Bab 7
"Isabell lagi Isabell lagi! Kenapa wanita jalang itu tidak pernah pergi dari kehidupan Vallen?" amuk Gwen melempar segala barang-barang yang ada di dalam kamar apartementnya.
"Aku sudah bersabar selama 8 tahun ini menjadi baby sister untuk bocah sialan itu. Tapi Vallen masih saja tidak melirikku! Sialan!"
Gwen sangatlah emosi. Ia kesal karena Vallen tidak pernah bersikap baik padanya, bahkan dia selalu bersikap dingin pada Gwen.
"Bahkan setelah mati pun, Isabell masih jadi penghalang buatku mendapatkan Vallentino!"
Gwen menatap tajam ke depan dengan mata memerah penuh amarah dan kebencian.
***
Sepekan sudah berlalu dan kini James mendapatkan informasi terbaru mengenai wanita yang mirip dengan Isabell itu.
Saat ini team Delta tengah berkumpul di dalam ruangan di kantor CIA.
"Aku tau cara untuk bisa mendekatinya dan mengetahui pergerakan dari klan Bintang Hitam," seru Marvin.
"Apa?" tanya Jerry.
"Kita harus menyamar dan masuk ke dalam klan mereka. Kita harus menjadi anak buah mereka dan bisa memantau segala pergerakan mereka," seru Marvin.
"Siapa yang akan menyamar?" tanya Raymond.
"Aku," seru Vallen membuat mereka semua menoleh.
"Kamu yakin? Mereka mengetahui wajahmu dan sepertinya incaran mereka adalah kamu," seru Ethan.
"Karena itulah, aku sendiri yang harus menyelidiki ini semua dan mencari tau apa dia Isabellku atau bukan," seru Vallen begitu mantap.
"Kenapa kau tidak percayakan saja pada Jerry dan Raymond, mereka jarang terekspos dan para musuhpun tidak mengenali mereka," seru Marvin.
"Biarkan aku yang masuk ke klan mereka dan menyelidiki semuanya. Hanya ini yang ingin aku lakukan," seru Vallen penuh permohonan.
"Hmm... baiklah. Aku harap kamu bisa menahan diri dan tetap menyamar supaya rencana kita tidak gagal," seru Marvin yang akhirnya menyerah.
"Baiklah."
"Vallen akan menyamar dengan Raymond," seru Marvin yang di angguki mereka berdua.
"Temukan segalanya dan ambil bukti perdagangan ilegal mereka juga data mengenai perusahaan gelap mereka. Hanya dengan mendapatkan bukti yang kuat kita bisa menjatuhkan dan menjebloskan Alexandra Stafford ke dalam jeruji besi!" seru Marvin penuh penekanan.
"Baik!"
***
Hari ini Raymond dan Vallen masuk ke dalam test untuk menjadi salah satu anggota di klan Bintang Hitam.
Mereka sampai di sebuah arena pertarungan bebas. Vallen terlihat memakai topeng wajah yang elastis hingga melekat di wajahnya dan tidak akan yang mengetahui kalau dirinya tengah menyamar. Sedangkan Raymond tidak memakai topeng, ia hanya membuat kumis dan jambangnya lebih tebal dan membuat tahi lalat palsu di dekat mata kirinya.
Mereka berdua terlihat berbeda dan akan sangat sulit untuk di kenali.
"Tempat ini untuk merekrut anggota baru?" tanya Vallen saat mereka sampai di tempat.
"Iya, menurut dari apa yang aku selidiki. Mereka akan membiarkan setiap anggota yang ingin bergabung untuk bertarung di arena ini sampai mati. Siapa yang bertahan sampai akhir dan mampu menyingkirkan saingan mereka maka dialah yang akan bergabung," seru Raymond.
"Perekrutan yang sangat gila," seru Vallen.
"Itulah aturannya. Yang terpilih hanya 5 orang saja. Jadi kita harus mampu menyingkirkan semua orang-orang di sini dan terpilih menjadi anggota," seru Raymond yang menatap begitu banyak orang di sana dari beberapa gengster dan preman.
"Aku harap bisa menyingkirkan semua orang ini dengan cepat," seru Vallen.
Kemudian tatapannya tertuju pada bangunan besar di depannya dan melihat ke lantai 2 dimana seseorang yang ia rindukan baru saja berjalan menuju balkon dan melihat ke arena.
"Bella..." gumam Vallen.
"Kendalikan dirimu, Vallen. Ingat tugas utama kita, jangan sampai kita terbongkar sebelum kita mendapatkan informasi," bisik Raymond.
Perkelahian di sana sudah di mulai, setiap orang melawan satu orang lainnya. Di sana sudah menjadi arena pembunuhan dimana mereka tak segan-segan untuk saling membunuh satu sama lain.
"Ingat namamu Wiskey dan namaku Aryan, kau paham?" seru Raymond yang di angguki Vallen.
Kini giliran mereka berdua yang bertarung melawan yang lain. Dengan keahlian bela diri mereka yang begitu gesit dan terlatih. Mereka tidak membutuhkan waktu lama untuk menyingkirkan 11 orang yang menjadi lawan mereka.
"Hosh..."
Mereka berdua menghembuskan nafasnya dengan kasar saat kini hanya ada lima orang tersisa.
"Selamat untuk kalian berlima yang berhasil bergabung di klan Bintang hitam," seru seorang pria berbadan tinggi besar.
"Sekarang kalian masuklah dan ikuti dua penjaga itu untuk menemui Nona," ucapnya.
Mereka berjalan mengikuti yang lain untuk masuk ke dalam gedung itu. Mereka berlima di minta berlutut di tanah dengan bertompang pada lutut masing-masing.
Langkah kaki kecil nan elegant terdengar mendekat dan kini berdiri di hadapan mereka berlima. Tatapan Vallen tertuju pada wanita cantik di hadapannya itu.
Isabell....
"Selamat untuk kalian berlima karena telah lolos dari ujian tahap pertama." Wanita itu tersenyum kecil dan berjalan mendekati Vallen.
Ia mencengkram kedua pipi Vallen dan membuatnya menengadahkan kepalanya untuk beradu pandangan dengan dirinya. Wanita itu sedikit tertegun melihat sorot mata abu tajam milik Vallen.
"Kamu hebat juga, melawan 11 orang tanpa membuat wajahmu terluka sedikitpun," serunya.
'Kalau sampai tergores maka tamat sudah penyamaranku,' gumam hati Vallen.
"Siapa namamu?" tanya wanita itu.
"Wiskey," jawab Vallen.
"Wiskey," gumamnya. "Kamu sungguh menarik di ujian pertama dan aku menyukai gaya bela dirimu itu."
"Terima kasih Nona-"
"Cukup memanggilku Nona," serunya yang paham maksud Vallen. Ia melepaskan cengkramannya dan berjalan menjauh dari Vallen.
"Untuk sekarang kalian berlima boleh beristirahat dan siapkan diri kalian untuk melakukan ujian tahap kedua malam ini," serunya kemudian beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
***
