Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 Siksaan Arsen

Siangnya, Freya bersama Veronica pergi menuju butik untuk mencoba gaun pernikahan. Dengan Arsen yang tentunya juga ikut bersama mereka karena Arsen menginginkan pernikahan sederhana dan terkesan tertutup, Freya tidak memesan gaun, tetapi membeli gaun yang sudah jadi.

"Apa gaun ini baru?" tanya Arsen.

"Iya, Tuan. Ini rancangan terbaru untuk contoh," jawab penanggung jawab butik, sepertinya wanita dengan seragam hitam itu adalah seorang manager di sana.

"Aku ambil gaun ini. Jangan lagi dipajang dan dijadikan contoh. Tolong kalian cocokkan dengan bentuk tubuh calon istriku," pinta Arsen.

"Baik, Tuan."

Wanita itu memanggil anak buahnya yang berseragam warna putih untuk mengambil gaun di patung manekin dan membawa Freya ke ruang ganti.

"Kamu yakin untuk membeli gaun langsung? Ini pernikahan, Arsen. Mommy yakin sekali jika Freya menginginkan pesta pernikahan dan gaun pengantin yang indah," ucap Veronica.

"Dalam pernikahan bukan pesta yang menjadi soal, Mom. Percuma pesta besar kalau akhirnya berpisah," sahut Arsen.

Vero menghela napas panjang kemudian mengembuskannya perlahan. "Kamu masih trauma karena berpisah dari Velia?"

"Freya yang menginginkan ini, Mom. Kami sama-sama setuju untuk melakukan upacara pernikahan secara tertutup."

"Ya, sudahlah. Mommy menurut saja apa mau kalian," pasrah Veronica.

Gaun pilihan dari Arsen berwarna putih polos dengan bahan satin mengkilap. Sederhana, tapi menunjukkan kesan elegan. Potongan gaunnya menampakkan pundak Freya alias potongan bahu sabrina.

Freya keluar dari kamar ganti menemui Arsen dan calon mertuanya. Gaun itu menampilkan sisi ramping pada perut rata dan pinggang. Di bawahnya sedikit mengembang dengan ekor gaun sekitar tiga meter.

"Bagus. Gaun itu cocok untukmu," kata Arsen.

"Kamu yakin?" tanya Vero.

"Apa gaun yang dipakai Freya jelek?" tanya balik Arsen kepada ibunya.

"Gaunnya bagus. Aku menyukainya," sahut Freya, lalu menambahkan, "gaun sederhana dan terkesan sakral saat kami menikah nanti."

"Kalau itu cocok untukmu, kita ambil saja," sahut Vero.

Freya masuk kembali ke ruang ganti untuk mengganti gaunnya. Saat pelayan wanita ingin masuk membantu Freya, Arsen mencegahnya, dan mengatakan kalau dirinya yang akan membantu sang kekasih berganti pakaian.

"Kamu di sini?!" Freya kaget.

"Biarkan aku membantumu." Arsen membalik tubuh Freya agar membelakanginya kemudian menurunkan resleting gaun.

Freya tersentak ketika ia merasakan bibir basah Arsen di punggungnya. Freya menolehkan kepalanya ke sisi bahu, dan secara refleks ia maju selangkah ke depan.

"Mau apa? Kamu tidak mungkin melakukannya di sini, kan?"

Freya menahan gaun pengantin agar tidak melorot dengan tangan. Ia tersandar di dinding, sedangkan Arsen malah melangkah maju.

"Kamu milikku. Aku berhak," kata Arsen.

"Jangan begini. Ini di butik."

Arsen melebarkan senyum. Terdengar suara tawa meremehkan yang keluar dari bibirnya. "Cepat ganti pakaianmu. Kita pulang."

"Iya. Kamu keluar dulu," pinta Freya.

Arsen melangkah keluar dari kamar ganti, membuat Freya dapat bernapas lega. Berkali-kali ia menarik napas panjang, lalu mengembuskannya secara kasar.

"Bahaya. Arsen benar-benar pria berbahaya. Apa dia sudah tidak waras untuk bermain di dalam kamar ganti?" gumam Freya dengan kesalnya.

Freya keluar dari kamar ganti dengan membawa gaun pengantin di tangan. Seorang pelayan menghampiri untuk mengambil gaun yang sudah cocok untuk Freya.

"Gaunnya akan dikirim setelah beberapa hari," kata manager butik.

"Iya, terima kasih," jawab Freya.

Gaun itu akan dicuci lagi, dirapikan, dikemas dengan sebaik-baiknya untuk acara pernikahan. Arsen juga sudah memilih tuxedo untuk ia kenakan. Tidak susah untuk seorang pria. Hanya memakai jas hitam dengan tambahan dasi pita atau bunga di saku.

"Habis ini mau ke mana lagi?" tanya Vero.

"Pulang," jawab Arsen, lalu pria itu melanjutkan kalimatnya, "untuk pernikahan, aku menyuruh seseorang untuk mengurusnya. Mommy jangan khawatir."

"Baguslah kalau begitu," sahut Vero.

Ketiganya keluar dari dalam butik khusus penjual gaun pengantin. Arsen membuka pintu mobil untuk Freya dan Vero secara bergantian, setelah itu menyusul masuk sebagai pengemudi.

******

"Kalian langsung pulang?" tanya Vero.

"Iya, Mom. Kami langsung pulang saja," jawab Arsen.

Vero mengangguk, "Kalian hati-hati di jalan."

Freya memberi pelukan sebelum Veronica keluar dari dalam mobil. Arsen memutar mobil supaya ia bisa meraih ibunya. Vero menunduk, memberi kecupan di pipi putranya, lalu melambaikan tangan saat mobil yang dikendarai Arsen meninggalkan halaman rumah.

Perjalanan tidak memakan waktu lama untuk sampai ke kediaman Arsen. Freya langsung keluar dari dalam mobil begitu juga Arsen, tetapi pria itu malah mengangkat tubuh Freya untuk dibawa masuk ke dalam.

"Turunkan aku!" pinta Freya.

"Kita ke kamar."

Freya tersentak, "Ini masih siang."

"Memangnya kenapa? Aku mau kamu sekarang."

Freya menundukkan wajah saat pelayan melihatnya digendong oleh Arsen. Lebih parahnya lagi, pelayan membantu membukakan pintu kamar untuk mereka masuk.

"Jangan ganggu kami!" kata Arsen.

"Baik, Tuan."

Pintu ditutup rapat. Arsen merebahkan Freya di atas tempat tidur kemudian melepas pakaian yang ia kenakan satu per satu.

"Aku perlu mandi dulu."

"Tidak perlu. Nanti kita mandi sama-sama," kata Arsen. Pria itu berdecak, berkacak pinggang di hadapan Freya. "Haruskah aku yang melepas pakaianmu?"

"A-aku lepaskan." Freya melepas pakaian yang ia kenakan, tetapi Arsen tidak sabar untuk bertindak. Ia langsung menindih Freya, membuka paksa pakaian yang wanita itu kenakan. "Tolong pelankan sedikit."

"Aku tidak bisa pelan," jawab Arsen.

Freya mengepalkan kedua tangan saat tubuhnya terguncang oleh hentakan Arsen. Pria itu terlalu bersemangat, dan senang menikmati nada jeritan Freya.

Sejak Freya sudah menjadi milik Arsen seutuhnya, pria itu setiap malam, bahkan setiap ada kesempatan selalu meniduri Freya. Keduanya juga sudah tidur di satu kamar.

Setiap hari, Freya selalu bangun kesiangan. Bagaimana tidak, Arsen terus-terusan menyiksanya. Kadang ada suatu penyesalan di hati wanita itu.

Freya merasa dirinya sebagai wanita penghibur. Arsen bertindak semaunya tanpa peduli permintaan Freya. Namun, ia ingat akan masa depan yang akan dijumpai setelah ini.

Daniel selalu menunggunya, memberi semangat, menyakinkan jika semuanya baik-baik saja. Daniel mengirim pesan kepada Sammy, dan pesan itu dikirim kepada pelayan bernama Lily secara diam-diam.

"Arsen, ini pakaian gantimu?"

Karena sudah berada dalam satu kamar bersama, Freya melayani Arsen layaknya seorang istri.

Arsen mengambil jubah tidur yang disodorkan Freya. "Kamu kenapa?"

"Arsen, kumohon untuk memberiku libur. Aku sungguh sangat lelah untuk melayanimu setiap hari," kata Freya.

"Aku sudah bilang padamu untuk beristirahat saat siang hari. Manfaatkan waktu itu untuk memulihkan tenagamu."

"Kamu tidak lelah? Malam bermain, lalu paginya bekerja?" tanya Freya.

"Anggap saja waktu malam bersamamu, aku sedang berolahraga. Tubuhku jadi bugar karena hal itu." Arsen menarik ikatan kimono satin yang dipakai oleh Freya. "Tidak ada libur untukmu malam ini."

"Kamu baru saja mandiii!" Freya berusaha keras untuk menolak.

"Itu lebih bagus, kan?"

Bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel