Pustaka
Bahasa Indonesia

Sekilo Kurang

37.0K · Tamat
Naimatun Niqmah
40
Bab
112
View
8.0
Rating

Ringkasan

Masulin. Seorang penjual kue donat karakter. Pokoknya sesuai dengan permintaan. Sejauh ini aman-aman saja. Tak pernah ada Masalah. Tapi ada masanya aku menemukan pembeli yang otaknya tak genap. Atau bisa aku sebut, sekilo kurang. Nama pesbuknya Quen Yunika. Biasa dipanggil Mbak Yuyun. Dia selalu salah paham dan selalu merasa dirinya sempurna dan beruntung. Dia selau berpikir orang lain selalu iri dengan kehidupannya. Mbak Yuyun ini sudah memiliki suami, nama pesbuknya Arjuna. mereka sini pasangan yang sangat klop. Sangat kompak pokoknya. Hingga riang menyebutkan beras ketan. Kadang waras kadang edan. Bagaimana Masulin menanggapi manusia beras ketan? Baca kisah ini, pastikan anda tak ikutan beras ketan.

Tuan MudaRomansaSweetPernikahanSalah Paham

Bab 1

"Mbak Ul ... pesan donatnya untuk hari minggu bisa?" tanya Mbak Yuyun. Tetangga sebelah desa.

"Owh bisa Mbak Yun. Buat acara apa?" tanyaku basa basi. Mbak Yun terlihat tersenyum.

"Suamiku ulang tahun, Mbak Ul," jawabnya sumringah.

"Owalaah ... Ok. Donatnya mau di hias nggak?" tanyaku basa basi.

"Di hias dong! Kasih tulisan yang romantis sekalian, ya, Mbak Ul," jawabnya. Aku mengangguk semangat.

"Tulisannya gimana?" tanyaku memastikan.

"Terserah Mbak Ul lah! Pokoknya yang sweert gitu," balasnya.

"Ok. Sekarang hari sabtu. Berarti besok, ya, di ambil?" tanyaku memastikan.

"Iya, Mbak Ul ... Minggu siang aku ambil, ya!" jawabnya.

"Siiippp!" balasku.

Setelah pemesanan donat itu, Mbak Yuyun pamit pulang. Aku segera menulis nama pemesan dan hari diambil di buku. Biar tak lupa.

Maklumlah, ya, pekerjaan lagi menumpuk. Kalau tak di tulis pasti tak ingat.

****

Perkenalkan, namaku Masulin. Orang biasa memanggilku Ulin.

Sedangkan yang baru pesan tadi bernama Yuni. Tapi panggilannya Yuyun.

Pekerjaanku sebagai penjual donat. Hobi yang bisa menghasilkan rupiah. Karena aku suka membuat kue. Terutama donat. Selain hobi, aku juga sangat suka dengan donat. Walau setiap hari buat, tapi tak ada rasa bosan dengan donat.

Donat yang aku buat bisa di model-model dan di hias. Bahkan bisa di buat kado spesial untuk acara ulang tahun.

Banyak yang memesan donatku untuk acara ulang tahun. Sebagai pengganti kue tart. Selain harganya sangat miring di banding kue ultah, bentuk donat buatanku pun, tak kalah menarik di bandingkan dengan kue ultah.

"Mbak Ul ... tadi aku lihat Mbak Yun ke sini, ya?" tanya Mbak Salamah. Tetangga sebelah rumah.

"Iya, Mbak Mah ... Pesan donat untuk acara ulang tahun suaminya. Besok siang diambil," jawabku. Mbak Mah terlihat manggut-manggut.

"Hati-hati ajalah, Mbak Ul ... sama si Yuyun itu," pesan Mbak Mah. Seketika aku melipat kening.

"Emang kenapa dengan Mbak Yuyun, Mbak?" tanyaku balik. Karena penasaran.

"Dia terkenal PHP. Terus banyak juga yang bilang sekilo kurang se-ons," jawab Mbak Mah.

"Masak, sih, Mbak?" tanyaku memastikan.

"Katanya, sih, Mbak Ul. Tapi mudah-mudah di Mbak Ul nggak lah, ya," jawab Mbak Mah.

"Aamiin," balasku.

********

Jujur saja ucapan Mbak Salamah tadi, cukup membuatku kepikiran. Karena penjual kue pasti sangat takut jika di PHP. Karena selain modal yang menjadi resiko, tenaga dan waktu juga tersita untuk membuatnya. Jadi kalau di PHP jelas hati nelangsa.

Ting.

Terdengar hape berdering. Pertanda ada chat masuk. Segera aku membukanya.

[Malam Mbak Ul ... ini aku Yuyun. Yang tadi ke rumah Mbak. Save nomorku, ya, tadi aku dapat nomor Mbak Ul dari Mang Jaja.]

Seperti itulah pesan chat dari Mbak Yun. Aku tersenyum. Mang Jaja adalah penjual sayur langananku.

[Ok, Mbak Yun saya save, ya!] balasku.

[Ok, Mbak Ul ... besok siang donatnya saya ambil,] pesan Mbak Yuyun.

[Ok,] balasku. Kemudian tak ada balasan dari Mbak Yuyun.

Mendapati pesan singkat seperti itu, cukup membuatku lega. Sangat lega. Berarti Mbak Yuyun tidak PHP. Jadi aku bisa tidur dengan nyenyak. Karena besok pagi harus bangun. Untuk siap bertempur dengan tepung.

*****

Jam menunjukkan pukul 10:00 WIB. Donat pesanan Mbak Yun juga sudah siap. Sudah aku dekor dengan tulisan 'HBD suamiku sayang'. Selain itu juga ada motif bunga yang semakin mempercantik kue donat itu.

Setelah donat pesanan Mbak Yuyun siap, maka aku lanjutkan lagi dengan pesanan donat yang lainnya.

Ting.

Terdengar pesan chat dari gawaiku. Ternyata dari Mbak Yuyun.

[Mbak Ul ... kuenya sudah jadi?] tanya Mbak Yuyun. Aku tersenyum. Berarti dia memang tak PHP. Jadi ucapan Mbak Salamah kemarin hanya isu belaka.

[Sudah, Mbak Yun,] balasku singkat. Pokok di balas, karena pekerjaan lagi ribet.

Ting. Segera aku membukanya.

[Bisa di potoin hasilnya nggak Mbak Ul ... pengen lihat,] pinta dari Mbak Yun.

[Ok!] balasku singkat. Disela-sela keriwehan ini, aku sempatkan untuk memfoto donat itu.

Cekrek!

Foto donat bertuliskan HBD suamiku sayang sudah berhasil di abadikan. Dengan cepat aku mengirimkan kepada Mbak Yuyun. Terkirim.

Tinggal menunggu reaksi Mbak Yuyun. Semoga dia suka.

Ting. Pesan dari Mbak Yuyun segera aku buka.

[Looh, Mbak kok ada sayang-sayangnya, yak? Maaf terkesan lancang,]

Mata membelalak membaca pesan dari Mbak Yuyun. Kutelan ludah yang terasa sangat susah. Segera jempol bengkak ini mengetik balasan untuk Mbak Yuyun.

[Lancang gimana, Mbak? Katanya terserah yang penting romantis,] balasku.

Ting. Cepat Mbak Yuyun membalas chatku.

[Kok terlihat ganjen gitu, Mbak Ul. Dan nggak ada nama suami saya,]

seperti itulah balasan chat dari Mbak Yuyun. Kutekan dada yang seketika merasa sesak. Sabar Ulin! Sabar!

[Mbak saya ini hanya penjual donat. Bukan dukun. Saya kan nggak tahu nama suami Mbak siapa. Karena kita juga beda desa. Jarang ketemu,]

Seperti itulah jempol bengkakku mengetik. Dan terkirim.

Ting. Benar-benar cepat Mbak Yuyun membalas.

[Ya, harusnya Mbak Ul tanya dong, siapa nama suami saya. Kemarin Mbak Ul nggak ada tanya. Hanya tanya tulisannya apa? Oalaaah Mbak ... Mbak ... ingat nggak? Masak masih muda udah pikun,]

Deg!

Balasan Mbak Yuyun cukup menyulut emosiku. Donat sekotak yang aku bandrol dengan harga dua puluh ribu cukup menarik emosi, hingga naik ke ubun-ubun.

[Mbak Yuyun yang cantik ... harusnya kemarin Mbak Yuyun tulis di kertas. Tulisan bagaimana,] terkirim.

Ting.

[Jadi Mbak Ul nyalahin saya? Jelas-jelas Mbak Ul nggak ada nanya nama suami saya. Sudahlah Mbak nggak jadi saja. Mood saya hilang,]

Membaca balasan dari Mbak Yuyun mata terasa gelap. Seumur-umur selama berjualan donat, baru kali ini nemu pelanggan seperti ini.

[Allah ... Astagfirullah ... Ok alhamdulillah kalau nggak jadi. siap-siap saya viralin, ya, Mbak!]

Ancamku. Biar dia sedikit mikir. Karena aku pikir dia memang sekilo kurang.

[Kok alhamdulillah ... ngejek banget! Viralin? Yang ada Mbak Ul yang saya viralin, karena udah sayang-sayangan sama suami saya,]

Jleb!

Allahu Akbar ... membaca balasan Mbak Yuyun, rasanya pengen ngajak duel di lapangan, jambak-jambakkan.

[Ya Allah Mbak ... kapan saya sayang-sayangan sama suami Mbak? Gara-gara tulisan di donat tadi?]

Seperti itulah balasanku. Hati dan dada terasa sesak dan naik turun.

Ting. Cepat sekali Mbak Yuyun membalas. Mungkin dia memang tak ada kerjaan.

[Iya, lah ... makanya jadi cewek jangan ganjen!]

Gludaaakkk! Rasanya pengen makan orang. Geraaaammm ... aku tuh ....

*********