Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Di jemput calon suami

Kring.......

Suara jam berbentuk hello kity berbunyi begitu nyaring,berhasil membunyarkan mimpi indah Aruna.

"Heummm berisik banget sih." Gumam Aruna sambil mematikan jam tersebut.

Aruna mengucek matanya sambil melihat jam tersebut,ternyata sudah pukul 06.00 WIB.

"Yah baru pukul 06.00 WIB ngapain udah bangunin aku sih? Aku tadi udah mimpi nikah sama pangeran tauk!" Ucap Aruna dengan jam hello kitynya.

Aruna sadar dengan ucapannya beberapa detik yang lalu membuatnya teringat kembali dengan perjodohan.

"Huft.. Dah lah males mikirin perjodohan sialan itu! Mending aku mandi terus ke kampus deh." Ucap Aruna kemudian beranjak ke kamar mandi.

.

.

.

Sementara di bawah Diana sedang sibuk berbicara dengan ponselnya,entah siapa yang sedang menelfonnya hingga se exited itu menjawab telfon.

Aruna sama sekali tidak menghiraukan sang mamah

Ia langsung duduk di kursi makan bersama dengan Aruni dan papah.

"Yaudah dulu ya nanti kita sambung lagi. Assalamualaikum!" Ucap Diana kepada seseorang di sebrang sana.

Setelah mematikan panggilannya Diana ikut bergabung dengan yang lainnya untuk sarapan pagi.

"Siapa mah yang telfon? Sampai semangat gitu angkat telfonnya." Sindir Aruni kepada Diana.

Diana tersenyum mendengar ucapan Aruni." Itu lo mertua kakak kamu minta mamah untuk bertemu nanti siang. Mau bahas soal persiapan pernikahan kakak kamu." Ucap Diana semangat.

Aruna terkejut mendengar ucapan sang mamah,perasaan baru tadi malam mamahnya memaksa untuk menerima perjodohan ini.

Kenapa sekarang malah udah buru-buru banget pengen siapin semuanya? Dah lah ngikut aja biar cepat beres masalah ini.

"Sayang kamu nanti fiting baju sama calon suami kamu ya!" Pinta sang mamah kepada Aruna.

Aruna melongo mendengar permintaan Diana.

"T-tapi kan aku nggak kenal sama dia,masak sama dia sih mah! Mana berdua lagi." Ucap Aruna kesal.

Papah Aruna menahan tawanya mendengar protes Aruna kepada sang mamah. "Aruna kamu gimana sih namanya juga fiting baju pengantin ya sama calon suami kamu lah masak sama papah? Kamu nggak lucu banget kalau buat candaan deh."

"Papah kok malah candaan sih ini Aruna beneran pah,masak jalan berdua gitu canggung dong Aruna nggak mau ah mamah aja." Protes Aruna lagi.

Diana menggelengkan kepalanya. "Nggak bisa sayang kamu harus sama calon suami kamu,nurut mamah aja."

Aruna mengehela nafasnya pelan kemudian fokus lagi dengan sarapannya.

Aruni melirik sebentar kearah Aruna kemudian ia mengelus pelan punggung sang kakak. "Nanti Aruni temenin kalau Aruni udah selesai kelas." Ucap Aruni sambil tersenyum tulus kepada sang kakak.

Aruna yang awalnya menekuk wajahnya kini kembali bersemangat lagi mendengar ucapan sang adik. "Beneran? Nah kalau sama kamu mau banget dong aku." Ucap Aruna semangat.

Aruni mengangguk kemudian menatap sang mamah. "Boleh kan mah?" Tanya Aruni kepada Diana.

Diana mengangguk.

****

Kampus...

"Aruna!!" Panggil seseorang dari belakang Aruna.

Aruna merasa di panggil pun menoleh. "Ngapain teriak-teriak?" Tanya Aruna kepada orang tersebut.

"Gapapa sih,btw lo nanti ada acara nggak?" Tanya seseorang tak lain adalah Felicia dan Vera sahabat Aruna.

"Yah maaf aku nanti ada acara." Ucap Aruna sedih.

Felicia tersenyum kepada Aruna. "Gapapa mungkin lain kali kalau kamu udah nggak sibuk lagi.

Kita bisa jalan bareng betiga kayak

biasanya,sebenarnya aku mau ajakin kamu nonton katanya ada film terbaru biasanya kam kamu suka banget sama film." Ucap Felicia menjelaskan maksut dan tujuannya mengajak Aruna.

"Emangnya kamu ada acara apa?" Tanya Vera penasaran.

"Acara keluarga." Ucap Aruna bohong. Bukan bohong si lebih tepatnya tidak jujur hehe.

Felicia dan Vera menganggukan kepala tanda bahwa ia paham dengan apa yang dimaksut Aruna.

Setelah itu mereka betiga masuk kedalam ruangan untuk memulai pembelajaran di kampusnya.

.

.

.

Di tempat lain Liam baru saja menyelasaikan operasinya dan berjalan dengan lancar.

Baru saja ia keluar dari ruang operasi tiba-tiba ponselnya berdering.

Terlihat bahwa panggilan dari sang mamah, Liam pun segera mengangkat panggilan dari mamahnya karena takutnya jika ada yang penting.

"Iya halo mah ada apa?" Tanya Liam to the point.

..

"Emmm.. pulang nya jam berapa?"

....

"Share location aja mah nanti aku kesana!" Ucap Liam terahir sebelum panggilan berakhir.

Tut... tut..

Liam berjalan menyusuri karidor rumah sakit hendak kembali keruangannya lagi. Seperti biasa Liam disibukkan oleh pasien-pasien rumah sakit yang menjadi tanggung jawabnya.

Saat Liam sedang sibuk dengan pekerjaannya tiba-tiba Liam teringat akan permintaan sang mamah barusan. Buru-buru Liam mengambil kunci mobil dan keluar.

"Turutin aja dulu permintaan mamah,nanti kalau marah bisa bahaya ini." Ucap Liam sembari mengambil kunci mobilnya.

****

Aruna baru saja selesai dengan mata kuliahnya. Aruna bersama dua sahabatnya keluar dari ruangan mereka.

Saat Aruan keluar ruangan disana sudah ada Aruni yang tengah duduk sambil memainkan ponselnya.

"Aruni!!" Panggil sang kakak kepada adiknya

Sontak Aruni menoleh kearah sumber suara kemudian bangkit untuk menemui sang kakak.

"Kak!!"

"Kamu ngapain kesini? Tadi katanya kamu mau tunggu di depan aja?" Tanya Aruna kepada Aruni.

"Emm jadi aku mau nyampein sesuatu kepada kakak." Ucap Aruni sambil memegang tangan sang kakak.

Aruna menaikkan satu alisnya. "Apa?"

Aruni menyerahkan ponselnya kepada Aruna. Disana menampilkan sebuah room chat dari mamah,isi chat tersebut adalah Aruna diminta untuk menunggu calon suami nya di gerbang kampus.

"Tadi mamah telfon kakak tapi katanya nomor kakak nggak aktif,makanya mamah telfon aku." Jelas Aruni kepada Aruna.

Aruna nampak berfikir sejenak. "Kamu temenin aku kan?" Tanya Aruna memastikan bahwa Aruni akan menemaninya.

Aruni mentap Aruna sedih." Maaf kak aku ada tugas kelompok hari ini, tapi aku akan temani kakak sampai dia datang kok!" Ucap Aruni kepada Aruna.

Aruna menghela nafasnya kasar. "Yaudah deh gapapa."

Felicia dan Vera menyimak interaksi keduanya dengan tatapan bingung. Mereka tidak tau apa yang sedang Aruna biacrakan lebih baik mereka berdua diam. "Aruna kita balik duluan gapapa ya?" Tanya Felicia tiba-tiba.

Aruna terkejut ia lupa bahwa disini ada kedua sahabatnya. Tetapi tidak menjadi masalah toh ya keduanya pasti tidak faham apa yang sedang mereka bicarakan. "Iya kalian hati-hati ya! Maaf banget kita tidak bisa jalan hari ini." Ucap Aruna sambil memegang tangan Felicia.

"Santai aja urusan kalian lebih penting! Lagian juga masih ada banyak waktu kok santai aja." Ucap Felicia meyakinkan Aruna..

"Kalau begitu kita pamit ya!" Ucap Vera kepada Aruna dan Aruni.

Mereka berdua menganggukkan kepalanya.

Setelah kepergian Felicia dan Vera,Aruna dan Aruni pun ikut keluar untuk menunggu seseorang di depan gerbang kampus.

"Kamu beneran gapapa temenin aku?" Tanya Aruna kepada Aruni.

Aruni menggelengken kepalanya. "Gapapa kok santai aja. "

Hampir 30 menit mereka menunggu namun tidak ada tanda-tanda apa pun dari seseorang.

Hingga tiba-tiba ada mobil putih berhenti di depan Aruna dan Aruni.

Terlihat dari balik kaca bahwa seorang lelaki yang memiliki mobil tersebut. Aruna sempat menebak orang tersebut adalah orang yang sedang ia tunggu. Ketika lelaki tersebut keluar Aruna terkejut ternyata lelaki tersebut seorang dokter. Lelaki tersebut memiliki postur tubuh tinggi,badan tegap dan berisi terlihat bahwa lelaki tersebut lebih dewasa dari pada Aruna.

"Permisi apakah anda Aruna?" Tanya seseorang tersebut berhasil membuat Aruna terkejut.

Bagaimana lelaki itu bisa tau bahwa namanya Aruna? Apakah ini calon suaminya? Kenapa terlihat sangat dewasa? Banyak pertanyaan dalam benak Aruna.

"I-iya anda kok tau nama saya?" Tanya Aruna gugup.

Lelaki tersebut menatap Aruna dengan tatapan dingin mencekam. "Saya di minta mamah saya untuk menjemput kamu!" Ucap Liam kepada Aruna.

Aruna masih diam mencerna perkataan lelaki tersebut.

Liam menghela nafasnya kasar kemudian menyodorkan tangannya di depan Aruna. "Saya Liam calon suami kamu!" Ucap Liam tegas.

Sontak Aruna terkejut mendengar ucapan Liam. "Saya Aruna." Ucap Aruna malu-malu.

Aruni hanya menyimak percakapan keduanya tanpa ikut campur urusan sang kakak.

Liam menyerngitkan dahinya saat melihat Aruna dan Aruni secara bergantian. Liam baru sadar bahwa Aruna dan Aruni kembar.

"Kalian kemba?" Tanya Liam tiba-tiba.

Sontak Aruna terkejut dengan pertanyaan Liam. "Iya kami kembar,dia Aruni adik aku." Ucap Aruna memperkenalkan.

Aruni hanya tersenyum manis terhadap Liam.

Sementara Liam hanya mengangguk faham dengan ucapan Aruna.

"Kita berangkat sekarang takut sore tugas saya masih banyak." Ucap Liam dingin.

Aruna mengangguk kemudian ia masuk kedalam mobil Liam dan meninggalkan Aruni.

"Kakak pamit dulu ya,kamu hati-hati!" Ucap Aruna kepada adiknya.

Aruni mengangguk kemudian melambaikan tangan ketika mobil yang di kendarai sang kakak melaju.

****

Mobil Liam berhenti di sebuah butik yang sangat besar,Aruna menebak bahwa semua barang yang di jual dalam butik tersebut mahal. Karena dari luar terlihat bahwa butik tersebut dangatlah megah.

Aruna sibuk mengamati desain butik tersebut hingga ia tidak menyadari bahwa Liam sudah membuka kan pintu mobil sisi Aruna.

"Ehem.."

Deheman Liam berhasil membuyarkan lamunan Aruna. Sontak Aruna buru-buru turun dari mobil Liam,sementara Liam sudah menatap Aruna dengan tajam.

"Maaf." Gumam Aruna pelan.

Setelah itu mereka berdua jalan memasuki butik tersebut secara beriringan tanpa bergandengan tangan.

"Selamat datang ada yang bisa kami bantu?" Tanya penjaga butik tersebut dengan sangat ramah.

"Saya ada janji dengan tante Ida apakah beliau ada?" Tanya Liam kepada wanita tersebut.

Wanita tersebut faham maksut Liam kemudian membawa Liam untuk bertemu dengan tante Ida. Aruna hanya mengikuti Liam dari belakang.

"Mohon tunggu disini biar saya panggilkan dulu!"

Aruna dan Liam duduk di sofa tamu.

"Liam!!" Pekik tante Ida.

Liam hanya mengangguk mendengar tante Ida.

"Gimana kabar kamu? Lama sekali tante tidak bertemu denganmu!" Ucap tante Ida sambil berjabat tangan dengan Liam.

"Baik kok tante " ucap Liam singkat.

Kemudian tante Ida mengalihkan pandangannya kepada Aruna yang sedang duduk manis di sebelah Liam.

"Ini? Calon istri kamu Liam?" Tanya tante Ida kepada Liam.

Liam menatap Aruna sebentar kemudian mengangguk.

Tante Ida tersenyum kearah Aruna kemudian berjabat tangan dengan Aruna. "Saya Ida tantenya Liam."

"Aruna" ucap Aruna ramah.

"Liam diminta mamah untuk kesini nyobain gaun. Kata mamah kita tinggal coba aja,kalau nggak cocok boleh cari yang lain!" Ucap Liam kepada tante Ida.

"Iya tante udah siapin,mari ikut tante Aruna." Pinta tante Ida kemudian di buntut i oleh Aruna.

Aruna kagum melihat interior butik tersebut. Banyak sekali gaun-gaun cantik dan sepertinya mahal. Dilihat dari bahannya saja sudah kelihatan bahwa gaun tersebut sangat mahal.

Tante Ida datang dengan membawa gaun berwarna biru muda di tangannya untuk siapa lagi kalau bukan untuk Aruna.

"Coba deh sayang kayaknya pas deh mamah sama tante soalnya juga asal aja jahitnya." Ucap tante Ida sambil menyerahkan gaun kepada Aruna.

Aruna mencoba gaun tersebut di ruang ganti. Begitu Aruna selesai ia langsung keluar untuk menunjukkan gaun tersebut kepada tante Ida.

"Gimana tante?" Ucap Aruna sambil memutar badannya.

Bersambung...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel