Bab 4 Kontrak
Arsen memandang Freya seksama. Memperhatikan penampilan wanita itu dari atas ke bawah.
"Siapa namamu?" tanya Arsen.
"Freya."
Arsen mengangguk-anggukkan kepala. "Kamu bisa hamil?"
Freya terkesiap, "Saya tidak tahu."
Memang Freya tidak tahu ia bisa hamil atau tidak. Freya belum pernah melakukan hubungan suami istri dan ia juga belum pernah hamil. Bagaimana ia bisa menjawab pertanyaan dari Arsen?
"Maksudku, apa kamu subur?" tanya Arsen lagi.
Freya menggeleng, "Saya tidak tahu. Saya belum pernah periksa."
"Owen, siapkan pemeriksaan untuknya. Jika hasilnya bagus, kita bisa menandatangani kontrak pernikahannya," kata Arsen, lalu beranjak dari sofa dan kembali menuju rak buku.
Owen memberi kode agar semuanya keluar dari ruangan kerja lelaki itu. Freya baru bisa bernapas lega setelah keluar dari sana. Udara segar serasa baru masuk mengisi paru-paru miliknya.
"Kalian pulang dulu. Besok pagi, siap-siap untuk melakukan pemeriksaan. Kalau hasilnya bagus, maka kontrak akan kalian dapatkan," kata Owen.
"Baiklah. Hubungi saja kami," sahut Daniel.
Daniel, Sammy dan Freya berpamitan pulang untuk kembali. Sammy mengantarkan rekannya pulang ke hotel dan besok akan berjanji untuk menjemput keduanya.
******
Pukul sepuluh pagi Sammy sudah membawa Freya dan Daniel ke rumah sakit. Di sana juga sudah ada Arsen, Owen dan juga seorang wanita yang memakai seragam dokter.
"Dia Dokter Andy. Dia yang akan memeriksamu," kata Arsen.
Wanita cantik berambut coklat itu tersenyum. "Halo, aku Andy. Kita langsung periksa saja."
"Lebih cepat lebih bagus," kata Arsen.
Freya mengangguk dan masuk ke dalam ruangan dokter. Daniel tampak cemas, ia takut kalau sampai Freya tidak subur dan keinginan mereka untuk hidup mapan tidak terwujud.
Beberapa saat, Arsen di suruh masuk ke dalam ruang dokter. Freya sudah selesai diperiksa dan duduk di kursi, sedangkan Arsen berada di sampingnya.
"Hasilnya?" tanya Arsen.
"Aku sudah periksa dan hasilnya bagus. Rahimnya bisa mengandung," kata Andy.
"Kamu yakin?"
"Jika kamu ingin lengkap, ada serangkaian pemeriksaan lagi dan memakan waktu. Ada banyak tes untuk kesuburan," kata Andy.
Andy dan Arsen adalah teman baik. Mereka dulunya satu sekolah dan juga satu perkumpulan. Arsen mempercayakan semuanya kepada Andy karena ia percaya terhadap wanita itu.
"Kalau sudah diperiksa dan hasilnya dia bisa mengandung, tidak perlu. Aku harus segera menikahinya," kata Arsen.
Andy mengangguk, "Semoga pernikahan kalian lancar."
Arsen melirik Freya. "Ayo, kita pergi!"
Arsen dan Freya keluar dari ruang dokter. Pria itu memerintahkan pulang menuju rumah untuk penandantanganan kontrak.
"Bagaimana hasilnya?" tanya Daniel saat mereka berada di dalam mobil.
"Bagus," jawab Freya.
"Syukurlah."
Freya memandang Daniel. "Kamu akan di sini, kan?"
Daniel menggengam tangan kekasihnya. "Aku akan pulang setelah ini." Daniel memeluk Freya. "Aku tidak mau bersedih, Freya. Kita harus berkorban."
Sammy hanya melihat keduanya dari kaca spion dalam mobil. Ia tidak habis pikir dengan Daniel, katanya sayang dan cinta, tetapi rela mengorbankan kekasihnya hanya untuk hidup mapan.
Sammy tidak tahu apa yang dilewati temannya itu. Mungkin karena terlalu lelah dengan hidup yang tak kunjung berubah, Daniel rela menyuruh Freya melakukan pernikahan kontrak.
Ketiganya keluar dari dalam mobil dan disambut oleh pelayan yang langsung mengantar mereka ke ruang kerja Arsen.
"Kalian duduklah," kata Owen.
Daniel dan lainnya duduk di sofa dan di sana juga ada Arsen. Owen menyerahkan surat perjanjian kepada Freya karena dia yang akan melakukan pernikahan itu.
"Kekasihmu akan ditempatkan di perusahaan Empire moon di London. Dia juga akan menjabat sebagai manager pemasaran di sana. Lalu, kami akan memberikan uang senilai sepuluh juta dollar. Selama setahun, atau paling tidak satu setengah tahun, kamu akan menjadi istri dari tuan Arsen, dan diharapkan tiga bulan pertama, kamu sudah bisa mengandung," kata Owen menjelaskan.
Freya mengangguk ragu. "Iya."
"Selama menikah, kamu tidak boleh bertemu kekasihmu," Owen menambahkan.
"Apa aku bisa bertukar kabar?" tanya Freya.
Owen melirik Arsen untuk menjawab pertanyaan dari Freya. Namun, Arsen hanya berdehem sembari menatap tajam calon istrinya.
"Nona, Tuan Arsen tidak suka hal itu. Kamu akan menjadi istrinya dan tidak boleh ada pria lain yang menghubungimu," kata Owen.
"Freya, ini hanya setahun. Setelah setahun, kita akan bersama," kata Daniel.
"Baiklah," jawab Freya pasrah.
"Sekarang tanda tangani surat ini," pinta Owen sembari memberikan bolpoin kepada Freya.
Surat itu ditandatangani oleh Freya dan juga Arsen, lalu Sammy dan Owen sebagai saksinya. Hari itu juga uang yang dijanjikan ditransfer ke dalam akun bank milik Daniel.
"Sewaktu-waktu, aku bisa membatalkan perjanjian dan sebagai jaminan aku akan membayar dua kali lipat," kata Arsen. "Mulai malam ini, kamu akan tinggal bersamaku dan aku beri waktu tiga puluh menit untuk mengucapkan selamat tinggal kepada kekasihmu."
Arsen beranjak dari duduknya sembari membawa berkas yang sudah ditandatangani keluar. Owen dan Sammy juga keluar dari ruang kerja dan membiarkan Daniel bersama Freya.
"Sayang, lihatlah ... aku akan bekerja sebagai manager," kata Daniel.
"Kamu pergunakan uang itu dengan sebaik-baiknya," kata Freya.
"Aku akan langsung membeli apartemen atau rumah sederhana. Mungkin kekurangannya bisa lewat cicilan," kata Daniel.
"Aku tidak bisa menghubungimu," kata Freya sedih.
"Aku akan memberi kabar kepada Sammy dan memintanya untuk menyampaikannya kepadamu."
Freya langsung memeluk Daniel erat. "Aku pasti akan selalu merindukanmu."
"Aku juga, Sayang," ucap Daniel.
******
Freya hanya bisa memandang Daniel yang masuk ke dalam mobil Sammy. Ia melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan terakhir. Air mata tidak terasa menetes, menodai pipi Freya.
"Jangan menangis!" kata Arsen. "Kamu tidak akan selamanya berada di sisiku."
Freya tersentak, "Maaf, Tuan."
"Panggil aku Arsen. Kamu harus membiasakan itu. Saat orang tuaku bertanya, kamu harus luwes dan menganggap kita ini sepasang kekasih."
Freya mengangguk cepat. "Iya."
Jiwa Freya serasa melayang saat berada di samping Arsen. Aura dari pria itu sangat menakutkan dan jantung Freya tidak henti berdetak kencang.
"Malam ini kita akan latihan sebagai pasangan kekasih," kata Arsen.
"Latihan?" tanya Freya.
"Kamu saja kaku begitu. Kita harus latihan!"
"Iya," jawab Freya.
"Bisa tidak, menjawab selain kata 'iya'?" tanya Arsen.
"Baik, Tuan. Eh, Arsen," kata Freya dengan perut menahan napas. Takutnya Arsen terganggu dengan napasnya.
"Pantas saja kamu itu tidak laku di dunia model. Sikapmu kaku begitu. Aku akan menyuruh pelayan untuk mengajarimu bersikap!" Arsen berlalu setelah mengatakan hal itu.
Freya bernapas lega setelah Arsen pergi meninggalkannya. Perkataan yang dilontarkan Arsen sangat menyinggung Freya. Dia model yang memeragakan pakaian atau sepatu, bukan memeragakan sikap.
"Sikapnya benar-benar sombong. Pantas saja tidak wanita yang ingin menikah dengannya," kata Freya.
Bersambung
