Bab 12
"Princes....!"
"Daddy...!" Valerie berlari menerjang tubuh Vallen saat ia memasuki rumah milik Ethan.
Vallen memang menitipkan Valerie pada Ethan. Ia tidak mempercayai Gwen untuk merawat Vallerie. Wanita itu cukup mencurigakan bagi Vallen, walau dia adalah sahabat dari Isabell.
"Daddy kenapa ninggalin Vale sangat lama, hikzz...." Valerie menangis di pelukan Vallen yang membawanya ke dalam gendongannya.
Di depannya terlihat Ethan dan Arinka.melihat ke arah mereka berdua.
"Maafkan Daddy yah sayang. Daddy janji setelah misi ini selesai, Daddy akan selalu menemani kamu dan kita bisa liburan bersama." Seru Vallen. 'Bersama Mommy mu juga kita akan segera berkumpul.' Batin Vallen.
"Apa Daddy gak bisa kasihin misi ini ke oranglain?" tanya Valeria kini mengangkat kepalanya dan menatap Vallen dengan matanya yang memerah.
"Tidak bisa sayang. Ini harus Daddy yang lakukan. Kamu bisa sabar sebentar lagi, kan. Dan doain Daddy supaya Daddy selamat dan bisa secepatnya menyelesaikan misi ini."
"Iya Daddy."
"Kalau begitu katakan. Bagaimana sekolahmu dan hari-harimu di sini bersama aunty Arin dan aunty Rachel?" tanya Vallen.
"Sangat menyenangkan." Dan mengalirlah cerit Valerie membuat Arinka terkekeh mendengarkannya.
***
Valerie sudah tertidur di kamarnya. Saat ini Vallen tengah duduk bersama Ethan.
Ethan menyodorkan segelas wine pada Vallen. Kemudian ia mengambil duduk di sofa yang berada di sebrang Vallen.
"Apa Vale tidak merepotkan kalian?" tanya Vallen.
"Tidak. Kami sangat senang dengan adanya Vale di sini. Apalagi Arin, luka karena kehilangan janinnya sedikit terobati dengan kehadiran Valle," seru Ethan membuat Vallen mengangguk dan meneguk minumannya.
"Bagaimana?" tanya Ethan.
Vallen tau bukan hal penyelidikan yang di tanyakan Ethan melainkan adalah Isabell.
"Aku sedang berusaha mendekatinya. Aku akan mencari cara untuk membawanya keluar dari klan iblis itu setelah misi ini selesai," seru Vallen.
"Itu akan sulit," seru Ethan.
"Ya, I know. Tapi aku tidak mau dia berada di sana bersama dengan orang-orang jahat. Aku tidak ingn kehilangannya lagi," seru Vallen.
"Apa kau sungguh yakin dia adalah Isabell?" tanya Ethan.
"Apa kau merasakan saat mata tertutup, kau masih bisa mengenali Arin hanya karena debaran jantung ini. Debaran yang selalu menyebutkan namanya setiap saat," seru Vallen memegang dadanya.
"Ya," jawab Ethan merenung sesaat.
"Dan itulah yang aku rasakan. Walau banyak orang mengatakan dia bukan Isabell. Tetapi hati ini selalu mengatakan bahwa dialah cintaku yang hilang. Dialah wanita yang sangat aku cintai dan aku rindukan," seru Vallen termenung.
"Aku pasti akan membawanya kembali ke sisiku. Kembali pulang ke tempatnya. Ke rumahnya," seru Vallen membuat Ethan terdiam.
"Kalau begitu lakukanlah. Aku akan selalu membantumu kapanpun. Dan jangan sampai kau kehilangan nyawamu," seru Ethan.
"Tenang saja," kekeh Vallen meneguk minumannya.
***
"Ternyata seperti ini," gumam Marvin meliha video yang di bawa Vallen.
Semua anggota melihat video itu dan memahami segalanya.
"Untuk saat ini kita tidak perlu bergerak dan ikut campur. Kita biarkan dulu dua klan ini berperang," seru Marvin.
'Kenapa aku merasa resah mendengar klan Kalajengking putih,' batin Raymond.
"Ada apa? Apa kau baik-baik saja?" tanya James.
"Ah ya, aku baik-baik saja," jawab Raymond.
Marvin terlihat menjelaskan beberapa hal yang perlu mereka lakukan untuk saat ini.
----
"Kapan kalian akan kembali ke markas klan bintang hitam?" tanya Marvin pada Vallen dan Raymond.
"Aku sih terserah Vallen saja," seru Raymond tampak acuh.
"Mungkin besok sore," jawab Vallen. "Ethan, mengenai Valle-"
"Santai saja, Valle aman sama gue."
***
