Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Makan Malam Romantis

"Apa dia sudah siap?" tanya Arsen kepada pelayan wanita, bernama Lily.

"Nona Freya sudah siap dan telah menunggu tuan di ruang tamu."

Arsen mengangguk, "Apa persiapan di restoran yang kuminta sudah siap dan juga pencari berita yang akan mengabadikan moment kami?"

"Tuan Owen bilang, semua sudah beres dan tuan tinggal pergi saja ke restoran Night Rose."

"Wanita itu aku percayakan kepadamu. Soal penampilan dia cukup lumayan. Soal pergaulan kelas atas, tolong kamu asah lagi. Dia bukan model seperti Velia," kata Arsen menjabarkan.

Wanita itu membungkukkan tubuh. "Baik, Tuan."

Arsen beranjak dari duduknya. Lily membukakan pintu ruang kerja, lalu mengikuti Arsen keluar. Freya sudah siap dengan gaun malam yang ia pakai.

Gaun berwarna hijau botol dengan bagian punggung belakang yang terbuka. Rambutnya disanggul ke atas hingga menampakkan punggung mulus seakan menggoda untuk disentuh. Panjang gaun itu juga di atas lutut yang menampilkan kaki jenjang tanpa noda milik Freya.

Arsen berdehem, "Kamu sudah siap?"

Pria itu melihat penampilan Freya dari atas ke bawah. Gaun yang dipakai calon istri kontraknya sangat pas. Freya sangat cantik dengan riasan simpel seperti itu.

Freya menoleh pada Arsen dan tersenyum manis. "Iya, Tuan."

"Arsen!" ucapnya dingin.

"Maaf," kata Freya.

Arsen mendekat, mengangkat dagu Freya hingga wajah wanita itu terangkat. Keduanya saling menatap satu sama lain dan jantung Freya berdetak lebih cepat.

"Jangan ulangi kesalahan yang sama. Ingat, aku ini kekasihmu. Ah, bukan, aku ini calon suamimu. Perlakukan aku sebagai orang terdekat. Jangan kaku dan seolah terpaksa. Jika kamu mengulanginya, tahu sendiri akibatnya," ucap Arsen dengan tatapan dingin.

Freya menelan saliva. "Aku akan ingat perkataanmu baik-baik dan melakukan semua perintahmu."

Arsen tersenyum sinis, "Bagus, Sayang. Sekarang kita pergi untuk makan malam romantis."

Arsen merangkul pinggang ramping Freya. Keduanya keluar dari dalam rumah, dan rupanya, aktivitas mereka telah diabadikan oleh para pencari berita yang Arsen sewa.

"Masuklah," ucap Arsen sembari tersenyum.

Freya benar-benar tidak enak. Rasanya pria di hadapannya ini punya kepribadian ganda. Tiba-tiba saja Arsen bersikap manis dan tersenyum pula.

"Terima kasih," balas Freya, lalu masuk ke dalam mobil.

Arsen berlari kecil untuk sampai di pintu sebelahnya. Pria itu masuk ke dalam mobil dan raut wajahnya kembali kaku. Freya merasakan hawa dingin saat berdekatan bersama Arsen. Entah dirinya yang memakai gaun terbuka atau karena pendingin mobil atau memang Arsen yang kembali bersikap dingin.

"Kamu harus tampak selalu tersenyum dan bahagia. Jangan kaku saat aku menyentuhmu. Lagian kita akan tidur bersama, kan?" kata Arsen.

"Maksudmu kita .... "

"Aku akan memperlakukanmu sebagai istri. Begitu juga sebaliknya," potong Arsen.

Freya mengangguk, tanda ia setuju akan perkataan Arsen. Ya, ia memang harus setuju dengan apa yang Arsen katakan karena dirinya saat ini adalah milik dari lelaki itu.

Arsen kembali bersikap lembut saat mereka telah sampai di restoran. Seperti pasangan lainnya, Arsen memperlakukan Freya dengan sangat lembut.

"Mari bersulang," ajak Arsen.

Freya mengangkat gelas di tangannya, lalu mendentingkannya pada gelas milik Arsen. Seteguk minuman berwarna merah membasahi kerongkongannya.

Arsen memanggil pelayan dengan jentikan jari. Seorang wanita datang dengan membawa buket bunga mawar untuk Arsen. Setelah mendapat ucapan terima kasih, pelayan itu pergi.

"Untukmu," Arsen memberi buket bunga itu kepada Freya.

"Terima kasih," dengan senang hati Freya menerimanya. Namun, alisnya menyatu saat mendapati satu kotak beludru berwarna merah maroon. "Ini apa?"

Arsen tersenyum, lalu mengambil kotak itu. Ia membuka kotak perhiasan yang isinya adalah cincin berlian. "Untukmu, Sayang."

Freya tersenyum kemudian mengulurkan tangan kirinya. Arsen meraih jari-jemari lentik itu. Ia menyematkan cincin berlian di jari manis Freya, lalu mengecup punggung tangan sang wanita.

"Cincinnya cantik. Aku suka," ucap Freya.

"Kamu lebih cantik, Sayang."

Jika di hadapannya adalah Daniel, mungkin Freya akan senang bukan main. Tapi ini adalah Arsen. Seorang pria yang akan kembali dingin saat drama yang Freya lakonkan selesai.

"Kamu ingin berdansa?" tawar Arsen.

"Aku tidak pandai berdansa."

"Tenang saja. Aku akan mengajarimu. Kamu hanya ikuti gerakanku saja. Paham?" kata Arsen.

Freya mengangguk, "Baiklah."

Arsen mengulurkan tangan membawa Freya ke lantai dansa. Restoran yang mereka kunjungi memang sangat mewah dan khusus untuk pasangan. Ada pengiring musik di sana yang memainkan biola serta piano.

Arsen membawa dua tangan Freya untuk berada di lehernya. Sementara dua tangan Arsen, melingkar ke sisi pinggang ramping Freya.

"Jangan kaku," bisik Arsen.

"Aku sudah berusaha."

"Tatap aku dengan cinta," perintah pria itu lagi.

Kaki Arsen mulai bergerak ke sisi kiri, lalu kanan. Freya mengikuti langkah dari pria itu. Ia tersentak saat tangan Arsen naik ke punggung belakangnya.

"Aku akan mengecup bibirmu," ucap Arsen.

Freya terkesiap, dan saat ia ingin menjauh, Arsen memperkuat pelukannya. "Di sini?"

"Turuti perkataanku." Arsen meraih pipi Freya. Mendekatkan wajahnya, lalu menyentuh bibir dari wanita itu.

Semua yang dilakukan Arsen hanyalah demi sebuah gambar. Paparazi yang Arsen sewa, mengabadikan moment itu.

"Manis," ucap Arsen setelah menjauhkan bibirnya dari bibir milik Freya. Ya, pantas manis. Freya habis meneguk minuman mahal yang Arsen pesan.

"Kenapa melakukan ini?" tanya Freya.

"Ada paparazi. Berita kita akan tersebar besok," jawab Arsen.

Freya jadi tahu kenapa Arsen tiba-tiba berubah manis dan lembut. Rupanya ada paparazi yang mengambil gambar mereka.

"Setelah ini kita ke mana?" tanya Freya.

"Pulang." Arsen kembali mengecup bibir Freya dan kali ini cukup lama. "Kenapa tidak membalasku? Buka bibirmu sedikit." Arsen mengatakan hal itu seraya berbisik.

Freya membuka bibirnya, membalas kecupan yang Arsen berikan. Beberapa saat keduanya hanyut dalam permainan manis itu.

Arsen tersenyum sembari mengusap ujung bibir Freya yang basah. "Aku mencintaimu, Sayang."

Freya tersentak, terpaku sesaat. Namun, ia kembali tersadar dan membalas apa yang Arsen katakan. "Aku juga mencintaimu."

*****

Acara romantis itu telah selesai. Arsen kembali pada sikapnya yang kaku dan terkesan dingin, bahkan Freya yang kedinginan saja tidak pria itu perdulikan.

"Bisakah kamu mengecilkan pendinginnya?" tanya Freya. "Aku merasa dingin."

"Kalau dingin, kenapa memakai pakaian seperti itu? Punggungnya terbuka, gaunnya pendek. Hanya lengannya saja yang panjang."

Freya menjatuhkan bibir bagian bawahnya. Bisa-bisanya Arsen bicara seperti itu. Bukankah pria itu sendiri yang menyiapkan gaun seperti itu di dalam lemarinya?

"Maaf. Aku hanya memakai apa yang telah disiapkan," sahut Freya.

Mobil sampai di kediaman Arsen. Lagi-lagi pria itu bersikap lembut dengan membukakan pintu mobil untuk Freya. Keduanya tersenyum saat bertatapan, seolah mereka adalah sepasang kekasih yang saling mencintai.

Bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel