Tragedi susah lepas
"Gimana tante?" Tanya Aruna kepada tante Ida.
Tante Ida terpukau melihat penampilan Aruna,gaun yang dikenakan Aruna begitu pas di tubuh Aruna yang minimalis. Aruna terlihat sangat anggun dan cantik meskipun tidak memakai make up,bagaimana jadinya jika Aruna memakai make up pasti lebih cantik.
"Sangat cantik,Pasti Liam tergila-gila pada kamu!" Ucap tante Ida sambil menggoda Aruna.
Aruna menjadi salah tingkah mendengar godaan tante Ida. "Tante bisa aja,yaudah Aruna lepas dulu ya tan!" Ucap Aruna kepada tante Ida.
Namun ketika Aruna hendak berbalik,tante Ida sudah lebih dulu mencekal tangan Aruna. "Jangan dulu,kasih lihat ke Liam dulu ya!" Pinta tante Ida kepada Aruna.
Namun Aruna menggelengkan kepalanya.
"Malu tante kalau udah aku pakai di hari pernikahan aja!" Ucap Aruna malu-malu.
Tante Ida menghela nafasnya kemudian memepersilahkan Aruna berganti baju.
.
.
.
Sementara di ruang tunggu Liam sedang sibuk dengan ponselnya banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan hari ini,namun karena permintaan sang mamah lah yang membuatnya terpaksa meninggalkan pekerjaannya di jam kerja.
Aruna dan tante Ida selesai mencoba gaun pengantin langsung menemui Liam yang sedang menunggu. "Kamu nggak coba jas kamu Liam?" Tanya tante Ida tiba-tiba.
Sontak Liam pun mendongakkan kepalanya menghadap tante Ida. "Nggak perlu tante aku udah lihat jas nya kayaknya pas kok." Ucap Liam.
Tante Ida mengangguk menjawab ucapan Liam. "Kamu masih sibuk dengan pekerjaan kamu?" Tanya tante Ida tau bahwa Liam sibuk dengan ponselnya,apa lagi kalau bukan pekerjaan.
"Iya tante banyak banget kerjaan tadi aja aku baru selesai operasi udah mamah telfon meminta Liam untuk kesini!" Ucap Liam kepada tante.
Aruna hanya diam menyimak pembicaraan keduanya,Aruna merasa ada yang janggal saat Liam berbicara dengan tante Ida,nada berbicara Liam agak lembut berbeda dengan saat berbicara dengannya Liam lebih banyak diam dan dingin.
Namun tak apa lah mungkin masih penyesuaian. Aruna sebenarnya juga canggung saat bersama Liam,ia bingung harus berbicara apa. Maka dari itu Aruna lebih memilih diam dan mengikut Liam kemana ia akan bawa Aruna.
Liam melirik jam tangannya sekilas. "Yaudah tante kalau semuanya udah clear aku pamit dulu!" Ucap Liam sambil menjabat tangan tante.
Diikuti dengan Aruna di belakang Liam.
"Yah kok bentaran sih Liam? Kan tante masih pengen ngobrol lama sama kamu!" Ucap tante sedih.
"Lain kali Liam main lagi,Liam masih ada banyak urusan soalnya tante." Ucap Liam sembari pamit dengan tante.
Tante Ida mengantarkan Liam dan Aruna sampai teras butik. Liam segera membukakan pintu untuk Aruna, kemudian ia masuk mobil juga.
"Kalian hati-hati dijalan ya,jangan lupa tante di kabarin kalau udah hari H." Ucap tante sambil menggoda keduanya.
Liam terseyum kearah tante Ida. "Pasti tante."
Kemudian Liam melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan butik tersebut.
***
Di tempat keluarga Liam sudah ada orang tua Aruna dan orang tua Liam sedang sibuk membicarakan acara pernikahan Liam dan Aruna.
"Jadi gimana jeng? Kita adain dua minggu lagi?" Tanya mamah Aruna kepada mamah Liam.
"Iya dong lebih cepat lebih baik iya kan mah?" Tanya mamah Liam kepada sang mertua.
Kemudian oma gayatri mengangguk setuju dengan ucapan mereka. "Harus dong oma udah nggak sabar punya cicit." Ucap oma.
Para bapak-bapak pun tak kalah ikut bersuara. "Gimana kalau kita sewa gedung biar mewah!" Usul papah Liam kepada semuanya.
Semuanya nampak saling tatap,begitu juga dengan mamah Aruna. "Em bukannya kita mau menolak permintaan anda,tetapi bukankah sebaiknya kita adakan kecil-kecilan saja!" Pinta mamah Aruna.
Diandra mamah Liam nampak berfikir. "Benar juga pah apa kata Diana takutnya kalau Liam sama Aruna nggak nyaman. Gimana kalau kita tanya mereka aja maunya gimana!"
Papah Liam agak kecewa mendengar ucapan sang istri tetapi ia harus terima dengan usulan mereka. Karena semua ini untuk Liam dan Aruna,jika mereka berdua tidak nyaman ya apa gunanya pesta meriah.
"Yaudah deh papah ikut aja. Yang penting mereka bahagia,kita mah ngikut aja ya!" Ucap papah Liam finally.
Mereka semua mengangguk mengiyakan ucapan sang papah Liam.
***
Kini Liam dan Aruna tiba di area pekarangan sebuah mall besar di jakarta. Aruna tidak tau apa yang akan Liam lakukan disini,yang pasti Aruna hanya mengikuti Liam saja.
Kali ini belum sempat Liam buka kan pintu,Aruna terlebih dahulu keluar.
"Yuk!" Ajak Liam kepada Aruna.
Aruna mengikuti setiap langkah Liam kemana ia akan membawanya. Hingga mereka berhenti pada suatu kios yang sangat ramai di sebelah pojok.
Aruna hanya mengekori Liam.
Ternyata mereka berhenti di kios perhiasan. Liam meminta bantuan kepada penjaga kios untuk mencarikan cincin pernikahan untuk siapa lagi kalau bukan untuk mereka berdua!
Penjaga tersebut membawakan 1 kotak cincin berlian yang sangat berkilau. "Silahkan di coba kak,ini untuk cincin berliannya kalau mau yang lain kita bisa bantu!"
Liam mengangguk mengiyakan permintaan mbak tersebut.
Aruna kagum melihat cincin di depannya,semuanya cantik hingga ia tidak bisa memilih mana yang ingin ia ambil. Bahkan semuanya ingin ia ambil saat ini juga.
"Kamu pilih yang kamu suka!" Perintah Liam kepada Aruna.
Aruna menggelengkan kepalanya terlalu bingung jika ia harus memilih,hingga akhirnya Aruna meminta Liam saja yang memilihkan untuknya.
"Bapak aja yang pilihkan untuk saya." Ucap Aruna kepada Liam.
Liam menghela nafasnya kasar. "Yang permatanya warna biru muda mbak." Ucap Liam sambil menunjuk cincin biru muda tersebut.
Setelah mbaknya memberikan cincin tersebut kepada Liam kemdudian Liam memberikannya kepada Aruna untuk di coba.
Aruna mencoba cincin tersebut terlihat sangat cantik dan elegan namun saat Aruna ingin melepas cincin tersebut,sangat sulit untuk untuk Aruna lepas.
"Kok nggak bisa?" Ucap Aruna panik sambil mencoba melepaskan cincin tersebut.
Liam yang awalnya sibuk mengamati cincin yang lainnya kini perhatiannya teralihkan kepada Aruna.
"Kenapa?" Tanya Liam kepada Aruna.
"Nggak bisa di lepas!" Ucap Aruna panik.
Liam terkejut dengan ucapan Aruna,kemudian Liam meminta Aruna untuk menyodorkan tangannya supaya Liam bisa membantunya.
"Sini coba saya lihat!" Pinta Liam ketika melihat Aruna panik
.
Kemudian Aruna menyodorkan jemarinya untuk di bantu oleh Liam. Liam meraih tangan mungil Aruna,kemudian Liam membantu Aruna melepas cincinnya pelan-pelan.
"Jangan tegang biasa aja santai relax!" Pinta Liam kepada Aruna.
"Auwwwww" Rintih Aruna pelan.
Liam menatap Aruna sejenak. "Sorry, relax lagi dikit lagi bisa ini." Pinta Liam kepada Aruna.
Aruna hanya nurut saja dengan Liam ia sangat berharap bahwa cincin yang ia kenakan segera lepas. Sangat sakit di jari Aruna.
Liam terus berusaha melepaskan cincin yang Aruna kenakan hingga...
"Yess berhasil." Ucap Liam sambil memegang cincin tersebut.
Aruna merasa lega karena cincinya sudah terlepas. Walaaupun kini jari Aruna merah dan terasa panas karena bekas cincin tersebut.
"Gapapa?" Tanya Liam kepada Aruna.
Aruna mengangguk. "It's ookay!"
Liam menyerahkan cincin tersebut kepada mbak disana,kemudian ia memilih lagi yang ukurannya lebih besar dari yang tadi.
"Ini coba." Pinta Liam kepada Aruna sambil memberikan cincin permata merah.
Aruna menerima kemudian mencobanya secara perlahan karena Aruna trauma jika cincinnya tidak bisa ia lepas lagi.
"Gimana?" Tanya Liam kepada Aruna.
"Iya ini aja udah pas kok. Dan aku juga suka modelnya!" Ucap Aruna sambil memberika cincin tersebut kepada Liam.
"Mbak saya mau yang ini ya." Ucap Liam.
Setelah mereka berdua selesai membeli cincin kini mereka berjalan menyusuri mall.
"Kamu mau makan dulu atau mau beli apa dulu?" Tanya Liam kepada Aruna di tengah perjalanan mereka berdua.
Aruna menoleh kearah Liam kemudian menggeleng. "Pulang aja deh udah sore." Ucap Aruna tidak betah lama-lama jalan dengan Liam.
Jujur saja sejak mereka bertemu jatuh Aruna berdetak sangat tidak normal. Begitu juga Liam mereka sama-sama gerogi.
Bersambung...
