Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 13

Raymond dan Vallen telah kembali ke markas setelah menikmati libur mereka selama satu minggu.

Vallen dan Raymond berjalan menuju kamar mereka. Tetapi langkahnya terhenti saat melihat Yora berdiri tak jauh darinya yang juga tengah melihat ke arahnya.

Setelah kejadian satu minggu yang lalu, ia dan Yora tidak saling berbicara maupun bertemu.

"Aku masuk lebih dulu," seru Raymond menepuk pundak Vallen dan berjalan lebih dulu meninggalkan mereka berdua.

Vallen berjalan mendekati Yora yang terlihat memalingkan pandangannya.

"Hai, apa kabar Nona?" sapa Vallen.

"Seperti yang kamu lihat." Yora begitu saja melewati tubuh Vallen.

"Eh?" Yora tersentak saat Vallen menarik tangannya hingga tubuhnya membentur tubuh Vallen dan Vallen langsung merangkul pundak Yora hingga dia tidak bisa menjauhkan tubuhnya dari pelukan Vallen.

"I Miss You...."

Deg

Yora melotot sempurna mendengar ucapan Vallen barusan. Apa dia salah dengar.

"Wiskey-" ucap Yora berusaha mendorong dada Vallen untuk melepaskan pelukannya tetapi sulit.

"Five minutes," gumam Vallen membuat Yora akhirnya memilih diam tidak memberontak lagi.

5 menit berlalu, Vallen pun melepaskan pelukannya. Ia tersenyum menatap Yora di depannya.

Isabell....

Vallen membelai kepala Yora kemudian beranjak pergi meninggalkan Yora sendiri dalam keterpakuan dan kebingungan.

***

Yora diam di salah satu ruang latihan. Ia memegang pisau dengan pandangan kosong ke depan. Pikirannya memikirkan kejadian tadi dan seminggu lalu.

'Kenapa Wiskey melakukan ini padaku?' batin Yora. 'Dan kenapa mendengarnya mengucapkan rasa rindu, hati ini sangat sakit sampai rasanya aku ingin menangis karena sesak di dada. Sebenarnya apa yang terjadi.....?'

"Nona," panggilan itu membuatnya menoleh.

"Tora, ada apa?" tanya Yora.

"Ada telpon dari markas pusat," serunya menyodorkan handphone ke arah Yora.

"Ya..." Yora menerima panggilan itu.

"....."

"Baiklah. Aku akan persiapkan seluruh anggota."

"....."

"Iya. Aku baik-baik saja, Sanats."

"...."

"I Miss-" ucapan Yora menggantung di udara. Entah kenapa ia tidak bisa mengatakannya padahal pria yang menghubunginya ini adalah kekasihnya.

"You Too..."

Akhirnya Yora hanya menjawab itu. Ia kemudian memberikan handphone itu ke tangan Tora.

"Kau baik-baik saja, Nona?" tanya Tora.

"Ya." Jawab Yora. "Persiapkan beberapa anggota yang akan kita bawa ke markas utama. Dan sisanya biarkan di sini menjaga markas," seru Yora.

"Baiklah. Untuk anggota yang akan ikut. Apa kau yang akan memilihnya?" tanya Tora.

Yora terdiam sesaat.

"Kau saja. Bawa yang cukup tangguh dan tangguh saja. Biarkan beberapa yang tangguh tetap berada di sini untuk berjaga." Yora berdiri dari duduknya dan memasukkan senjata yang tadi ia pegang.

"Aku akan keluar sebentar," serunya beranjak pergi meninggalkan Tora.

Yora hendak menaiki mobilnya, tetapi tatapannya menangkap sosok yang selalu mengusik pikirannya. Tak jauh di depannya Wiskey sedang memberi makan seekor kucing kecil. Karena rasa penasaran, ia pun berjalan mendekati Wiskey/Vallen yang duduk rengkuh di depan kucing yang sedang menikmati makanannya.

"Aku tidak menyangka orang sekejam kamu bisa memberi makan seekor kucing," seru Yora melipat kedua tangannya di dada.

Mendengar itu, Vallen menoleh dan melihat ke arah Yora.

"Kucing juga makhluk hidup yang perlu kita tolong," ucap Vallen.

"Kalau begitu kenapa kau membunuh manusia?" tanya Yora membuat Vallen beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati Yora.

"Aku membunuh karena orang itu pantas di bunuh. Aku tidak mungkin membunuh orang yang tidak berdosa," seru Vallen.

"Benarkah?" tanya Yora.

"Ya," jawab Vallen.

"Baiklah kalau begitu, lanjutkan saja memberi makan kucing itu," seru Yora beranjak pergi meninggalkan Vallen yang memperhatikannya.

"Kau akan kemana?" tanya Vallen.

"Berkeliling saja," jawabnya.

"Aku akan menemanimu," seru Vallen berjalan cepat menuju Yora.

Yora tidak menjawab tetapi ia membuka pintu di bagian penumpang dan membiarkan Vallen yang menyetir.

"Kita akan kemana?" tanya Vallen saat tengah menyetir.

"Berkeliling saja. Aku hanya ingin menikmati perjalanan," seru Yora.

"Baiklah."

Vallen mulai menyetir mobil meninggalkan markas.

"Nona, apa kau marah padaku mengenai kejadian waktu itu?" tanya Vallen.

"Emm itu tidak kok," jawabnya sedikit gelagapan. "Fokus sama menyetir." Yora memalingkan pandangannya menatap keluar jendela mobil.

---

Setelah menepuh perjalanan cukup jauh dari markas, mereka melihat dua orang anak kecil tengah di seret oleh 4 orang pria berbadan besar.

"Tunggu, hentikan mobilnya," seru Yora membuat Vallen menghentikan mobilnya.

"No-?" seruan Vallen menggantung di udara karena Yora begitu saja menuruni mobil dan sedikit berlari menuju sebuah gang diikuti Vallen.

"Hey! Lepaskan anak-anak itu!" seru Yora membuat orang-orang itu menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Yora.

"Ck, wanita kecil," ejek salah satu preman.

"Apa kau ingin bersenang-senang dengan kami?" seru yang lain.

"Dasar menjijikan!" Yora melakukan salto dengan menjadikan kedua tangannya sebagai penompang. Dan saat di gerakan terakhir kakinya mengenai kepala salah satu preman di antara mereka.

"Sialan!" pekik preman itu yang terdorong ke belakang.

"Lepaskan kedua anak itu!" seru Yora.

"Dasar wanita Jalang! Kau tidak tau kami siapa, hah!" pekiknya kemudian ia menarik pakaian di bagian lengannya dan memperlihatkan sebuah tato berbentuk proxy.

"Kami adalah geng Proxy, penguasa di daerah sini. Tidak ada yang berani melawan kami. Dan kau dengan sok beraninya menantang kami!" seru salah satu preman.

"Hei Nona, karena kau cantik maka kami akan membiarkanmu pergi. Jadi sekarang pergilah dan jangan campuri urusan kami!"

"Tidak semudah itu Kawan!" seru Yora tanpa aba-aba langsung menyerang mereka.

Preman-preman itu pun tak tinggal diam dan langsung menyerbu Yora.

"Kau pikir karena kau seorang wanita, maka kami akan mengalah. Jangan harap!"

Saat Yora tengah berkelahi dengan dua orang preman. Satu orang di belakangnya terlihat membawa balok dan hendak memukulkannya ke arah Yora. Tetapi kaki panjang seseorang berhasil menendangnya dan membuat balok itu terlempar jauh.

"Ah kau sungguh wanita yang tidak sabaran. Kau langsung menyerang mereka," seru Vallen yang kini berdiri di belakang Yora. Mereka berdua di kelilingi oleh keempat preman itu.

"Aku tidak suka berbelit-belit," seru Yora kemudian meninju dan menendang lawannya begitu juga dengan Vallen.

Mereka berdua sibuk berkelahi dengan lawan masing=masing. Pandangan Vallen tak pernah berpaling dari Yora. Walau ia sibuk berkelahi dengan lawan di depannya.

Tak butuh waktu lama, orang-orang itu tumbang. Dan langsung kabur.

Yora berjalan mendekati kedua anak itu dan berjongkok di hadapan mereka. Vallen masih berdiri memperhatikan interaksi mereka bertiga.

"Apa kalian baik-baik saja?" tanya Yora.

"Kami baik-baik saja, Kak."

"Kakak, kenapa Kakak menolong kami? Mereka adalah preman-preman kejam. Kalian akan terus di kejar oleh mereka," seru salah satu anak itu.

"Tidak apa-apa. Yang jelas kalian tidak apa-apa." Yora tersenyum melihat ke arah mereka. Vallen masih memperhatikan interaksi mereka.

"Sekarang pulanglah dan jangan sampai terlibat lagi dengan preman preman itu," seru Yora.

"Baik Kak." Mereka berdua berdiri saling berpegangan tangan.

Yora mengeluarkan beberapa lembar uang dari saku celananya. "Ambillah ini untuk membeli makan," ucapnya menyerahkan uang itu.

"Terima kasih banyak Nona," seru mereka berdua kemudian keduanya berlalu pergi meninggalkan tempat itu.

"Ayo kita pergi," seru Yora beranjak pergi tetapi Vallen menarik pergelangan tangan Yora yang sudah melewatinya.

Tubuh Yora kembali tertarik ke arah Vallen.

Cup

Vallen menempelkan bibirnya di bibir Yora tanpa hambatan. Ia mulai melumat penuh kerinduan bibir Yora dengan menekan kepala belakang Yora. Kali ini Yora tidak ada penolakan dari Yora. Bahkan ia membalas ciuman Vallen.

'Kali ini aku sangat yakin kalau kamu adalah istriku... my wife.... Isabellku....' batin Vallen melumat bibir Yora seakan itu adalah morfin baginya.

"Wah wah... lihatlah hanya ditinggal sebentar saja mereka sudah bercumbu," seruan itu membuat mereka menghentikan ciuman mereka.

Keduanya menoleh ke sumber suara dimana banyak sekali orang berbadan besar dengan memegang senjata tajam dan alat pukul.

"Oh Sial!" gumam Yora.

Mereka adalah preman-preman tadi yang membawa 30 orang anggotanya.

"Kalian sengaja mengantarkan nyawa pada kami. Makanya kalian tidak memilih pergi dari sini." Seru preman tadi dengan smirknya.

"Haruskah kita kabur?" seru Vallen.

"Apa bisa?" tanya Yora.

"Jangan berpikir untuk kabur." Seruan lain yang terdengar di belakang mereka. Vallen dan Yora berbalik badan dan ternyata mereka sudah di kepung.

"Matilah kita," gumam Yora.

"Aku akan menahan mereka. Aku akan memberi celah dan saat itulah kamu kabur," ucap Vallen seraya menyimpan kunci mobil ke saku celana Yora.

"Apa kau gila! Bagaimana kau bisa melawan mereka semua. Kau akan mati sia-sia," seru Yora.

"Ini bukan mati sia-sia. Tapi sebuah pengorbanan. Aku tidak masalah mati di sini, asalkan kamu bisa selamat dan pergi dari tempat ini. Kamu harus tetap selamat dan hidup," ucap Vallen.

Deg

Yora menoleh ke arahnya dengan tatapan syock. Bagaimana bisa pria ini mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan dirinya.

Ada aliran hangat juga sesak di dadanya mendengar ucapan pria di sampingnya itu. Perasaan itu terasa tak asing bagi dirinya.

'Kenapa Wiskey? Kenapa kamu melakukan ini?' batin Yora.

"Dalam hitungan ketiga, kau langsung lari untuk kabur. Aku akan membuat celah untukmu," ucap Vallen.

"Tidak Wiskey."

"Yora, lakukan!" seru Vallen menatap manik mata Yora yang tengah menatapnya.

Deg

'Kenapa? Kenapa tatapan itu terlihat sangat familiar. Kenapa tatapan itu membuatku ingin menangis dan memeluknya. Aku tidak memahami semua ini.' Batin Yora.

"Satu....dua....tiga.... Sekarang Yora!"

*** 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel