BAB 3.
pagi harinya, tepat pukul 4:30, Arsaka sudah bangun terlebih dahulu, dan melihat pemandangan indah di sampingnya kala dia membuka matanya.
"Assalamu'alaikum zaujati, selamat pagi sholat yuk udah subuh" ujar Arsaka, sambil memainkan rambut Raisa.
"wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh, to zauji" ujar Raisa yang membuat arsaka tersenyum lebar.
Arsaka yang melihat wajah Raisa, dengan gemas ia mencium puncak kepala Raisa, ciumannya terkesan agak lama, Raisa yang merasakan itu langsung terkejut begitu saja pasalnya nyawanya masih belum terkumpul.
"Masih pagi, Gus" ujar Raisa setelah arsaka melepaskan ciumannya dan menjauhi wajahnya.
"Emang kenapa kalau pagi? harus siang ya? oke kalau begitu nanti siang aku ciumin kamu sampai puas"
"Eh ya nggak gitu juga, m- maksud Ais bukan gitu t-tapi argh nggak tau pokoknya bukan itu" elaknya yang langsung berlari menuju kamar mandi buat cuci muka dan ngambil air wudhu.
"Hati-hati Ais, jangan lari ntar jatuh" ucap
Arsaka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan istrinya.
***
Setelah melaksanakan sholat subuh mereka berdua murajaah sebentar, dan selesai di pukul 05.45.
Dan setelah itu mereka bersiap untuk jalan-jalan sebentar sekitar kompleks.
"Umi, Arsa sama Ais izin keluar sebentar ya mau keliling komplek aja nyari udara segar" pamit arsaka yang langsung diizinkan.
"Hati-hati, jaga menantu umi ya ar" arsaka dengan cepat mengangguk dan langsung menggandeng tangan Raisa.
Mereka berdua berjalan dengan masih bertautan tangan sambil sesekali bercanda ria.
"Kamu mau masuk sekolah kapan is?" tanya Arsaka.
"Ikut Gus aja, kalau Gus ngebolehin, besok Ais sekolah."
"Iya kalau kamu mau besok ya besok berangkat aja, saya juga besok udah masuk kerja, tapi nggak papa kan kamu harus pindah jadi ke pesantren?" Tanya Arsaka.
"Nggak papa Gus, Ais malah seneng bisa masuk pesantren, dan sekolah disana pasti nanti terjaga lagi"
"Iya terjaga kayak saya yang menjaga kamu juga" dengan gesit Raisa menabok punggung Arsaka.
"Nggak lucu ya Gus" ujar Raisa.
"Ya emang enggak lucu, orang saya enggak ngelawak" Raisa mencebik kesal mendengar lontaran ucapan yang keluar dari mulut suaminya.
Mereka pun melanjutkan jalan-jalan pagi mereka, sambil sesekali bercanda ria penuh gula, seolah dunia hanya milik mereka berdua saja.
******
Pukul 6 pagi setelah pulang dari olahraga pagi, serta sudah bersih-bersih, Raisa kini sudah berkutat di dapur bersama umi Zaitun dan juga Safira.
Ini masih pukul 6 pagi tetapi Raisa sudah berkutat didapur bersama umi zaitun dan Safira.
Mereka akan membuat makanan untuk sarapan pagi, karena hari ini mereka sudah akan disibukkan dengan kegiatan lagi setelah 2 hari libur.
"Kamu beneran mau masuk hari ini is?" pertanyaan itu terlontar dari mulut sang umi.
"Iya umi, kalau nggak masuk hari ini, ais juga bingung mau ngapain kan hari ini Gus saka udah berangkat ke kantor." jawab Raisa, memang kyai Abdurahman mempunyai beberapa kantor, jadi tidak hanya mengurus pesantren dia juga dulunya pembisnis, tapi karena umurnya yang udah agak sepuh jadi ia libatkan arsaka didalamnya.
"Iya juga, tapi kamu dipesantren nanti cuma sekolah kan? Setelah itu pulang kesini?"
"Iya umi, Ais kan udah punya suami kalau Ais nginap dipesantren suami Ais gimana nanti, masa minta dipeluk umi lagi kalau mau tidur." sontak ucapan Raisa itu membuat mereka tertawa.
"Nah itu is, Arsaka juga sering banget nangis, haha." ucap Safira sambil tertawa.
"Emang iya kak?" tanya Raisa penasaran.
"Iya lah orang sebelum kamu menikah, kan umi sama Abi kerumah kamu, nah itu umi nggak bilang dulu ke arsaka dia nyariin sampe ke pesantren terus pas balik lagi kesini sambil nangis." mendengar cerita Safira, Raisa tertawa.
Jujur Raisa sangat bersyukur mendapati keluarga dari sang suami yang gampang akrab dan juga sangat menghargainya.
"Terus ya, pas umi sakit kan Arsaka harus dipeluk baru bisa tidur, nah umi nggak bisa bangun pas itu untuk meluk arsaka biar dia bisa tidur, masa dia ngebet ke kamar umi terus tidur sama Abi dan umi ditengah-tengah" sambung Safira, sontak membuat Raisa tertawa lagi.
"Buka aib, dosa."
Ucapan itu menghentikan tawa keduanya, lalu mereka menoleh dan mendapati arsaka yang sudah ada dibelakang mereka dengan tubuh yang bersandar di pintu kulkas.
"Allah memang menutup aibku tetapi kakakku meroastingnya didepan istriku." ucap Arsaka, i membuat Raisa dan Safira yang tadi menghentikan tawanya, sekarang melanjutkan tawaan nya.
"Biar istrimu itu tau kelakuanmu Ar" cercah Safira. arsaka hanya memutar bola matanya malas, setelah itu berjalan mendekati Raisa.
"Udah selesai hm?" tanya arsaka sambil memeluk tubuh Raisa.
"ASTAGHFIRULLAHALAZIM, INGET TEMPAT!" teriakan Safira justru mengagetkan umi dan abinya.
"Astaghfirullah, kenapa Safira!" tanya sang Abi.
"Ini abi, arsaka tuh peluk-pelukan didepan mata Safira, kan mata Safira jadi nggak suci lagi." adu Safira.
"Bilang aja kalau iri." ledek arsaka masih dengan posisi memeluk Raisa bahkan pelukan itu sekarang semakin erat.
"Ih Gus lepasin dulu, malu ada umi dan Abi." ucap Raisa pelan yang langsung dijawab gelengan oleh arsaka.
"No! Mau gini aja nyaman soalnya." jawabnya dengan enteng.
Umi dan Abi yang melihat kelakuan Raisa dan arsaka sontak keduanya menggeleng-gelengkan kepalanya, berbeda lagi dengan Safira yang menatap keduanya kesal.
"Udah, ini udah selesai kan, sekarang sana keruang makan, biar umi yang bawa kesana."
"Biar Ais bantu umi." ucap Ais.
"Gus ini lepas dulu Ais mau bantu umi." lanjutnya sambil memegang tangan arsaka. sedangkan arsaka menghela nafas ia berjalan dengan wajah melas menuju meja makan.
"Ada yang perlu Safira bawa umi?" Tanya Safira.
"Kamu bawa minumnya aja saf." Safira mengangguk ia mengambil penampan yang sudah tersedia beberapa gelas dengan isian berbeda, ada kopi, teh, dan susu.
Dan mereka pun langsung sarapan bersama dengan penuh khidmat, hangat dan juga nyaman.
Setelah sarapan, mereka langsung bubar karna ada kegiatan sendiri-sendiri, Abi yang akan pergi ke pesantren yang ada di Bekasi bersama uminya, Safira yang langsung kembali ke kamar katanya mau mempersiapkan untuk mengajar anak-anak pesantren, begitu juga Raisa dan arsaka yang langsung kembali ke kamar untuk menyiapkan perlengkapan arsaka buat bekerja dan juga perlengkapan Raisa buat sekolah.
"Nanti disana jangan nakal ya is, kalau ada yang jahatin kamu langsung bilang aja ke saya."
"Emang kalau ada yang jahatin Ais terus Ais bilang ke Gus, orangnya mau di apain?" Tanya Raisa.
"Akan saya ta'zir."
(Ta'zir adalah merupakan hukuman yang diberikan kepada orang yang melakukan kejahatan, di mana ancaman kejdi mana ancaman kejahatan tersebut tidak disebutkan hukumannya secara pasti dalam Al Qur'an maupun dalam Hadis. )
"Ta'zir? Emang mau di ta'zir apa?" Tanya Raisa lagi.
"Mungkin nanti saya suruh piket selama seminggu." Jawab Arsaka dengan santai.
"Yaudah mendingan Ais nggak bilang aja." ucap raisa.
"Ya harus bilang! Kalau kamu nggak bilang nanti kamu tambah disakiti sama mereka yang jahatin kamu." Ujar Arsaka.
"Nggak, Gus juga jahat masa mau ngasih hukuman ke orang yang jahatin Ais, kan yang dijahatin Ais."
"Bukan gitu is, saya takut kamu kenapa-napa, kamu itu istri saya, saya tidak akan membiarkan siapapun menyakiti istri saya entah itu berdarah ataupun tidak terlula sedikit pun, saya tidak rela."
"Em kalau Ais jatuh terus kena lantai dan berdarah, apa Gus bakal nyuruh lantai tetap bersih selama seminggu?" Tanya Rais
Arsaka yang mendengar ucapan Raisa itupun, langsung memutar bola matanya.
"Bukan gitu juga sayang!" ujar arsaka.
"Ih ngga usah panggil sayang! Ais jadi malu." cercah Ais sambil menutupi wajahnya yang sudah terbalut dengan cadar.
"Apaan sih, kok gemes banget istrinya siapa sih ini." ucap arsaka sambil membuka kedua tangan istrinya yang masih menutupi wajahnya.
"Istrinya Gus Muhammad arsaka fareza." ucap Raisa pelan sambil tersenyum.
"Apa? Nggak denger!."
"Ih." ucap Raisa kesal, tapi ia langsung menatap suaminya lagi dengan wajah tersenyum.
"ISTRINYA GUS MUHAMMAD ARSAKA FAREZA." ucapnya sekali lagi namun kini dengan sangat jelas, sampai suaminya itu bisa mendengarnya.
Arsaka yang melihat tingkah gemas istrinya dengan gesit langsung memeluk tubuh istrinya
Mereka berdua tertawa disela-sela pelukan mereka, saling tertawa bahagia yang membuat mereka berdua saling nyaman.
Tok tok tok!.
"Assalamu'alaikum ais, ayo berangkat ke pesantren ini udah hampir pukul 7." ucap seseorang dari luar yang membuat arsaka bergumam kesal karena momen bersama istrinya harus selesai sekarang.
"Wa'alaikumussalam, berangkat dulu saja kak, nanti Ais biar Arsa yang anter." jawab Arsaka.
"Lah ternyata kamu belum berangkat toh, yaudah aku berangkat dulu ya ar, is." ucap Safira setelah itu berlalu.
Raisa langsung mengambil tas arsaka serta tas nya. dan ke meja rias sebentar melihat apakah penampilannya sudah rapih.
"Nggak usah ngaca Mulu!, Kamu itu udah paling ma sya Allah cantiknya dari yang lain." puji Arsaka, membuat Raisa langsung menoleh menatap Arsaka sambil tersenyum menis kepadanya.
"Udah yuk berangkat nanti telat." ucap Raisa sambil menggandeng tangan suaminya.
Mereka berjalan beriringan ke pesantren yang letaknya disebelah rumah ndalem. Banyak pasang mata yang melihat mereka dengan tatapan ikut senang, ada juga yang menatap iri
Tetapi itu tak masalah bagi keduanya yang terpenting mereka berdua menyapa setiap orang yang dilewatinya.
Mereka berdua pun kini memasuki area pesantren dan langsung menaiki tangga untuk menuju kelas Raisa.
"Assalamu'alaikum." ucap keduanya berbarengan, dan ternyata sudah ada ustadzah yang mengajar.
"Wa'alaikumussalam Gus, Ning." jawab ustadzah tersebut.
Memang mereka yang ada dipesantren sudah mengetahui jika arsaka sudah mempunyai istri, tetapi mereka baru pertama kali melihat wajah istri Arsaka itu, yaitu Raisa.
Dipikiran mereka saat ini yaitu Raisa sangat-sangat ma sya Allah cantiknya.
"Silahkan masuk Gus, Ning." ucap ustadzah lagi yang langsung diangguki arsaka, ia memasuki kelas yang akan ditempati oleh istrinya itu sambil menggandeng tangan Raisa.
"Assalamu'alaikum, kenalin ini Raisa Ayudia naysa, bisa dipanggil Raisa atau Ais, dia adalah istri saya, saya mohon buat kalian jangan ada yang berani mengganggu dia, atau menyakiti dia, jika itu terjadi saya tidak akan segan-segan untuk mengeluarkan orang tersebut dari ini pesantren." ucap Arsaka tegas.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh, na'am Gus" ucap murid-murid yang ada dikelas itu dengan bebarengan.
"Baik, untuk ustadzah tolong berikan kenyamanan untuk istri saya dikelas ini." ujar Arsaka lagi. ustadzah mawar hanya mengangguk
"Yaudah, sayang! Saya berangkat kerja dulu ya, semangat sekolahnya kalau ada apa-apa langsung kabarin saya, setelah selesai langsung pulang ya, saya nanti pulangnya sepertinya sore pukul 4." ucap Arsaka mewanti-wanti
Raisa hanya mengangguk menurut, setelah itu ia mengambil tangan kanan suaminya untuk ia Salami, begitupun arsaka yang mencium sekilas puncak kepala Raisa.
Adegan tersebut membuat murid-murid yang ada dikelas memekik tertahan, seorang Gus mencium istrinya di depan kelas? Sangat tidak patut dicontoh!.
TO BE CONTINUE.
