Bab 14
"Aku akan menahan mereka. Aku akan memberi celah dan saat itulah kamu kabur," ucap vallen seraya menyimpan kunci mobil ke saku celana yora.
"apa kau gila! Bagaimana kau bisa melawan mereka semua. Kau akan mati sia-sia," seru yora.
"ini bukan mati sia-sia. Tapi sebuah pengorbanan. Aku tidak masalah mati di sini, asalkan kamu bisa selamat dan pergi dari tempat ini. Kamu harus tetap selamat dan hidup," ucap vallen.
deg
yora menoleh ke arahnya dengan tatapan syock. Bagaimana bisa pria ini mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan dirinya.
ada aliran hangat juga sesak di dadanya mendengar ucapan pria di sampingnya itu. Perasaan itu terasa tak asing bagi dirinya.
'kenapa wiskey? Kenapa kamu melakukan ini?' batin yora.
"dalam hitungan ketiga, kau langsung lari untuk kabur. Aku akan membuat celah untukmu," ucap vallen.
"tidak wiskey."
"yora, lakukan!" Seru vallen menatap manik mata yora yang tengah menatapnya.
deg
'kenapa? Kenapa tatapan itu terlihat sangat familiar. Kenapa tatapan itu membuatku ingin menangis dan memeluknya. Aku tidak memahami semua ini.' batin yora.
"satu....dua....tiga.... Sekarang yora!"
vallen beranjak memukul mereka yang menyerangnya. Tetapi yora bukannya berlari dan malah membantu vallen melawan mereka.
"yora?"
"apa kau bodoh! Bagaimana mungkin aku meninggalkanmu!" Bentaknya diiringi tangisannya membuat vallen terpaku melihatnya.
"apa kau pikir aku akan membiarkanmu mati di sini begitu saja."
vallen masih terpaku hingga tidak menyadari serangan mendadak kepada dirinya.
bug
sebuah kayu balok memukul sisi kepalanya membuatnya tersungkur dan berdarah.
"wiskey!"
mereka langsung mengeroyok vallen. Tetapi vallen berhasil menghindar dan tetap melawan mereka walau kepalanya sedikit pening.
dor
"hentikan!"
teriakan itu membuat mereka semua menghentikan gerakannya dan melihat ke sumber suara.
"ketua!" Seru mereka semua pada pria yang baru datang bersama 5 orang lainnya.
"apa yang kalian lakukan! Kalian mengeroyok seseorang tanpa melapor padaku!" Amuknya.
"ketua, kami hanya memberi pelajaran pada dua orang cecunguk yang sudah mengusik pekerjaan kami," jawab preman yang tadi.
"apa kau tau siapa dia!" Serunya.
"apa ketua mengenalnya?" Tanya preman itu.
"dasar bodoh!" Amuknya. Pria itu kemudian berjalan mendekati yora dan vallen.
"nona, maafkan saya karena tidak becus mengurus kelompok saya ini," seru pria itu.
"eh?" Para anggota itu di buat melongo dan bingung.
"wanita ini ada nona. Ketua dari klan bintang hitam. Apa kalian bodoh tidak mengenalinya!"
"astaga!"
para preman itu langsung di buat takut dan kaget.
"nona, maafkan kami. Kami sungguh tidak mengetahuinya," ucapnya.
"sudahlah." Yora menggandeng lengan vallen. "beri hukuman keras untuk para anggotamu. Dan urus mereka supaya tidak membuat onar lagi."
setelah mengatakan itu, yora langsung membawa pergi vallen.
"kita ke rumah sakit," seru yora saat sudah duduk di kursi pengemudi.
***
mereka berdua sampai di rumah sakit. Seorang dokter terlihat mengobati wiskey dan yora terlihat menunggu di luar ruangan.
tak lama wiskey keluar dari ruang perawatan dengan kepala yang di balut oleh perban.
"kamu tidak apa-apa?" Tanya yora.
"ya, aku baik-baik saja. Ayo kembali," seru vallen berjalan terlebih dulu.
yora menatap punggung lebar wiskey dengan bayangan kejadian beberapa jam yang lalu dimana wiskey rela mengorbankan dirinya untuk melindungi yora. Entah kenapa hati yora merasa menghangat dan merasa begitu terharu. Selama ini yora bahkan tidak pernah merasakan rasanya di lindungi dan di perdulikan. Selama ini ia hanya harus dan terus berusaha untuk menjadi kuat supaya tidak sampai di injak oleh orang lain. Dia harus terus menjadi kuat supaya tetap di hormati dan dia bias merasa aman.
"ada apa?" Tanya wiskey yang menoleh ke arah yora. Yora tersadar dari lamunannya dan tatapannya langsug bertemu dengan tatapan milik wiskey yang tajam dan memancarkan kehagatan yang sampai ke hatinya.
"nona="panggil wiskey menyadarkan lamunan yora.
"ah iya." Yora bergegas mengikuti wiskey.
***
saat ini vallen bersama raymond dan beberapa anggota klan lainnya pergi menuju markas utama.
inilah saatnya vallen mengetahui siapa musuh mereka sebenarnya.
setelah menempuh perjalanan cukup lama. Minibus yang mereka duduki sampai di sebuah bangunan besar dan sangat luas. Bahkan dari area gerbang utama ke pintu utama cukup jauh dengan beberapa pos penjaga.
raymond dan vallen hanya saling adu pandang seraya memperhatikan suasana di luar.
bangunan itu memiliki taman yang luas dengan tanaman bunga memenuhi taman itu sungguh indah.
mobil berhenti dan mereka di minta segera menuruni mobil. Beberapa orang keluar dari gedung itu dan menghampiri mereka.
"yora sayangku...." Seruan itu membuat vallen menoleh dan seorang pria begitu saja memeluk tubuh yora.
"i miss you, babe."
"ya sanats," seru yora.
kedua tangan vallen mengepal kuat melihat pemandangan di depannya itu.
***
