Bab 9
Hari ini Vallen dan Yora pergi menggunakan mobil milik klan.
"Kita akan kemana Nona?" tanya Vallen melirik Nona Yora yang duduk di sampingnya.
"Aku harus membeli beberapa barang, persediaan kita sudah menipis," seru Yora membuat Vallen beroh saja.
Akhir-akhir ini mereka cukup dekat, sepertinya Vallen berhasil mendapatkan kepercayaan dari Nona Yora yang mirip Isabell.
"Sebenarnya tempatnya dimana?" tanya Vallen karena mereka terus saja berputar-putar.
"Kamu parkirkan saja mobil itu di samping kedai kecil itu," seru Yora.
"Kedai kopi kecil? Apa kita akan menikmati kopi dulu?" tanya Vallen.
"He he.. kamu ini lucu sekali Wiskey. Ayo kita turun," seru Yora menuruni mobil diiringi kekehannya.
'Sebenarnya membeli persediaan apa yang dia maksud,' batin Vallen mengaktifkan camera di kancing kemejanya.
Ia berjalan mengikuti Yora memasuki kedai kecil itu yang hanya ada dua orang pengunjung yang tengah menikmati kopi.
"Hai Nona," sapa bartender itu.
"Hallo Ace," seru Yora tersenyum. "Mr. Moli ada?"
"Ada di dalam, masuk saja," serunya kemudian melirik ke arah Vallen yang berjalan di belakang Yora.
Mereka berjalan memasuki pintu kecil dan masuk menyusuri lorong yang tidak terlalu panjang hingga sampai di sebuah ruangan yang cukup besar.
Mata Vallen membelalak lebar melihat semua yang ada di dalam ruangan besar itu.
"Senjata?" gumamnya.
Yora menoleh ke arahnya yang terlihat kaget melihat senjata di dalam sana. Kemudian ia berbalik menghadap Vallen.
"Ada apa? Kamu kaget, bukan?" seru Yora membuat Vallen mengalihkan pandangannya dari senjata ke mata cantik milik Yora.
"Ini-?"
Yora terlihat tersenyum dengan santai. "Kita akan membeli beberapa persediaan senjata untuk di markas. Ayo pilihlah senjata mana yang kamu sukai, itu bonus dariku," serunya masih tersenyum lebar.
'Isabell... apa yang terjadi denganmu selama ini. Kenapa kamu harus masuk ke dalam dunia gelap ini. Bahkan dulu kamu paling takut melihat pistol apalagi memegangnya. Tetapi sekarang-' batin Vallen menatap Yora di depannya.
"Ada apa?" tanya Yora mengernyitkan dahinya.
"Wah siapakah yang datang berkunjung," seruan itu menahan Vallen untuk mengeluarkan suaranya.
"Mr. Moli," seru Yora.
"Lama tidak berjumpa Nona," seru pria tua bernama Moli itu.
"Aku datang hanya ingin membeli beberapa barang," serunya.
"Silahkan pilih," ucap Moli menatap Yora dengan tatapan cabul membuat Vallen naik pital.
"Jaga pandangan anda, Tuan. Atau salah satu senjata milik anda akan menembus kepala anda!" seru Vallen penuh penekanan dan terdengar dingin hingga membuat siapapun yang mendengarnya akan merinding.
"Eh, siapa kamu?" seru Moli menatap ke arah Vallen dengan ketakutan.
"Dia orang kepercayaanku, Wiskey." Vallen menoleh ke arah Yora mendengar ucapannya. Ada rasa hangat di dalam hatinya mendengar ucapan Yora yang mengatakan dirinya sebagai orang kepercayaannya.
"Ah baiklah kalian bisa pilih senjata yang kalian inginkan," seru Moli bergegas pergi.
"Ancamanmu cukup membuatnya ketakutan," kekeh Yora. "Tapi terima kasih karena sudah melindungiku dari tatapan menjijikannya."
"Kamu tau dia menatapmu seperti itu, tetapi kenapa kamu membiarkannya," seru Vallen berjalan mengikuti Yora yang melihat-lihat jenis p]istol.
"Mau bagaimana lagi, orang seperti itu di tegur berkali-kalipun tidak akan pernah sadar. Kalau di bunuh pun, tidak akan menyelesaikan segalanya. Jadi aku memilih mengabaikannya selama dia tidak berani menyentuhku," ucapnya tampak acuk dan mengambil salah satu pistol.
"Tapi aku tetap tidak suka. Rasanya aku ingin mencokel kedua mata pria tua itu!" seru Vallen penuh kekesalan membuat Yora menoleh ke arahnya dengan tatapan yang sulit di baca.
"Aku rasa ini cocok untukmu," ucap Vallen menyerahkan jenis pistol juga peluru yang saat itu di gunakan Yora untuk menembak dirinya.
Vallen beranjak pergi menuju etalase lain membuat Yora terpaku melihat pistol di tangannya yang di berikan oleh Vallen, kemudian tatapannya tertuju pada Vallen yang terlihat memilih beberapa jenis senjata api.
'Ada apa denganku? Kenapa jantungku berdebar semakin kencang. Juga dada ini rasanya begitu sesak dan sakit. Kenapa setiap berada di sisi Wiskey, aku merasa jantung ini berdebar sangat kencang seakan mau berhenti seketika.' Batin Yora menatap sosok Vallen di depannya.
***
