Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 11

                Yora terlihat tengah berlatih bela diri. Vallen berdiri tak jauh darinya dan melihat pemandangan itu.

'Isabell, aku sangat merindukanmu. Andai aku bisa memelukmu, mendekapmu, menciummu dan meluapkan segala rasa rindu yang menyesakkan ini.' Batin Vallen.

Selama 8 tahun lamanya Vallen menanti dan selalu merindukan Isabell.

Vallen mengambil pisau belati di sisi celananya dan melemparkannya ke arah Yora.

Tap

Yora berhasil menangkap pisau itu dengan tangannya dan menoleh ke arah Vallen.

"Tangkapan yang bagus, Nona," seru Vallen berjalan mendekatinya.

"Apa kau berniat membunuhku, eh?" seru Yora.

Vallen terkekeh kecil. "Aku hanya sedang menguji instingmu."

"Jangan meremehkanku."

"Ya kemampuanmu memang hebat," seru Vallen.

"Kau memujiku hanya untuk menutupi kesalahanmu yang hampir membunuhku," canda Yora.

"Kalau aku sampai membunuhmu. Nanti tidak akan ada wanita cantik lagi yang bisa aku ganggu dan pandangi," seru Vallen.

Yora tersenyum kecil. "Mencoba merayuku, eh? Aku tidak akan masuk dalam jebakanmu," ucapnya.

"Aku berkata yang sebenarnya," ucap Vallen.

Yora mendadak gugup dan merasa salah tingkah. Kemudian ia menyimpan pisau tadi di atas telapak tangan Vallen.

"Bagaimana kalau kita bertarung?" tawar Isabell.

"Siapa takut. Tapi kalau aku yang menang, apa yang akan kamu berikan?" tanya Vallen.

"Aku akan mentraktirmu. Ayo kita mulai," seru Yora menarik dua buah pisau belati di sisi kiri dan kanannya dan langsung mengambil posisi ancang-ancang dengan ujung pisau mengarah pada leher Vallen.

Vallen mendorong ujung pisau dengan pisau yang ia pegang. "Baiklah."

Mereka pun mulai bertarung. Setiap gerakan Vallen sangat cepat hingga ia berkali-kali mampu menghindari serangan dari Yora.

"Ck, kau memang gesit," seru Yora dan kembali menyerang Vallen.

"Dan kau sangat agresif," seru Vallen masih berusaha menghindar.

"Oho... ayolah jangan terus menghindar. Kau bukan seorang pecundang, kan?" ejek Yora.

"Baiklah."

Vallen menangkap pergelangan tangan Yora yang hendak menyerang dirinya, kemudian ia menarik tangan itu kemudian memelintirnya dan menyimpannya di depan dada Yora dengan pisau yang di pegang Yora mengarah ke leher indahnya. Punggung Yora menabrak dada bidang milik Vallen.

"Kau sangat meremahkan kemampuanku, Nona." Bisik Vallen di telinga Yora membuatnya bergidik karena geli.

Yora menyingkut Vallen dengan tangan lainnya yang bebas. Kemudian ia berbalik ke arah Vallen saat Vallen sudah melepaskan pegangan pada dirinya dan mundur beberapa langkah ke belakang.

"Jangan percaya diri dulu," seru Yora dengan smirknya.

Vallen terkekeh. "Baiklah."

Mereka berdua kembali bertarung dan Vallen berhasil menyudutkan Yora ke dinding di belakangnya dengan pisau yang Vallen pegang mengarah ke leher Yora. Selain itu, Vallen juga mengunci pergerakan kaki dan tangan Yora.

"Kau sangat suka menyudutkanku seperti ini," seru Yora.

"Ya, aku itu begitu agresif sampai aku kesulitan menangkapmu. Dengan begini aku bisa melihatmu lebih jelas dan dekat," ucap Vallen membuat mata mereka beradu satu sama lainnya.

Dada Yora naik turun seiring dengan deru nafasnya yang cepat. Tatapan Vallen kini menurun dan tertuju pada bibir pink merona milik Yora.

Nafas mereka berdua begitu memburu dan keduanya tak ada yang ingin menjauh satu sama lainnya.

Vallen mendekatkan wajahnya pada Yora dan menempelkan bibirnya di bibir Yora. Tak ada penolakan dari Yora dan malah menutup matanya seakan menyambut sikap Vallen.

Pisau di tangan mereka di jatuhkan ke tanah. Tangan Vallen memegang tengkuk Yora untuk memperdalam ciuman mereka. Vallen semakin gencar mencium dan melumat bibir Yora yang selalu menjadi candu baginya. Setelah mencecap bibir ini, Vallen semakin yakin kalau ini adalah istrinya, Isabellnya.

"Khemm..."

Deheman itu menyadarkan mereka. Yora segera mendorong dada Vallen hingga terlepas dan mereka menoleh ke sumber suara dimana Raymond berdiri.

"Ah maaf mengganggu kalian. Aku ada perlu dengan Wiskey," serunya tersenyum canggung.

Tanpa kata Yora beranjak pergi meninggalkan mereka. Wajahnya terlihat memerah.

"Ck, kau sangat menyebalkan," keluh Vallen mengambil duduk di lantai.

Raymond berjalan mendekatinya. "Aku bekerja dan kau malah enak-enakan menggoda Nona Yora."

"Isabell..."

"Belum jelas Vallen. Dan kau sudah main cium cium saja," seru Raymond.

"Ada apa kau mencariku?" tanya Vallen.

"Ayo ikut denganku."

Vallen berjalan mengikuti Raymond.

----

Mereka sampai di sebuah ruangan. Vallen dan Raymond masuk ke ruangan itu dan terdapat sebuah komputer dan meja dengan tumpukan berkas. Itu adalah pusat informasi.

"Kau yakin di sini tidak ada CCTV?" tanya Vallen.

"Ya, aku sudah menetralisir ruangan ini. Cepat kau ambil datarnya dan kirimkan ke Marvin. Aku akan berjaga di pintu."

"Baiklah. Jaga yang benar. Aku belum ingin ketahuan sekarang. Misi ku belum selesai," ucap Vallen.

"Iya iya, kau cerewet sekali. Pantas saja Ethan memanggilmu sebagai Ibu tirinya," seru Raymond membuat Vallen mendelik.

Vallen duduk di kursi dan mulai mengotak atik komputer. Ia mengaktifkan camera yang terpasang di kancing kemeja yang ia gunakan.

Ia mencuri segala informasi penting di klan bintang hitam ini.

"Gila. Klan bintang hitam ini bukan geng preman biasa. Struktur bisnis gelap mereka benar-benar banyak. Kali ini tugas kita akan sangat sulit," seru Vallen.

"Ya. Dan klan bintang hitam juga yang melindungi dan menyuntikkan dana pada Jeff selama ini," seru Raymond.

"Sudah selesai. Ayo kita pergi."

***

Saat ini semua anggota di klan bintang hitam berkumpul di aula untuk makan besar bersama.

Sudah 3 hari sejak kejadian itu, Vallen tidak bertemu dengan Yora dan kali ini ia kembali melihat Yora yang sedang duduk di kursi paling depan dimana para senior dan ketua berada di sana.

"Silahkan kalian duduklah. Ada beberapa hal yang akan kami sampaikan," ucap Tora yang merupakan wakil ketua.

Tatapan Yora beradu dengan Vallen. Tetapi Yora segera memalingkan tatapannya.

Vallen duduk di salah satu kursi dimana minuman dan makanan sudah tersedia di atas meja.

"Baiklah semuanya. Malam ini kita akan merayakan kelulusan kalian semua para junior," ucap Tora saat semuanya sudah duduk di tempat masing-masing.

"Kalian semua sudah berada di sini selama 3 bulan dan berlatih banyak hal. Jadi pekan ini kalian bisa kembali pulang dan beristirahat selama satu minggu. Setelahnya kita akan kembali berkumpul di sini dan berngkat bersama menuju markas utama."

Vallen beradu pandang dengan Raymond. Ini yang mereka inginkan dan melihat siapa petinggi petinggi di klan ini. Kemudian tatapan Vallen tertuju pada Yora yang melihat ke arah Tora.

'Dan aku ingin tau, siapa orang yang telah menculikmu dan membuatmu menjadi seperti ini, Bella. Aku ingin tau siapa musuhku sebenarnya,' batin Vallen.

"Kami mendapat kabar dari markas besar kalau kita harus mempersiapkan anggota dan bersama melawan klan kalajengking putih yang sudah menaikkan bendera perang."

"Klan kalajengking putih?" gumam Raymond.

Nama itu terasa tak asing untuk dirinya.

*** 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel