BAB 6. DIBALIK CINTA ADA PENGKHIANATAN.
"Kalau tidak datang aku sangat bersyukur sekali. Kalau datang kita terima dengan baik. Dan di sinilah aku memutuskan semuanya." Lynn memilih untuk stay di kursi itu.
Di Jakarta, Andi sedang memeriksa berkas-berkas yang berada di atas meja. Kemudian datang Dion dengan membawa satu map. Dion mendekatinya dan menaruhnya di hadapan Andi.
"Paman, semuanya sudah beres." Dion menuju ke kulkas sambil melihat isinya.
"Cepat sekali kamu." Andi memuji Dion.
"Banyak rekam jejaknya di internet. Aku hanya mengambil sebagian. Intinya Adinda selingkuh bukan untuk terdesak. Melainkan demi hasratnya dan kesenangan jiwanya saja. Hal itu dilakukan ketika sudah sekolah SMP. Adinda tidak tidur hanya dengan satu pria. Kalau direkap bisa menjadi ribuan pria. Hal ini sangat gila buat seorang perempuan." Dion mengambil air mineral dan menutup kulkas itu.
Andi menggelengkan kepalanya. Ia juga merasa puas atas jawabannya itu. Jika Adinda mengganggu Feli. Lalu menyebarkan fitnah, kalau Feli biang masalah karena tidak terjadinya pernikahan. Andi bisa saja menyebarkan berita itu ke internet. Kemungkinan besar karir Adinda sebagai aktris hancur berkeping-keping.
Siapa saja yang mengganggu ketenangan keluarganya, Andi siap-siap menyerangnya tanpa belas kasihan. Kalau masalahnya sangat besar dan tersebar ke internet. Beda lagi kalau masalahnya sangat kecil dan itu tidak sengaja. Andi tidak menghukumnya dan meminta orang itu pergi dari keluarga Sudarmaji.
"Memangnya paman mencari informasi Itu buat apa? Aku tahu paman itu orangnya tidak suka ikut campur dengan masalah orang," tanya Dion lalu menghempaskan bokongnya di sofa.
"Hanya untuk jaga-jaga. Aku tidak ingin Adinda mengusik putriku. Sekalinya menyakiti putriku, aku akan membereskannya dengan mudah." Andi menyandarkan tubuhnya di kursi kerja.
Dion sampai lupa dengan permintaan Andi. Selama ini Dion tahu kalau hubungan Lynn bersama Feli memiliki kedekatan khusus sebagai seorang sahabat. Mereka memang saling mengingatkan satu sama lain. Dan semua orang pun tahu hubungan mereka.
"Bener juga paman. Kita harus menghalau terlebih dahulu. Jika tidak maka banyak orang yang menyerang Feli. Bisa-bisa Feli dicap sebagai pelakor," sahut Dion tenda setuju.
"Ada tambahan satu lagi. Adinda adalah orang yang sangat ambisius. Segala cara pun akan dilakukan walau memakai cara kotor sekalipun," tambah Dion.
"Nah itu tahu. Apalagi pernikahannya bersama Lynn adalah impiannya. Impian untuk mengambil aset Jasson Group," jelas Andi sudah mengetahui gerak-gerik Adinda dari awal.
Mereka berdua memijat keningnya masing-masing. Baginya orang seperti Adinda itu adalah benalu sesungguhnya. Jika dibiarkan saja, maka banyak berbagai pihak merugi besar-besaran.
"Langkah selanjutnya apa paman?" tanya Dion.
"Lebih baik memilih diam. Kalau sudah ada pergerakan Mari kita jalankan misi untuk menghancurkan Adinda," jawab Andi.
Dion mengangguk setuju. Siapapun yang menyinggung anak-anaknya, Andi tidak segan-segan menghabisinya secara kejam. Andi tahu siapa musuh terbesar anak-anaknya. Tapi ia memilih diam dan bekerja secara senyap.
Ketulusan putra-putrinya membuat Andi bisa membuat kejam. Dikarenakan mereka sering dimanfaatkan banyak orang yang tidak bertanggung jawab. Bahkan sering sekali diadu domba dengan berbagai belah pihak.
"Paman, aku mau kembali ke kantor. Banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan," ucap Dion sambil berdiri lalu meninggalkan Andi.
"Baiklah," balas Andi.
Andi membuka map itu dan memeriksa kejahatan demi kejahatan Adinda. Andi menggelengkan kepalanya sambil mengusap wajah. Tak terbayangkan jika Lynn hidup bersamanya. Lynn akan selalu tersakiti oleh ulahnya.
"Aku harus melepaskan putriku satu-satunya. Agar Lynn bahagia bersama Feli." Andi sengaja mendoakan mereka agar bahagia selalu.
Di dalam perjalanan, Lynn menyetir dengan tenang. Sementara Feli memeriksa beberapa pekerjaannya di email. Setelah itu Feli memandang Lynn. Hingga membuat Lynn salah tingkah.
"Kenapa kamu melihatku seperti itu?" Lynn menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
"Aku ingin ke rumahmu," jawab Feli sambil tersenyum.
"Memangnya kamu tidak pulang ke rumah?" tanya Lynn membalas senyuman Feli.
"Aku ingin ketemu papa." Feli menjawab dengan jujur.
"Ya sudah." Lynn mengabulkan permintaan Feli. "Memangnya kamu nggak ingin pulang ke rumah?"
"Ayah dan ibu jam segini masih sibuk. Mereka sudah tahu kalau aku kabur dari pekerjaan. Kalau mau bertemu mereka pasti malam," jawab Feli sekali lagi.
Lynn hampir lupa dengan pekerjaan kedua orang tua Feli. Maka dari itu ia sengaja mengajak Feli ke rumah. Baginya itu hal sudah biasa. Bahkan Feli sendiri memiliki kamar yang sudah disediakan oleh Megan.
"Ya sudah. Nanti pergilah ke kamarmu sendiri. Aku tidak akan mengantarkanmu," ledek Lynn segera menancapkan gasnya.
"Ngapain juga diantar? Memangnya aku bocil apa?" Feli menatap layar ponselnya.
Lynn hanya tersenyum tipis. Hatinya yang terluka tiba-tiba saja menerima Feli. Entah kenapa Feli sangat spesial buat hatinya. Bahkan saat terpuruk, Feli selalu ada di sampingnya.
"Kedua abangmu akan pulang ya?" Lynn membelokkan mobilnya ke arah kiri.
"Iya. Sepertinya aku harus ganti posisi. Aku akan pergi ke Milan selama beberapa bulan," jawab Feli.
"Bagaimana pekerjaan di sana?" tanya Lynn.
"Jujur, perusahaan di sana sedang tidak baik-baik saja. Akhir-akhir ini, perusahaan sedang diincar oleh organisasi bawah tanah. Aku belum mengeceknya. Sepertinya nanti malam aku harus bekerja keras untuk mencari jawaban ini." Feli menghela nafasnya.
"Mau aku bantu?" Lynn sengaja menawarkan bantuannya.
"Tidak. Aku sangat berterima sekali. Aku tidak ingin kamu dalam bahaya. Sekalinya tahu tentang dunia bawah tanah. Maka hidupmu dalam bencana besar." Feli berharap Lynn tidak ikut membantu.
Mereka memilih diam. Feli tidak ingin melibatkan Lynn dalam bahaya besar. Namun Lynn sangat penasaran. Lynn akan mencari cara untuk mengetahui jawabannya.
Adinda baru saja terbangun dari tidurnya. Ia segera membersihkan tubuhnya sambil membayangkan pernikahannya bersama Lynn. Adinda berharap bahwa Lynn bisa mencintainya sepanjang hari.
Saat membersihkan tubuhnya, hati Adinda sangat sakit. Ia teringat wajah Feli. Seakan-akan Adinda ingin marah dan meremas spons mandinya. Adinda mengancam Feli akan membunuhnya.
"Aku akan membunuhmu Feli! Aku tidak akan membuatmu bahagia! Agar kamu tidak mengganggu Lynn!" geram Adinda dengan wajah yang menyeramkan.
Memang sejak pacaran, Adinda tidak menyukai hubungan Feli bersama Lynn. Namun Lynn sudah menganggap Feli sebagai adiknya. Mereka saling membantu dalam keadaan susah. Jujur Lynn sangat menyukai pemikiran Feli. Sebab Feli memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Di sinilah mereka selalu bertukar pikiran soal bisnis.
Tiba-tiba saja Adinda menyudahi mandinya. Ia segera keluar kamar sambil berbalutkan handuk. Mata Adinda menangkap sosok seorang pria yang duduk dengan elegan.
"Ngapain kamu ke sini?" Adinda tersenyum nakal.
"Bukannya kamu sebentar lagi akan menikah? Apakah kamu akan melupakanku selamanya?" Pria itu tersenyum konyol.
Adinda segera mendekatinya. Ia tanpa malu duduk di sampingnya. Bahkan yang lebih gilanya lagi, Adinda tidak sungkan memegang paha pria itu.
"Masih 3 hari lagi," jawab Adinda dengan manja. "Sebaiknya kamu tenang saja. Kita akan main belakang. Aku ingin hubungan ini tidak boleh diketahui oleh siapa-siapa."
"Apakah kamu yakin?" tanya pria itu.
