Bab 6 Wawancara
Berita bisnis dan juga hiburan menjadi heboh karena melihat foto-foto sepasang kekasih di dunia maya. Arsen dan Freya tampak serasi saat mereka makan malam, berdansa, dan juga bersentuhan fisik.
Gosip-gosip mulai tersebar. Publik menanyakan hubungan Arsen bersama model ternama Velia Anderson. Pasalnya tidak ada kabar putus antara keduanya dan sekarang Arsen malah bersama wanita lain.
"Jadi, begini kalau terkenal?" gumam Freya ketika ikut membaca berita mengenai dirinya. "Aku tidak mengira Arsen berpacaran dengan Velia Anderson. Selama ini aku ke mana saja, ya? Masa berita gosip ini aku tidak tahu." Freya menepuk keningnya sendiri.
Kembali matanya tertuju pada komentar-komentar netizen mengenai hubungan mereka. Semua hampir memiliki pertanyaan yang sama. Mereka ingin tahu identitas dari Freya sendiri.
Apa Freya model juga, pengusaha, anak konglomerat dan lain sebagainya. Freya tidak dapat membayangkan jika publik tahu kalau ia hanyalah model yang tidak terkenal. Sudah pasti ia akan dihujat dan dibanding-bandingkan dengan mantan dari Arsen.
"Nona," panggil Lily.
"Iya, ada apa?" tanya Freya.
"Saatnya kita belajar. Tuan bilang, besok Anda akan menemui keluarga beliau."
"Apa perlu aku belajar?" tanya Freya. Rasanya ia bukanlah gadis pecicilan. Ia bisa menjaga sikap. Apalagi bertemu orang tua.
"Tuan mau Anda berlatih."
Freya mengangguk, "Baiklah."
Ingin menolak juga percuma. Apa pun yang diminta Arsen, Freya harus patuh. Lily membawa Freya ke ruang baca milik sang pemilik rumah, dan mengajarkan tata cara mengenai kebiasaan orang kaya.
*******
"Owen, kamu lindungi data-data mengenai Freya. Jangan sampai publik tahu siapa wanita itu sebenarnya," titah Arsen.
"Baik, Tuan. Apa Anda sudah siap untuk klarifikasi?" tanya Owen.
Arsen beranjak dari duduknya. "Ayo, kita ke tempat konferensi pers."
Arsen dan Owen keluar dari ruang kerja. Keduanya masuk lift khusus untuk petinggi perusahaan. Tombol angka terendah ditekan untuk mengantarkan keduanya ke lantai dasar.
Langkah tegap keluar dari kotak besi setelah sampai di lantai dasar. Karyawan yang melihat keduanya, segera menunduk hormat. Arsen bagai pria yang menyejukkan mata. Tidak ada karyawan wanita yang tidak mengagumi lelaki itu.
"Silakan, Tuan," ucap Owen mempersilakan Arsen masuk ke dalam mobil.
Pintu ditutup, Owen masuk menyusul untuk menyetir. Konferensi akan di adakan di sebuah hotel mewah. Mobil melaju membelah jalan raya. Selama perjalanan, Arsen tetap mencari berita terbaru mengenai mantan kekasihnya.
Bermodal akun media sosial baru, Arsen dengan leluasa dapat melihat aktivitas status terbaru sang mantan. Baru-baru ini Velia disibukkan dengan jadwal pemotretan.
Postingan terakhir terjadi tiga puluh menit yang lalu. Velia memposting kegiatannya yang akan memulai pemotretan. Wanita itu tengah dirias, dan Velia menuliskan kata 'Aku baik-baik saja. Aku bahagia dengan apa yang kumiliki sekarang' Velia juga menambahkan emoji love sebagai pelengkap.
Laman komentarnya dibanjiri komentar penggemar. Semua komentar itu mempertanyakan hubungan Velia dan Arsen yang tiba-tiba putus. Velia sama sekali tidak membalas mereka dan dari tulisan dan foto itu, Arsen tahu jika Velia memang sudah tidak peduli terhadapnya.
"Kamu keterlaluan Velia. Kita lihat saja nanti," ucap Arsen kesal.
Mobil sampai di depan loby hotel. Owen keluar lebih dulu untuk membuka pintu bagi Arsen. Pengawal yang ditugaskan lebih dulu ke sana, segera merapat agar keduanya tidak dikerumuni oleh para pencari berita yang sudah sibuk dengan kamera mereka.
Arsen dan Owen masuk ke dalam hotel dengan didampingi pengawal berseragam jas hitam. Pintu masuk ballroom dibuka. Keduanya masuk dan sudah disambut oleh beberapa media kelas atas.
Arsen duduk di hadapan meja yang penuh dengan microfon wawancara. Semua tenang saat sang pembawa acara berkata bahwa konferensi akan dimulai.
"Aku memberi penjelasan mengenai foto-foto yang tersebar di jagat maya. Wanita dalam foto itu adalah calon istriku. Kami akan mengadakan pernikahan pada bulan ini dan mengenai hubunganku bersama nona Velia, sebenarnya kami telah lama putus," beber Arsen.
"Tuan, sebelumnya hubungan Anda baik-baik saja bersama nona Velia. Apa wanita itu merebut Anda?" tanya salah satu wartawan gosip.
"Apa yang kamu tanyakan? Calon istriku adalah wanita baik-baik. Freya sama sekali tidak ada hubungannya dengan putusnya hubunganku bersama Velia," jawan Arsen.
"Dari keluarga mana calon istri Anda berasal?" tanya yang lain.
Arsen berdehem, "Kekasihku wanita biasa. Justru karena kesederhanaannya, aku jatuh cinta. Dia cantik, lembut, pengertian. Sesuai dengan tipeku."
Kalimat terakhir itu mengundang gelak tawa. Arsen menyampaikan hal yang baik tentang Freya. Karangannya begitu sempurna hingga pencari berita itu percaya akan ucapan Arsen.
"Cukup sudah sampai di sini. Terima kasih atas waktu kalian." Arsen beranjak dari kursi, melangkah keluar dengan diikuti oleh Owen serta pengawal.
******
"Jika kami saling mencintai, maka aku akan meleleh dengan ucapannya," kata Freya saat tidak sengaja menonton acara gosip.
Hubungan Arsen bersama Velia, membuat diri pria itu ikut terlibat dalam panggung hiburan. Tidak jarang Arsen menjadi sasaran paparazi yang menginginkan berita mengenai dirinya.
Hal itu semakin membuat Arsen terkenal. Dia keturunan keluarga kaya, terhormat, pembisnis handal di Amerika dan pasti penggemar wanitanya sangat banyak.
"Nona bisa saja," sahut Lily.
"Kenapa Arsen putus dengan nona Velia? Mereka sangat serasi, kan?"
"Kalau itu saya kurang tahu, Nona. Sudahlah, lebih baik kita lanjut lagi belajarnya. Besok, Nona jangan sampai gugup bertemu calon mertua," kata Lily.
"Karena kamu bilang begitu, aku malah menjadi gugup," sahut Freya. "Apa orang tua Arsen galak?"
Lily tampak berpikir. "Kelihatannya mereka baik. Saya hanya pernah bertemu sekali saat orang tua tuan Arsen kemari."
Freya hanya takut kalau orang tua Arsen tidak menerimanya. Ibu dari Daniel kurang menyukai Freya. Mereka juga tidak akrab sama sekali. Tapi, kalau orang tua Arsen tidak suka padanya, apa peduli Freya dalam hal ini? Toh, dia dibayar dalam menjadi pengantin bayaran.
Freya menepuk jidatnya. "Aku terlalu berlebihan."
"Nona kenapa?" tanya Lily.
"Tidak. Aku baik-baik saja."
Suara klakson mobil terdengar. Freya dan Lily saling lihat. Mereka bergegas mengintip dari tirai jendela.
"Tuan Arsen datang."
"Aku harus siap menyambutnya," kata Freya yang bergegas menuju pintu depan.
Freya disuruh untuk latihan oleh Arsen. Wanita itu harus terbiasa dengannya. Tidak boleh kaku, malu, dan menganggap keduanya kekasih yang sebenarnya.
Freya tersenyum menyambut Arsen. "Selamat datang, Sayang." Freya langsung memeluk Arsen dan pria itu mengecup keningnya.
"Kerja bagus, Sayang. Kamu banyak belajar seharian ini."
"Iya, aku belajar semuanya," sahut Freya.
Arsen merangkul Freya untuk masuk bersama ke dalam rumah. Oweb berada di belakang mereka mengikuti. Setelah pintu rumah ditutup, Arsen langsung melepas tangannya dari pundak Freya.
"Besok, kamu harus siap menemui orang tuaku," kata Arsen.
"Iya, aku akan berusaha," jawab Freya.
"Bagus! Awas saja sampai ada kesalahan."
Bersambung
