena tipu dia," jawab Ipeh. Aku melotot.

"Iyakah? Kena tipu gimana?" tanyaku.

"Aku kan baru ngerintis olshop baju, Mbak. Dia ada pesan, dres. Ada aku share di Efbe. Fotonya dress itu lengan panjang. Dia komen lah, minta lengan panjang satu, dan lengan pendek satu. Ok lah deal. Aku pesan dua dress dong. Eh, giliran datang dia komplain," jelas Ipeh.

"Komplain kenapa? Warna baju nggak sesuai dengan kulitnya?" tanya Mbak Salamah.

"Enggak, Mbak. Dia malah bilang gini, kok dua bajunya? Kan aku pesan satu doang? Kok datangnya dua? Mana nggak sesuai orderan lagi. Katanya gitu," Aku dan Mbak Mah masih asyik mendengarkan ocehan Ipeh. Belum menanggapi balas komentar netijen yang maha benar.

"Terus?" tanyaku. Ingin Ipeh melanjutkan ceritanya.

"Aku tanya balik lah, looh ... nggak sesuai orderan gimana? Ini kan sesuai foto. Mbak Yuyun kan bilang, pesan lengan pendek satu, lengan panjang satu. Makanya aku orderkan dua. Terus salahnya di mana coba?" lanjut Ipeh.

"Iya, salahnya di mana?" tanya Mbak Mah. Aku pun manggut-manggut karena penasaran.

"Salahnya, katanya nggak seperti itu maksud dia," jawab Ipeh.

"Terus maksud dia gimana?" tanya Mbak Mah lagi. Antusias pokoknya. Pun aku, ikut antusias jadinya.

"Katanya gini, dia memang pesan lengan pendek satu, lengan panjang satu. Tapi di satu baju. Jadi lengan kanan panjang, lengan kiri pendek," jelas Ipeh.

"Hua ha ha ha ha," lagi, Mbak Salamah tak bisa mengontrol ledakkan Bom tawanya.

"Hua ha ha ha," pun aku, juga tak kalah ikut tertawa lepas.

Ipeh pun juga demikian.

"Makanya aku bilang, Mbak Yuyun itu kadang beras kadang ketan, Kadang waras kadang edan, ha ha ha ha," ucap Ipeh. Yang tawanya juga ikut menggelegar .

"Iya, Peh. Benar kamu. Tapi banyak ketannya dari berasnya, hua ha ha ha," Mbak Salamah ikut menimpali.

"Sudah banyak ketannya, di timbang Sekilo kurang," balasku.

"Hua ha ha ha," mereka berdua kompak tertawa lebar. Sampai tangan memegang perut.

Allahu Akbar ... Mbak Yuyun, kamu membuatku juga ikut merasakan sekilo kurang. Terlebih lagi, juga ikut merasakan kadang beras kadang ketan.

Amit-amit jabang tuek.

******

Kami bertiga jadinya. Fokus ke layar pipih masing-masing.

"Bentar Mbak Ul ... aku ikut komentar di Mbak Quen Yunika ini. Jan ... bagus benar nama efbenya. Ternyata ngeselin abis," celetuk Ipeh.

"Ho'oh, Peh ... balas aja!" perintah Mbak Mah. Semangat juga dia. Ipeh manggut-manggut.

[Haduh ... Mbak Quen Yunika, suaminya seganteng apa lo ... kok takut amiiirr di rebut Mbak Ul yang tubuhnya bonsor kayak donat, ha ha ha Kaboorr]

Mendelik seketika mata ini, melihat komentar dari Ipeh. Dia ini mendukung, apa njorokin aku sih?

"Kurang asyeeem, kamu Peh ... tengok aja balasanku!" gerutuku sambil bibir mencap mencep.

"Hua ha ha ha," lagi Mbak Salamah malah ketawa lebar. Dia malah kasih emot ngakak di komenan si Ipeh.

Memang sih, badanku ini mengembang kayak donat setelah di kasih fermipan. Hemmm ....

"Puas kelen ketawa. Ok!" ucapku. Jempol bengkak ini ikut berkomentar.

[Biarin badan bundar kayak donat. Yang penting otak genap. Nggak kadang beras kadang ketan juga,]

seperti itulah aku membalas.

"Hua ha ha ha, ngaku juga kamu bundar, Mbak Ul ... biasanya selalu bilang langsing kayak Niaa Raamadhani, hua ha ha," meledak lagi tawa Mbak Mah.

Ampun ... mereka ini mendukungku apa mau ikut-ikutan kayak si Mayuyun sih?

"Eh, Quen Yunika membalas komen ini," ucap Ipeh antusias. Seketika aku membukanya. Penasaran sama balasan si Mayuyun.

[Enak saja bilang aku sekilo kurang dan kadang beras kadang ketan. Emang kamu pikir aku nggak tahu maksudnya. Pasti Inayah yang ngajarin kan? jualan olshope baju yang tak tahu maksud pelanggan. Sama kayak kamu, Mbak Ul ... nggak tahu malu, sayang-sayang sama laki orang malah di share. Miris!"

"HUA HA HA HA HA," lagi mereka meledakkan tawa. Si Ipeh dengan Mbak Mah. Dan aku naik pitam baca komenan Mbak Yuyun.

Innalillah wa inna ilaihi roji'un.

Sudah matikah akal dan pikiran dia?

DASAR SEKILO KURANG!!!

********

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel