Bab 3
Saat ini team Delta tengah berkumpul di dalam ruang meeting mereka untuk membahas beberapa persoalan mengenai musuh yang tengah mereka incar.
"Kalian suah datang?" seru Marvin saat masuk ke dalam ruangan dan formasi anggotanya telah lengkap. Mereka semua duduk di sofa yang ada di sana.
"Kalau begitu kita mulai saja briefing hari ini," serunya kemudian Marvin menggambar sesuatu di papan tulis putih yang ada di sampingnya dan berada di hadapan semua anggotanya.
Marvin terlihat menggambarkan sebuah formasi koordinasi di papan tulis.
"Ini adalah nama pemimpin dari keluarga kegelapan mafia. Aku baru mendapatkan informasi penting ini, walau kita tidak mengetahui wajah mereka dan mereka ada dimana saat ini," seru Marvin.
"Terakhir kita sudah memusnahkan Jeff. Posisi Jeff berada di paling bawah dari 7 keluarga kegelapan mafia," seru Marvin seraya melingkari nama Jeff yang ada di kolom paling bawah. "Masih ada keluarga Farhan Jins, Macelius, Alexandra, Faolus, Takasura dan posisi tertinggi dan terkaya, mafia no 1. Arian Haruyang. Dan masing-masing dari mereka memiliki kekuatan besar dan berpengaruh di dunia bisnis juga politik."
"Kita sudah melenyapkan Jeff dan juga seluruh anak buahnya, dan aku yakin keenam orang ini tidak akan tinggal diam. Apalagi akhir-akhir ini kita terus mendapatkan teror tidak jelas dan seperti sedang mempermainkan. Entah siapa yang kali ini ingin bermain dengan kita," seru Marvin.
"Aku mengenal Alexandra, perusahaannya menawarkan kerjasama padaku," seru James. "Apa mungkin dia yang saat ini sedang bermain dengan kita?"
"Kalau begitu kenapa kita tidak langsung menangkap Alexandra saja," seru Jerry.
"Tidak semudah itu," seru Marvin. "Selain ini belum jelas, kita juga tidak memiliki bukti apapun," seru Marvin.
"Iya, kita tidak bisa begitu saja menangkap Alexandra. Jaringan mereka tersebar di seluruh dunia, dan ke tujuh mafia ini saling berhubungan." Tom bersahut.
"Lagipula peraturan di sini, harus menangkap penjahat dengan bukti kejahatannya, tidak sembarangan menangkap seseorang," seru Vallen.
"Kalau begitu kita harus selidiki Alexandra, segala seluk beluk bisnisnya dan mencari bukti keterlibatannya dalam keluarga mafia kegelapan," seru Ethan.
"Aku setuju dengan Ethan. Kita mulai selidiki Alexandra. Aku harap kita bisa menemukan titik terang," ucap Marvin.
"Sebaiknya kamu terima kerjasama ini, James. Itu akan membantu kita untuk menyelidikinya," seru Marvin.
"Baiklah," jawab James.
Ketukan pintu menghentikan pembicaraan mereka. Pintu terbuka dan muncul sosok pria berdiri di sana.
"Mr. Marvin, komandan memanggil anda," seru pria yang merupakan tangan kanan dari Komandan.
"Baiklah." Seru Marvin. "Kalian tunggu sebentar di sini." Marvin pun beranjak pergi meninggalkan ruangan.
----
Selang 15 menit, Marvin kembali ke dalam ruangan. Ia terlihat membawa sebuah berkas berwarna biru.
"Persiapkan diri kalian, malam ini kita ada pekerjaan," seru Marvin.
"Apa?" tanya Raymond.
"Kita harus menangkap dan menggagalkan sebuah transaksi berlian ilegal di jalan. Xxx dekat stasiun kereta api bawah tanah yang sudah tidak di pakai," seru Marvin membuat semuanya terdiam yang menandakan merekan siap menjalankan tugas.
***
Malam menjelang, team Delta sudah berada di tempat perkara dalam formasi siaga dan bersembunyi. Pakaian serba hitam juga topi hitam melekat di tubuh mereka semua. Persiapan untuk menyerbu sudah siap. Sebagian bersembunyi di bagian langit-langit stasiun kereta api bawah tanah. Sebagian lagi di sudut-sudut yang tidak terlihat dan beberapa dari mereka ada yang berjaga di bagian pintu masuk ke dalam stasiun itu yang hanya memiliki satu pintu untuk masuk dan keluar.
"Semuanya siaga!" terdengar seruan Marvin di earphone yang menempel di telinga masing-masing.
"Mereka datang, entah pihak yang membeli atau menjual," seru Raymond yang berjaga di pintu masuk bersama Jerry.
"Kita habisi mereka semua dan tangkap hidup-hidup ketua dari mereka untuk di introgasi," perintah Marvin.
Vallen yang bersembunyi di langit-langit, merasakan perasaan tak nyaman saat mendengar derap langkah.
'Ada denganku malam ini?' batin Vallen.
Mereka masih mengawasi saat kedua kubu datang dan melakukan transaksi.
"Keluar dan kepung mereka!" perintah Marvin membuat mereka semua keluar dari persembunyian dan menyergap mereka semua yang terlihat begitu kaget.
Tak tinggal diam, para penjahatpun mengeluarkan peluru yang mereka sembunyikan dan terjadilah adu tembakan.
Salah satu dari mereka yang terlihat memakai pakaian serba hitam dengan mantel hitam juga penutup kepala yang menutupi wajahnya melarikan diri dengan membawa koper berisi berlian saat mereka semua sibuk saling adu tembakan dan berkelahi.
Mata awas Vallen menangkap sosok yang berlari kabur ke sudut lain. Ia segera mengejarnya.
Vallen berlari cepat untuk segera menangkap sosok di depannya yang sedikit lagi akan ia gapai.
"Berhenti!"
"Ah!"
Vallen menarik mantel yang ia gunakan hingga terlepas dan terlihat rambut panjang bergelombangnya terurai bebas di punggungnya.
Seorang wanita!
"Berhenti di tempat!" seru Vallen kembali meraih tangannya saat wanita itu kembali ingin berlari.
Wanita itu menoleh ke arah Vallen.
Deg
Pupil mata Vallen membesar saat melihat wajah wanita di hadapannya itu.
Apa ini mimpi...?
"Isabell?"
Dug
Vallen yang terpaku tak mampu menghindar tendangan mendadak dari wanita itu hingga pegangannya terlepas dan ia mundur beberapa langkah ke belakang.
"Apa ini beneran kamu, Isabell?"
Dor
Tubuh Vallen tersentak saat peluru tajam itu menembus kulit di dada kanannya hingga darah mengalir keluar. Tubuhnya ambruk ke bawah dengan masih bertopang pada kedua lututnya.
"Kau pikir bisa menangkapku?" serunya dengan sinis. Wanita berlari menjauh dan masuk ke sebuah pintu besi yang ada di sana.
Isabell... apa benar itu kamu? Kamu masih hidup?
Mata Vallen memerah dan jantung semakin berdebar kencang seiringan dengan darah yang terus mengalir deras keluar dari lukanya.
"Vallen!" Ethan terlihat mendekatinya dan duduk di sisinya.
"Ethan, dia ternyata masih hi...dup..." tubuh Vallen ambruk ke tanah dan kehilangan kesadarannya.
***
