Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 4.

Setelah pulang dari kelas pesantren, Raisa tak langsung pulang, ia pergi ke asrama milik temannya, Zahra, Jasmine, dan Nanda.

Menurut Raisa mereka baik, ada Zahra yang selalu melawak, ada Jasmine yang sifatnya seperti anak kecil ada juga Nanda yang pemikirannya dewasa.

"Eh kalau boleh tau Gus Arsaka kalau sama kamu gimana Ning, galak kah?" pertanyaan itu terlontar dari mulut Zahra.

"Kamu kepo amat heran!" ujar Nanda.

"Kan aku keponya sama Ning Ais kok jadi kamu yang sewot si Nda." sedangkan Nanda hanya memutar bola matanya malas memang sifat Zahra begitu sangat-sangat kepo.

"Itu kan termasuk sifat pribadi azzahra."

Melihat Zahra yang ingin membalas ucapan Nanda dengan cepat Raisa melerainya.

"Aku sama Gus saka bahagia-bahagia aja kok Ra, Gus Saka baik, lucu lagi."

"Hah serius? bukanya Gus saka galak banget ya? tadi aja buktinya ngomongnya tegas banget." tanya Zahra lagi.

"Masa si, kalau sama aku engga kok dia baik banget ngehargain aku sebagai istrinya." Jawab Raisa.

"Iya tau, kok bisa ya kalau sama kamu kayak gitu?" Sekarang Jasmine yang berbicara.

"Kan Ning Ais istrinya, Jasmine." ujar Nanda kesal. memang kedua sahabatnya itu orangnya sangat-sangat kepo.

"Tapi agak nggak percaya gitu nggak siee, soalnya Gus arsaka itu orangnya benar-benar galak!" Ucap Zahra masih tidak percaya.

"Diem deh kalian berdua, kalau enggak percaya, coba deh diputar ke beberapa jam yang lalu, Gus Arsa aja berani nyium kening Ning Ais di depan kelas padahal banyak orang yang lihat."

Raisa yang mendengar ucapan Nanda sontak langsung mengalihkan pandangannya ia masih malu dengan kejadian tadi pagi, suaminya dengan berani mencium keningnya didepan teman-temannya itu hal yang sangat memalukan.

Ditambah lagi ditegur oleh Safira yang kebetulan berjalan melewati kelas yang ditempati Raisa dan melihat kejadian tersebut,

Sungguh itu hal yang memalukan! pikir Raisa.

"Ayo masuk aja Ning." tak terasa mereka sudah berada didepan kamar yang ditempati teman-teman Raisa.

Raisa memasuki kamar yang ditempati teman-temannya, menurutnya kamarnya kecil tapi begitu nyaman untuk tidur sendirian.

"Ini yang lain emang pada kemana?" tanya Raisa.

"Biasa Ning, biasanya kalau habis sekolah mereka ada yang nyuci terus paling kumpul dikelas sebelah soalnya yang disini tidak terlalu akrab, dan sekarang kan musim circle-circlean jadi ya gabung sama circle nya."

Raisa hanya mengangguk, circle-circlean itu udah biasa terjadi disekolah, dulu di SMA nya juga gitu bahkan ia hanya mempunyai satu sahabat bernama Reyna.

"Nih Ning, Afwan ya adanya hanya air putih." ujar Nanda sambil meletakkan AQUA gelas di meja yang berada di dekat Raisa.

"Syukron Nanda, nggak perlu repot-repot juga."

"Engga ngerepotin kok Ning, silahkan di minum." ucapnya lagi, Raisa hanya tersenyum mengangguk.

"Eh Ning, Jasmine boleh nanya lagi nggak."

"Menurut aku, kamu diem aja deh min soalnya kamu tuh nggak nanya dengan baik, jadinya terkesan kepo banget!" ujar Nanda.

"Ih sekarang engga Nda Nda, kan Jasmine nanya nya ke Ning Ais bukan ke Nda nda janji deh Jasmine nanya-nya nggak yang terkesan kepo." Nanda hanya menghela nafas kesal melihat kelakuan sahabatnya.

"Kalau boleh tau ning Ais dulu sebelum pindah kesini sekolah dipesantren mana?"

"Em, aku enggak dipesantren, aku dulu di SMA GERITA 1" jawab Raisa.

"Wah SMA yang terkenal itu kan ya? disana banyak cogan kan pastinya Ning? hiss jadi pengen pindah kesana." sekarang Zahra yang menyahut dengan heboh.

"Aku malah nggak pernah lihat cogan-cogan disana." ucapan Raisa mampu membuat Zahra dan Jasmine melotot, sedangkan Nanda hanya diam menyimak.

"Ih kok bisa Ning?"

"Iya soalnya aku juga jarang keluar kelas, kalau keluar dari kelas pasti di bicarain sana-sini, pernah juga sampe di bully, hehe" ucap Raisa sambil terkekeh.

"Wow kebangetan tuh yang Bully Ning raisa!" ujar Jasmine.

"Iya tuh, siapa sih yang berani bully Ning Raisa pengen aku cubit ginjalnya deh, eh emangnya kalau istirahat ning raisa engga pernah ke kantin?" Raisa hanya menjawab dengan gelengan.

"Terus dikelas aja? Ngapain? Emang nggak gabut gitu? Orang aku aja kadang tiap pelajaran izin ke kamar mandi." lanjut Zahra.

"Baca novel aja hehe..., asik aja gitu soalnya kan pasti kelasnya sepi jadi lebih enak baca novel." Jawab Raisa.

"Kalau aku sih udah enggak ta...-" lanjut Zahra dalam hati karena ucapannya harus terpotong oleh suara ketukan pintu.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam." jawab mereka serempak.

"Sebentar." Ucap Nanda sambil berjalan menuju pintu yang diketuk beberapa kali oleh orang yang berada di luar.

"Oh Gus saka, nyariin Ning Ais ya Gus." ujar Nanda yang langsung cepat diangguki arsaka, mendengar namanya dipanggil Raisa langsung beranjak menuju ke Nanda.

"Ada siapa Nanda?" Tanya Raisa.

"Ada siapa ada siapa, pulang!, Suami pulang kerja bukanya nyapa terus bikinin teh malah ngilang." Ucap Arsaka kepada istrinya itu.

Raisa yang mendengar ucapan suaminya dengan sigap menunduk merasa bersalah.

"M- maafin Ais ya Gus, Ais cuma tadi pengen main sebentar sama temen-temen Ais." ujar Raisa dengan posisi yang masih menunduk dan sekarang ditambah air matanya yang sudah luruh.

"Sini." suruh arsaka sambil mengkode ke Raisa agar mendekat kearahnya.

Dengan sigap arsaka memeluk tubuh istrinya, setelah Raisa mendekat ke arahnya, tangan kananya mengelus kepala Raisa yang terbalut hijab, dan tangan kirinya yang terletak dipinggang Raisa. memeluk.

"Udah jangan nangis." ujar arsaka.

"T- tapi Gus saka marah kan sama Ais." ujar Raisa mendusel ke dada bidang suaminya.

"Saya engga marah Ais, saya hanya khawatir, saya takut kamu kenapa-napa, bahkan kak Safira aja nggak tau kamu kemana, itu yang membuat saya sedikit meninggikan suara tadi." Jelas Arsaka, dengan jujur.

"Ma - maafin Ais ya Gus." Sambungnya.

"Besok-besok lagi kalau mau main, bilang dulu ke kak Safira atau bisa chat aku." Raisa mengangguk di pelukan suaminya.

"Afwan Gus, jangan salahin Ning Raisa ya, soalnya ini salah kita tadi yang ngajak Ning Raisa buat main kesini." ucapan yang keluar dari bibir Nanda, membuat Raisa melepaskan pelukan suaminya lalu menggeleng menatap suaminya.

"Enggak bukan salah mereka! Ini semua salah Ais, lagi pula Ais aman kok sama mereka Gus, cuma tadi kesalahan Ais nggak izin dulu jadi buat Gus khawatir." elak Raisa cepat pasalnya ia teringat ucapan suaminya tadi pagi.

Arsaka yang melihat Raisa malah terkekeh, pasalnya mata Raisa terkesan lucu sembari menatapnya, seperti memohon dan panik dalam satu siratan mata tersebut.

"Udah yuk pulang! Besok lagi ya mainnya, itu kucing kamu pup, kamar saya baunya jadi nggak enak." ucapan yang terlontar dari bibir semuanya membuat Raisa menutup wajahnya, dan dengan sigap tangan kananya memukul lengan atrsaka.

"Kok saya dipukul?!" tanya arsaka.

"Ih Gus nggak usah bilang kucing pup juga, kan Raisa jadi malu mana ini banyak banget lagi yang ngelihatin"

Mendengar itu Arsaka hanya terkekeh, mereka memang sedang dikerubungi banyak santriwati, pikir mereka akan ada peperangan antar suami istri tersebut, tetapi malah mereka yang kena mental sendiri setelah melihat keduanya berpelukan.

"Wah Ning Ais punya kucing?" pertanyaan itu terlontar dari mulut Jasmine.

Raisa menoleh setelah itu mengangguk. "iya punya! namanya Abby." jawab Raisa antusias.

"Wow, kapan-kapan dibawa kesini ya Ning kucingnya, jasmine mau kenalan pasti kucingnya lucu banget." ucap Jasmine.

"Pasti! Nanti aku bawa kesini ya min." jawab Raisa setelah itu diangguki Jasmine dengan semangat.

"Yaudah kita pamit dulu ya Assalamu'alaikum

" ucap Arsaka yang langsung diangguki mereka.

"Aku pamit dulu ya, nanti kapan-kapan kita main lagi, dada, assalamu'alaikum" pamit Raisa.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh, siap Ning ditunggu" teriak Zahra.

Raisa pun berjalan beriringan bersama Arsaka meninggalkan kerumunan yang terjadi, Raisa berjalan dengan wajah tersenyum dibalik cadarnya.

TO BE CONTINUE.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel