Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 5. TAK ADA RUANG UNTUK PENGKHIANATAN.

"Sungguh pertanyaan konyol yang aku dengar pada pagi ini." Lynn menoleh lalu mendekati Feli.

"Banyak yang bilang kalau aku sering mengganggumu. Bahkan saat kamu putus itu juga karena aku." Feli duduk sambil meraih koran.

Lynn sengaja membungkukkan badannya. Ia tersenyum seakan-akan Feli tidak menjadi beban dalam hidupnya. Memang selama ini Lynn sering mendengar kabar seperti itu. Nyatanya dengan kehadiran Feli, semua masalah dalam kantor selesai.

"Aku sering dengar pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Kamu takut ada yang mengatakan kamu beban?" Lynn tersenyum sambil memegang hidung Feli.

"Suka banget ya memegang hidungku? Sudah tahu pesek tetap aja dipegang," kesal Feli hingga membuat Lynn berdiri lalu tertawa lucu.

Lynn duduk di hadapan Feli. Lynn meraih cangkir itu sambil mencium aroma teh. Lynn tidak habis pikir dengan pertanyaan-pertanyaan yang bisa menjatuhkan sang sahabatnya itu.

"Mereka hanya melihat kamu dari luarnya saja. Mereka tidak paham dengan maunya kamu. Mereka pikir kamu akan menjadi benalu di dalam hidupku. Kenyataannya kan tidak. Kamu sering membantu memecahkan masalah perusahaan." Lynn mengatakan sesungguhnya.

Apa yang dikatakan oleh orang lain itu tidak benar? Banyak sekali yang mengatakan kalau Feli bukan wanita mandiri. Melainkan Feli adalah simpanan para bos di perusahaan besar. Yang di mana pekerjaannya itu mengambil keuntungan demi kemewahan.

Sejak kecil Feli sudah memiliki tabungan fantastis. Jujur sampai detik ini Feli tidak merasa kekurangan apapun. Bahkan ia bisa hidup mewah tanpa harus bersusah payah.

"Jadilah perempuan cerdas. Jadilah perempuan yang bisa menyaring informasi dari manapun. Jika kamu tidak bisa mencerna informasi tersebut. Maka kamu yang rugi. Mentalmu hancur berkeping-keping. Hidupmu berantakan dan harus membangun ulang lagi. Ketika kamu membangun ulang lagi. Butuh waktu lama. Dan itu nggak cukup setahun 2 tahun. Bisa lebih dari itu." Lynn berkata jujur.

"Bener juga. Kalau aku beban sudah dari dulu. Tapi kedua orang tuaku memberikan fasilitas terbaik. Selain itu mereka memberikan aku pendidikan yang tidak kaleng-kaleng. Memang aku sering di luar kantor. Jadi selama ini aku sering mendengar desas-desus yang tidak mengenakkan," jelas Feli.

Lynn tersenyum melihat Feli. Lynn tahu menjadi seorang Feli itu sangat berat. Apapun yang dipakai atau dilakukan menjadi sorotan. Banyak juga omongan yang tidak enak terdengar di telinga Feli.

"Kenapa kamu tidak membuka identitasmu saja?" Lynn meminum teh hangat itu dengan pelan.

"Kenapa juga aku harus membuka identitasku sesungguhnya? Apakah itu penting bagi mereka?" Feli berbalik tanya dan membuat Lynn bingung.

"Sebagian orang tahu kamu anaknya siapa? Tapi banyak orang tidak tahu kamu itu siapa? Sebentar lagi akan ada berita. Kamu akan menjadi seorang pelakor." Lynn tersenyum konyol.

Feli tahu apa maksudnya. Ini masalah hubungan dengan Lynn. Jika saja skandal Adinda bocor. Maka Adinda dengan mudah menuduh Feli penyebab dirinya selingkuh.

"Aku bisa melawan mereka dengan tenang. Kemungkinan besar orang-orang yang mengusikku. Akan mendapatkan karma besar." Feli tersenyum menantang mereka.

"Pakailah kekuasaan ayahmu jika ingin melawan mereka," saran Lynn.

"Kenapa aku harus memakai kekuasaan ayahku? Aku adalah aku. Ayahku adalah ayahku. Lebih baik aku tantang sendiri tanpa bantuan siapapun. Yang namanya fighter akan menyerang jika sudah diserang terlebih dahulu." Feli menolak saran dari Lynn.

Benar apa yang dikatakan Feli. Ia lebih memilih mandiri daripada harus memakai kekuasaan sang ayah. Di sisi lain, ada dua kakaknya yang siap-siap melindunginya. Feli bisa saja meminta bantuan kepada kakaknya itu. Jika masalahnya runyam dan tidak bisa diselesaikan sendiri.

Feli bukan tipe wanita cengeng. Memang tubuhnya mungil dan tinggi. Di balik itu semuanya, Feli memegang sabuk hitam dari cabang olahraga karate. Selain karate, Feli menguasai ilmu ninjutsu dan jujutsu. Feli tidak pernah memakai ilmunya itu demi menyakiti orang. Bahkan kalau sudah terjadi perang, Feli memilih istirahat atau tidur.

"Kita pulang sekarang saja." Lynn meminta Feli bersiap-siap.

"Apakah hatimu baik-baik saja?" Feli tersenyum hangat.

"Aku masih baik-baik saja. Aku sudah memutuskan tidak ada ruang bagi Adinda di dalam hatiku. Yang namanya pengkhianatan harus dibuang." Lynn mengambil snack tersebut lalu memakannya.

"Ternyata kamu bisa melupakan seseorang dengan cepat. Aku tidak pernah bisa melupakan seseorang itu dalam waktu cepat. Apa rahasiamu bisa melupakan seseorang itu dalam hitungan beberapa hari?" Felly memuji sambil bertanya.

Lynn tersenyum sambil menatap langit biru. Lynn memilih diam sejenak untuk merangkai kata-kata. Ia tidak ingin membuat Feli tersinggung.

"Dia sering melakukan kesalahan fatal. Gara-gara emosinya yang meledak-ledak, habis itu telepon saat aku rapat bersama para investor. Dan itu membuat moodku terasa sangat buruk." Lynn mengingat kejadian-kejadian yang menyakitkan bersama Adinda.

"Wajarlah! Dia takutnya overthinking sama kamu," sahut Feli.

"Kenapa juga harus overthinking? Sudah tahu aku bekerja demi menghidupi seribu karyawanku. Mencari para investor tidak mudah. Ketika Adinda menelponku di saat aku benar-benar sibuk. Bayangkan saja, Dia meminta aku datang ke tempat tidak penting buatku." Lynn mengingat kejadian itu dengan dada sesak. "Yang lebih parahnya lagi, Adinda memaksa meminta uang dengan jumlah besar."

Feli mengangguk tanda setuju. Selama bersama dengan Lynn, Feli merasakan dampaknya. Mau tidak mau Feli harus melanjutkan rapatnya bersama Robin sang asisten Lynn.

Untung saja Feli sudah memiliki bakat merayu para investor. Bakat itu telah mendarah daging ketika masih kecil. Dahulu Feli sering diajak oleh ayahnya saat melakukan pertemuan beberapa para investor. Di sinilah Feli menyerap ilmu sang ayah dan menyimpannya untuk dipakai di kemudian hari. Jujur ilmu itu sangat berguna bagi dirinya.

"Lalu bagaimana jika dia kembali lagi dan meminta pernikahan ini tetap dijalankan?" Feli bertanya sambil melihat beberapa pesan di aplikasi hijau.

"Memangnya dia pikir bisa kembali di kehidupanku yang sudah dikhianati seperti itu? Jangan pernah bermimpi jika sudah mengkhianati aku. Kalau menikah bisa. Tapi aku tidak akan memberikan fasilitas apapun. Untuk makan pun aku tidak akan menjaminnya. Aku memilih pergi ketika dia berada di rumah," jawab Lynn yang perkataannya sangat menyakiti hati Feli.

"Dia perempuan bukan pria." Feli tidak terima sama sekali.

Lynn tertawa melihat Feli tidak baik-baik saja. Ia tahu kalau perkataannya itu sangat menyakiti hati Sang sahabat. Namun apa daya, Lynn harus berbuat kejam dan menghempaskan orang-orang yang sudah menyakitinya.

"Memang kamu kira apa? Kuntilanak! Aku tidak peduli kalau dia perempuan." Lynn menatap ke arah Feli.

"Ish... Kamu itu? Bisa-bisanya kamu menyamakan Adinda sama kuntilanak." Feli sengaja membuang wajahnya agar tidak melihat Lynn.

"2 jam lagi kita berangkat ke Jakarta. Aku memiliki firasat kalau dia akan datang ke rumah dan meminta tolong sama mama agar pernikahan itu berjalan apa adanya!" perintah Lynn.

Feli juga merasakan hal yang sama. Ia sudah mengetahui tabiat Adinda sesungguhnya. Meskipun salah yang dilakukannya, bagi Adinda itu benar. Tidak ada orang yang mampu melawan Adinda.

"Kamu yakin Adinda akan datang?" Feli memutuskan berdiri sambil meminum sisa tehnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel