Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10

                Vallen dan Yora sampai di markas. Vallen pergi meninggalkan Yora begitu saja dan masuk ke dalam kamarnya. Yora hanya mampu memperhatikan punggung Vallen yang menjauh dan hilang di telan belokan.

Vallen masuk ke dalam kamarnya dan terlihat Raymond sedang merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

"Enak sekali kau hanya rebahan," seru Vallen.

"Ck, aku tidak memiliki pekerjaan sepertimu. Jadi lebih baik rebahan saja. Kapan lagi bisa bermalas-malasan begini," serunya dengan santai.

Vallen mendaratkan pantatnya di sisi kanan Raymond dan menghela nafasnya kasar.

"Ada apa? Apa yang kau dapatkan?" tanya Raymond.

"Isabell, dia berubah. Dia menjadi wanita yang sulit aku pahami," seru Vallen membayangkan kejadian bersama Isabell.

"Bukankah sudah jelas kalau dia bukan Isabell. Kapan sih kau akan sadar," seru Raymond.

"Tidak Ray. Walau wajahnya berubah tetapi aku tetap mampu mengenali Isabellku." Vallen menoleh ke arah Raymond yang memperhatikannya. "Dan aku sangat yakin kalau Yora adalah Isabell, walau aku tidak tau apa yang terjadi dengannya sampai dia berubah dan melupakan segalanya di masalalu."

"Bukankah itu yang sedang kita selidiki saat ini," seru Raymond.

"Makanya jangan bermalas-malasan, bantu aku mendapatkan informasi apapun di sini mengenai Yora," seru Vallen.

"Baiklah baiklah. Lalu tadi kalian kemana?" tanya Raymond.

"Membeli beberapa persediaan senjata. Aku mendapatkan alamat tempat memperjual belikan senjata secara ilegal," seru Vallen.

"Benarkah? Hmm.. padahal kita sudah menghancukan beberapa tempat untuk menjual belikan senjata secara ilegal," seru Raymond.

"Tempat ini dari luar hanya kedai kopi yang kecil dan lusuh, tapi ternyata di dalamnya tersimpan ratusan senjata yang di jual belikan," seru Vallen.

"Kamu dapat merekamnya?" tanya Raymond yang di angguki Vallen.

"Kalau begitu tunggu apalagi, sekarang kita laporkan ke Marvin segera untuk di berantas habis tempat itu," ucap Raymond.

"Tidak Ray, kita tidak bisa segegabah itu," seru Vallen. "Kalau kita langsung mengambil tindakan, maka mereka akan langsung mencurigaiku."

"Jadi bagaimana?" tanya Raymond.

"Kita harus sabar dan mencari waktu yang tepat untuk melaporkan segalanya pada Marvin. Sekarang kita ikuti alur saja,sampai kita masuk ke Markas besar dan menemui siapa panglima dan pemimpin klan ini," ucap Vallen.

"Aku ikut kau saja," seru Raymon dengan santai.

"Jangan lupa kau gali informasi di sini. Apapun itu, itu bisa membantu kita," ucap Vallen.

"Baiklah."

***

"Kau di sini?"

Seruan itu membuat Vallen menoleh ke sumber suara.

"Nona Yora, ada apa?" tanya Vallen yang saat itu tengah melakukan latihan fisik.

Keringat terlihat memenuhi tubuhnya Vallen dan bercucuran. Ia beranjak mengambil handuk dan mengusap wajah juga tubuhnya.

"Ada apa, Nona mencariku?" tanya Vallen dengan santai.

"Bisa kamu antar aku keluar. Aku ingin berjalan-jalan," seru Yora.

"Baiklah. Aku akan pergi mandi sebentar," ucap Vallen dan melesat pergi meninggalka Yora sendirian.

----

Saat ini Vallen dan Yora berjalan-jalan menggunakan mobil jeep menyusuri jalanan saat malam hari.

"Sepertinya mood Nona sedang jelek," ucap Vallen yang sedang fokus menyetir mobilnya.

"Sok tau," kekehnya.

"Semuanya tertulis di jidatmu," ucap Vallen membuat Yora terkekeh.

"Benarkah. Lalu apa yang di tuliskan di jidatku ini?" tanya Yora.

"Banyak hal. Sepertinya banyak yang sedang kamu pikirkan," seru Vallen.

Yora terkekeh kembali. "Kau lumayan pintar membaca pikiran," ucapnya dan kekehannya menghilang.

"Apa kau pernah bermimpi, Wiskey?" tanya Yora.

"Aku sering bermimpi. Memang kenapa?" tanya Vallen.

"Bukan bermimpi seperti bunga tidur. Tetapi impian yang selalu muncul di kepala kita," ucap Yora.

"Apa Nona memilikinya?" tanya Vallen.

"Hmmm.. apa kau ingin mengetahuinya?" tanyaYora.

"Ya kalau Nona tidak keberatan."

"Entah kenapa aku selalu bermimpi seorang laki-laki berbadan tinggi dengan setelan jas. Juga seorang anak perempuan cantik yang rambutnya di ikat dua begitu lucu."

Ckittttt....

"Ah!"

Vallen menginjak rem mobilnya secara mendadak membuat Yora terpekik kaget.

"Ada apa Wiskey?" tanya Yora.

"Ah maaf Nona, tadi saya pikir ada kucing," dusta Vallen dan kembali menjalankan mobilnya perlahan.

"Emmm apa Nona mengenal sosok dalam mimpi itu?" tanya Vallen melirik ke arah Yora.

"Tidak. Aku sama sekali tidak mengenalnya. Tetapi aku memang memiliki impian untuk keluar dari dunia gelap ini. Hidup tenang dan bahagia bersama suami dan anak-anakku. Hidup layaknya seorang Ibu rumah tangga," kekehnya membuat Vallen membeku dan melihat sedih ke arah Yora yang tersenyum kecil menatap ke depan.

"Aku selalu mengharapkan keluarga yang utuh dan bahagia. Tetapi rasanya itu sangat mustahil, dengan posisiku yang sekarang menjadi ketua dari klan bintang hitam. Siapa yang akan mencintaiku dan mengajakku menikah," kekehnya terlihat miris.

'Aku yang akan selalu mencintaimu, Bella. Aku akan mengabulkan segala impianmu, aku akan membawamu keluar dari dunia hitam yang sangat kejam ini.' Batin Vallen menatap Yora di sampingnya.

"Jangan patah semangat, Nona. Aku yakin suatu saat nanti keinginanmu itu akan terpenuhi," ucap Vallen.

"Benarkah? Kamu tampak begitu yakin." Kekehnya melirik ke arah Vallen. "Wiskey, tidak ada yang bisa keluar dari klan Bintang hitam dengan selamat. Jadi impian konyol seperti ini sebenarnya sangat tidak di perlukan," ucap Yora terlihat sangat sedih.

'Bagaimaapun caranya, aku akan membawamu keluar dari dunia hitam ini. Aku tidak ingin kamu berada dalam bahaya lagi, Sayangku.' Batin Vallen.

"Kamu sendiri bagaimana, Wiskey? Apa kamu ada keinginan untuk membina sebuah rumah tangga, dan keluarga? Apa kamu percaya akan cinta?" tanya Yora begitu antusias.

"Cinta?" seru Vallen. "Ya, aku mempercayai cinta. Karena perasaan hati dan cinta itu tulus. Tidak akan terlupakan walau ingatan menghilang," seru Vallen membuat Yora membeku.

***

Vallen duduk di sisi ranjang menatap foto Isabell di handphone nya.

Ucapan Yora tadi mengusik pikiran Vallen. Ia harus segera bertindak untuk membawa Yora keluar dari dunia hitam ini. Bagaimana pun caranya, ia harus bisa membawa Yora keluar dari sini.

'Dewiku... Kamu adalah tujuanku. Kamu adalah tempatku kembali. Selama ini betapa sulitnya aku lalui perjalanan hidup tanpa kamu. Membesarkan Valerie seorang diri. Namamu selalu terucap dalam setiap hembusan nafasku. Ketiadaanmu mengujiku. Kamu sangat aku butuhkan untuk menyempurnakan segala kekurangan. Kamu adalah obsesiku, kamu segalanya. Dan aku tidak akan membiarkan kamu pergi dariku lagi. Sudah cukup rasa sakit, dan derita yang aku alami selama ini tanpa kamu, Sayangku. Aku sudah berusaha keras mencarimu dan menunggumu di sini dalam kehampaan dan rasa sakit yang tiada akhir. Maka kali ini, saat kamu sudah berada di depan mataku. Aku tidak akan melepaskanmu lagi. Aku juga akan memenuhi impianmu itu. Karena suami dan putri mu sudah lama menantikanmu.... My Wife.' Batin Vallen.

*** 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel