Bab 7 Kehabisan Kata
waktu menunjukan pukul dua siang.
seperti hari hari sebelumnya, lucas akan membuat dan mengantar kopi susu untuk atasannya.
dengan semangat lucas menuang air panas ke dalam cangkir yang telah di isinya dengan susu dan sedikit kopi.
"Lucas !"
suara seorang wanita memanggilnya,
lucas menoleh ke arah asal suara.
"eh, Mbak Susi,
ada yang mbak susi butuhkan ?"
tanya lukas pada susi
"tolong bikinin gue kopi luc.
ngantuk gue."
susi berucap sambil mendekat ke arah lucas
"siap mbak.
mbak susi tunggu aja di ruangan mbak, ntar gue anter"
ucap Lucas
"kopi susu buat siapa luc ?"
tanya susi yang melihat kopi susu yang di bikin lucas.
"buat Bu Bos"
jawab lucas
"gue juga mau dong kasih susu dikit."
pinta susi
"oke. siap."
ucap lucas
"aku tunggu di ruangan kerjaku ya luc."
ucap susi
"oke mbak"
jawab lucas
lucas kemudian membuat satu cangkir kopi susu lagi untuk susi.
Setelah mengantar kopi untuk susi, lucas mengantarkan kopi susu untuk Jesica.
tok tok tok
lucas mengetuk pintu ruang kerja jesica
"Masuk"
suara jesica dari dalam
ceklek
"siang Nona Bos"
sapa lucas setelah membuka pintu
"siang Lucas"
jawab jesica
"kopinya Nona Bos.
silahkan di minum".
lucas meletakkan cangkir kopi susu di meja kerja jesica
"makasih ya luc"
ucap jesica
"sama sama nona bos,"
jawab lucas
"kalau cuma ada kita berdua di ruangan, gak perlu formal gitu juga kali luc."
protes jesica karna lucas bersikap formal
"he he, takut kebiasaan.
ntar ada orang lain aku keceplosan panggil nama aja, kan gak sopan kesannya."
jawab tomas
"ya nggaklah luc.
pokoknya jangan terlalu bersikap formal, aku gak suka.
si siska aja juga udah gak bersikap formal, karna kami udah jadi teman."
jelas jesica
"oke deh"
lucas menanggapi
"ada lagi yang kamu butuhin ?"
lanjut lucas
"emm...
nggak ada kayaknya."
jawab jesica
"kalau gitu aku kembali ke bawah ya."
pamit lucas
"iya. silahkan."
jawab jesica
"slamat bekerja.
Bos Cantik"
lucas berucap sambil tersenyum lalu segera membalikkan badan untuk keluar.
"Dasar tukang gombal"
ucap jesica setengah berteriak
dia tersenyum tipis, lalu meraih cangkir kopi susu di depannya dan menyeruputnya.
Lucas masuk ke pantri masih menerbitkan sedikit senyum
"dari mana loe ?
ceria bener."
tanya andi yang sudah berada di pantri
"dari ruang nona bos"
jawab lucas
"ngapain ?"
tanya andi lagi
"melukin nona bos lah."
jawab lucas cuek
"serius ???"
andi heboh
plak
"auww"
jerit andi yang kepanya di geplak nampan oleh lucas
"loe gak liat gue bawa nampan ?
masih nanya ngapain. ya jelas nganterin minumlah."
ujar lucas sambil nunjukin nampan yang di pegangnya di depan muka andi.
"ya tapi gak main asal geplak juga dodol"
protes andi
"biar otak loe waras lagi"
jawab lucas sambil melangkah untuk meletakkan nampan yang di bawanya.
Dua minggu berlalu, Jesica semakin mengenal semua pegawainya di kantor.
karna dia mencoba untuk berbaur dengan para pegawainya. saat makan siang pun, tak jarang dia ikut bergabung di meja kantin yang di tempati para pegawainya.
Dengan lucas dia juga makin akrab, karna mereka selalu bersikap layaknya seorang teman saat mereka hanya berdua.
saat ini waktunya makan siang.
Lucas tengah menikmati makan siang di kantin bersama andi, Ratna dan beberapa orang di satu meja panjang.
"SLAMAT SIANG BU JESICA"
sapa semua orang yang ada di meja itu pada jesica yang tiba tiba datang dan sudah membawa sepiring makan siangnya.
"boleh saya ikut gabung di sini ?"
tanya jesica pada mereka
"TENTU SAJA BU, SILAHKAN DUDUK"
Jawab mereka.
dan kebetulan kursi yang kosong hanya ada di sebelah lucas.
tanpa ragu, jesica lalu duduk di situ
"slamat makan"
ucap jesica
"slamat makan bu"
jawab mereka
Jesica mulai menikmati makan siangnya, yang lain pun juga melanjutkan makan mereka.
"Ada Bu Jesica kok loe jadi diem aja luc ?
biasanya kan loe yang bikin rame."
ujar susi memecah keheningan
"iya, tumben sopan bener.
takut sama Bu Jesica pastinya"
Ratna menimpali
Jesica melirik lucas yang kebetulan juga sedang meliriknya
"Gue bukanya takut, tapi grogi.
nih, tangan gue aja ampek keringetan."
lucas menunjukan pergelangan tanganya yang sedikit berkeringat
"kenapa grogi luc ?"
tanya jesica
"karna ada bidadari duduk di sebalah kiri saya."
jawab lucas dengan melirik jesica.
mereka yang berada di meja itu sedikit kaget, karna gak nyangka lucas berani menggombali Bosnya
"gak usah gombalin gue luc,,,
gak bakal mempan."
ujar jesica masih bertahan menikmati makannya
"siapa yang gombal ?
semua juga tau, air putih aja jadi manis kalau minumnya sambil mantengin nona Bos makanya dari tadi aku gak mau mandang nona bos takut diabetes."
lucas makin menjadi
"Dasar tukang gombal. bisa aja deh ngelesnya."
ucap jesica yang tak kuat lagi untuk menahan tidak tersenyum
"cie... Bu jesi di gombalin Lucas.."
ucap susi
"karyawan stres itu Bu, masak bos sendiri di gombali.
mintak di pecat itu."
ujar andi
"loe ngomong basing aja ndi.
kalo Nona Bos pecat gue, mau cari dimana lagi OB yang kayak gue.
udah rajin, baik hati, gemar menabung, plus cakep lagi"
ujar lucas kepedean
"ISH.. NARSISSS.."
Jawab mereka
"Gue akui deh luc, loe emang cakep, apalagi kalo mau jadi pacar gue,
pasti tambah cakep deh.
masak cakep cakep jomblo.."
ucap susi dengan senyum manisnya
"gak pantes lah mbak.
mbak susi terlalu cantik.
lagian mbak susi juga udah punya pacar."
jawab lucas
"kalau sama gue Luc ?"
Ratna ikut mengajukan diri
"sama aja mbak.
mbak ratna terlalu baik.
udah cocok sama pacar mbak yang dokter itu."
jawab lucas lagi
"kalau sama aku ?"
tiba tiba jesica berucap
lucas terdiam.
sejenak dia menatap jesica
"emm.. kalau nona bos..."
lucas kehabisan jawaban
"ha ha ha..
tukang gombal bisa kehabisan kata juga ternyata"
belum lucas menjawab, jesica sudah memotongnya.
lucas nyengir, dia yang kini jadi tampak malu.
"udah ah, lanjutin makan kalian, gak jadi makan kalau becanda terus."
ucap jesica lagi
mereka kemudian kembali menikmati makanan mereka masing masing.
