Bab 8
Untuk selanjutnya adalah missi untuk bertransaksi dengan salah seorang client kelas atas. Vallen dan Raymond di buat kaget dengan beberapa ton narkoba yang di miliki geng ini dan siap di pasarkan ke beberapa Negara termasuk di kota itu. Vallen dan Raymond sangat yakin musuh yang mereka hadapi saat ini bukanlah musuh biasa seperti Jeff.
Saat ini Vallen bersama Raymond dan tiga orang yang lolos tadi mengantarkan satu kilogram narkoba ke client di sebuah club malam.
Marvin yang mengetahui itu membiarkan transaksi itu berjalan lancar karena ini merupakan tes kedua untuk masuk ke dalam klan ini.
Setelah proses transaksi, dimana wajah client telah Vallen rekam melalui camera kecil yang di pasang di salah satu kancing pakaiannya yang siap di kirim ke Marvin.
Saat ini mereka kembali ke markas Klan dengan membawa sekoper uang.
"Aku tidak menyangka bahwa misi kita ini berjalan tanpa hambatan," seru Tristan salah satu dari mereka.
"Dengan begini kita bisa langsung menerima logam klan bintang hitam," jawab Rohyiu.
"Memang apa untungnya logam itu?" tanya Raymond yang mengaku bernama Rayyan.
"Ck. Apa kau bodoh Rayyan. Logam itu bisa membuat kita jadi di takuti dan di segani orang-orang dalam geng rendahan. Kita bisa menjadi pemimpin dalam geng rendahan itu," seru Samo seraya menggigiti batang korek api.
"Selain itu dengan menggunakan logam, kita bisa datang dan masuk ke markas pusat di daerah SS." Seru Tristan.
"Menurut rumor yang aku dengar, di bagian markas kita bisa bertemu dengan Mr. Sanats sang panglima dalam klan bintang hitam. Katanya dia sangat menyeramkan dan juga begitu kuat," seru Rohyiu.
"Mr. Sanats?" gumam Vallen.
"Iya Wiskey, katanya dia orang yang sangat kejam. Tetapi akan sangat menguntungkan kalau kita mejadi anak buah kesayangannya," ucap Tristan.
"Selain panglima klan, ada siapa lagi?" tanya Vallen.
"Kami belum tau. Tapi kami hanya tau kalau geng ini memiliki 3 orang pembunuh berdarah dingin yang jarang sekali keluar dari markas utama. Mereka sangat berbahaya dan mereka keluar di saat menjalankan tugas yang di perintahkan oleh King."
"King?" tanya Raymond.
"Iya, dia adalah pemimpin utama di klan ini. Kami tidak tau bagaimana orangnya. Dia memiliki banyak wajah, itu yang kami dengar," seru Tristan.
"Banyak wajah? Apa maksud kalian?" tanya Vallen.
"Ck, kalian masuk ke klan ini tujuan apa sih? Bahkan kalian tidak tau menahu mengenai klan bintang hitam," seru Samo.
"Kami ini bukan orang asli sini. Kami merantau kesini, dan bekerja serabutan untuk makan. Kemarin saat sedang bekerja, kami mendengar ada arena bebas. Makanya kami langsung mengikutinya, berharap bisa mendapatkan uang," seru Vallen. Sepertinya pria bernama Samo itu terlihat berhati-hati di banding yang lain.
"Tenang saja, di sini kalian tidak akan kekurangan uang sama sekali. Asalkan kita bisa mendapatkan logam klan bintang hitam itu sebagi tanda pengenal kita," seru Rohyiu.
Akhirnya Vallen dan Raymond mengangguk tanpa bertanya kembali karena takut semakin membuat mereka curiga. Sekarang mereka harus mencari tau siapa itu Sanats, ketiga pembunuh yang di rahasiakan itu juga King.
"Tapi aku malah penasaran dengan Nona Gicella. Katanya dia gadis yang sangat cantik," seru Tristan dengan tatapan mata yang penuh kekaguman dan membayangkan hal yang menjijikan.
"Aku juga mendengar rumor kalau gadis cantik, putri dari King itu sangat mempesona."
Satu hal lagi informasi yang mereka dapatkan. Vallen dan Raymond saling adu pandang. Dan semua percakapan itu telah di rekam Vallen melalui camera kecil di kancing kemejanya.
---
Mereka sampai di markas di sambut oleh Nona dan beberapa anak buahnya.
"Bagaimana?" tanya Nona.
"Semuanya berjalan lancar," seru Samo menyerahkan koper berisi uang.
"Kerja bagus. Kalian bisa pergi beristirahat," ucapnya.
Mereka pun berlalu pergi menuju kamar mereka. Kebetulan Vallen sekamar dengan Raymond.
Untuk berjaga-jaga. Vallen tidak membuka topengnya begitu juga dengan Raymond. Mereka yakin di dalam kamar tidak aman dan ada camera penyelidikan. Semua orang dalam geng seperti ini tidak akan mungkin melepaskan kecurigaan mereka dan akan begitu berhati-hati dalam menerima orang baru.
Setelah mandi, mereka pun tidak banyak berbicara dan memilih langsung tidur.
---
Di ruangan lain, Nona berjalan masuk ke sana.
"Bagaimana? Apa ada yang mencurigakan?" tanya Nona menatap layar di depannya.
Benar sekali kecurigaan dari Vallen dan Raymond, ada camera di dalam kamar yang mengintai mereka setiap saat.
"Sejauh ini semuanya aman, tidak ada yang mencurigakan," jawab pria yang duduk di hadapan laptop.
"Baguslah," seru Nona. Tatapannya tertuju pada sosok Valen yang telah merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ia menatap sosok itu dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Ada apa?" tanya pria yang ada di sisinya.
"Emm bukan apapun. Aku akan kembali ke kamar," seru Nona berjalan menuju kamarnya.
***
Mereka berlima akhirnya di terima oleh klan dan di berikan logam perak berwarna hitam. Di belakang logam itu tertulis nama mereka sebagai tanda pengenal.
Vallen berjalan menyusuri lorong sampai ia melihat sosok Isabell tengah latihan menembak seorang diri di dalam ruang latihan. Ia berjalan masuk ke dalam sana membuat wanita cantik itu siaga dan berbalik dengan mengacungkan pistolnya.
"Wow.. ini saya, Nona." Vallen mengangkat kedua tangannya ke udara.
"Wiskey?" serunya membuka kacamata bening sebagai pelindung yang ia gunakan. "Ada apa kau kesini?"
"Tidak ada, tadi aku hanya melewat dan melihat Nona begitu handal dalam melakukan tembakan. Dan kesiagaan Nona juga sangat sensitive," seru Vallen.
"Itu poin penting supaya kita tidak di habisi oleh musuh," serunya menyimpan pistolnya kembali ke sarungnya yang tergantung di sisi celananya.
Wanita itu terlihat cantik dengan memakai jeans panjang yang tidak terlalu ketat dan kaos tanpa lengan berwarna coklat. Rambut panjangnya ia gerai begitu saja.
"Kau bisa menggunakan senjata?" tanyanya.
"Sedikit, apa Nona mau mengajarkan saya?" tanyanya.
"Coba kita lihat seberapa mampunya kamu menggunakan senjata," serunya melempar pistol ke arah Vallen yang langsung ia tangkap dengan tepat.
Vallen berdiri di area aman tanpa melewati garis. Ia mengangkat kedua tangannya, kemudian menodongkan pistol ke depan dimana beberapa patung kayu kecil berbentuk manusia berdiri di depannya berjarak 5 meter.
Sebenarnya ini bukan hal yang sulit bagi Vallen. Di team Delta ia terkenal sebagai penembak jitu. Tembakannya tak pernah meleset sedikitpun. Tetapi kali ini ia sengaja melakukan kesalahan untuk mengelabuhi Isabell.
"Ck sial! Kenapa meleset," gerutu Vallen.
"He he..." Vallen menoleh karena mendengar kekehan seseorang dan tubuhnya membeku saat melihat senyuman itu. Senyuman yang sangat ia rindukan selama 8 tahun ini. Ia pikir ia tidak akan mampu melihatnya kembali.
"Kamu ini kurang fokus," serunya masih terkekeh. Sungguh renyah dan menghangatkan hati mendengar tawanya.
Isabell ku....
"Begini caranya, buatlah posisi tubuhmu seperti ini," seru Isabell memberi contoh. Vallen melihatnya penuh kerinduan dan rasa cinta yang selalu ia simpan di dalam hatinya. Ia tidak mendengarkan apa yang di katakan Isabell. Ia hanya fokus menatap wajah cantiknya itu. Wajah istrinya yang begitu ia rindukan...
"Wiskey, apa kau mendengarkanku?" tanya Nona membuat Vallen tersadar dari lamunannya.
"Eh? I-iya Nona."
"Kalau begitu lakukan apa yang aku contohkan barusah," serunya.
Vallen pun melakukannya dan kali ini ia berhasil mengenai sasaran.
"Awal yang bagus," serunya tanpa sadar membelai pipi Vallen. "Eh?" ia kembali menarik tangannya saat menyadari apa yang ia lakukan.
"Nona, Jupiter memanggil anda," seru seseorang yang baru saja datang.
"Ah baiklah. Aku datang," serunya dan berlalu pergi meninggalkan Vallen sendiri.
Vallen menyentuh pipinya. Dulu pun Isabell sering melakukan hal yang sama. Itu adalah salah satu kebiasaan Isabell pada Vallen. Bahkan saat tidurpun Isabell akan membelai pipi Vallen dan mengatakan kalau jambangnya yang tipis itu membuat tangannya geli tetapi ia menyukainya. Seperti ada mainan yang menyenangkan.
Vallen termangu di tempatnya. 'Tidak salah lagi, dia adalah Isabellku. Aku harus cari tau apa yang terjadi padanya,' batin Vallen.
***
