Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Bertemu Arsen

Freya mengerutkan kening saat mendengarkan perkataan dari kekasihnya. "Bayi? Apa kamu menginginkannya?"

"Sayang, sebelumnya aku minta maaf padamu. Temanku menawarkan jasa sebagai istri kontrak," ungkap Daniel.

"Istri kontrak?" ulang Freya, "maksudmu apa?"

"Seorang pria kaya membutuhkan seorang istri untuk melahirkan seorang bayi dan setelah bayi itu lahir, mereka akan berpisah." Daniel mengenggam tangan Freya. "Sayang, apa kamu bersedia melakukan pekerjaan itu?"

Freya terkesiap, "Daniel! Kamu ingin menjualku?!"

Daniel menggeleng cepat. "Aku sama sekali tidak bermaksud begitu. Tapi ini semua demi kehidupan kita."

Freya melepas tangannya dari genggaman Daniel. "Sama saja kamu ingin menjualku! Kamu menginginkan aku menikah dengan orang lain dan melahirkan anak untuknya, kan?"

Freya menggeleng tidak percaya atas ide dari Daniel. Di mana letak pikiran dari kekasihnya itu? Freya menikah, tidur bersama pria asing, dan melahirkan seorang anak. Apa Daniel sama sekali tidak merasakan sakit hati atau cemburu akan hal itu?

Daniel memandang Freya lekat. "Mereka membayar uang, memberi posisi pekerjaan yang bagus dan juga jaminan untuk tidak memecatku. Dengan begitu kehidupan kita akan layak, Sayang. Hanya setahun, setelah itu kita bisa bersama."

Freya membalas tatapan Daniel dengan mata berkaca-kaca. "Aku tidur bersama pria lain, Daniel. Apa kamu tidak sakit hati akan hal itu?" Freya mulai terisak.

"Tentu aku sakit hati, Freya. Aku berkorban demi kehidupan layak kita. Aku akan menahan rasa sakit itu," kata Daniel.

Freya menggeleng, "Kamu sudah gila, Daniel!"

"Memang, Sayang." Daniel memeluk kekasihnya. "Aku ingin menikahimu, memberimu gaun yang indah dan juga rumah bagus. Tapi pekerjaanku hanya pesuruh. Mereka memberiku pekerjaan di perusahaan besar dengan posisi bagus, ini kesempatan, Freya. Berkorbanlah demi cinta dan kehidupan kita."

"Aku tidak bisa melakukannya," kata Freya.

"Kamu pasti bisa, Sayang. Ini demi kehidupan kita nantinya. Setahun setelah kamu melahirkan, kita akan hidup bahagia dengan mapan. Setiap hari aku akan menelepon," ucap Daniel.

Freya mendorong tubuh Daniel agar menjauh darinya. "Maksudmu?"

"Pria itu berada di Amerika. Dia mencari wanita dari negara lain agar selesai kontrak, kamu tidak boleh menghubungi anak yang kamu lahirkan." Daniel menangkup kedua pipi Freya. "Itu bagus, Sayang. Setelah kamu kembali, kita menikah."

"Aku tidak sanggup melakukannya." Freya tidak sanggup membayangkan ia tidur bersama pria lain yang bukan kekasihnya.

"Kumohon, Sayang. Berkorbanlah. Ini juga demi kita. Hanya setahun dan itu tidaklah lama," bujuk Daniel.

"Daniel," ucap Freya dengan lirihnya.

"Kamu bisa melakukannya."

Freya mengangguk, "Baiklah, aku bersedia."

Daniel langsung memeluk Freya dan menghujani wajah kekasihnya dengan kecupan kasih sayang. Daniel tahu Freya akan setuju karena ini demi masa depan mereka berdua untuk hidup lebih baik.

Daniel segera memberitahu Sammy bahwa Freya setuju untuk kontrak pernikahan. Begitu juga Sammy yang memberikan kabar baik kalau Arsen setuju menjadikan Freya sebagai istri kontraknya.

"Kalian siap-siap saja untuk berangkat ke Amerika. Untuk masalah akomodasi semua akan ditanggung. Kalian hanya perlu siapkan identitas serta paspor," kata Sammy.

"Tenang saja. Paspor kami masih aktif," sahut Daniel.

Freya hanya diam mendengarkan kekasih dan temannya berbincang. Ia masih berada di awang-awang. Sulit untuk percaya jika dirinya akan menikah, tetapi bukan bersama Daniel.

"Visa kunjungan kalian akan segera aku berikan. Aku pulang dulu, dan bersiap-siaplah," pesan Sammy.

Daniel mengantar rekannya sampai ke depan pintu rumah, sedangkan Freya langsung kembali ke kamar. Ia merebahkan dirinya di atas ranjang yang muat hanya untuk satu orang.

"Sayang," tegur Daniel.

"Ya."

"Aku tahu kamu bersedih dan aku juga." Daniel duduk di tepi ranjang. "Ketika aku membayangkan diriku bekerja kantoran, dan kamu sebagai istriku, aku sangat bahagia. Ketika aku pulang kerja, kamu akan meraih tas kerjaku, membuka dasi serta jas yang aku kenakan. Aku lalu memelukmu, mengecup keningmu dan kita saling berpelukan. Aku memimpikan hal itu, Sayang."

"Aku tahu, Daniel. Aku akan wujudkan mimpi kita itu," kata Freya.

Daniel memeluk Freya. "Aku mencintaimu, Sayang."

"Aku juga," balas Freya.

******

Hari yang ditunggu akhirnya datang juga. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih sembilan jam, Freya, Daniel sampai juga di kota New York. Keduanya di tempatkan pada hotel mewah dan semuanya ditanggung oleh Arsen.

"Kalian istirahat. Nanti malam kita akan bertemu tuan Arsen," kata Sammy.

"Nama yang ingin menyewa kekasihku, namanya Arsen?" tanya Daniel.

Sammy mengangguk, "Kamu buka saja berita bisnis. Wajahnya akan terpampang di sana. Oh, ya, saat bertemu nanti, aku harap kalian bisa jaga sikap."

Daniel mengangguk, "Tenang saja."

"Istirahat saja dan nanti malam aku akan menjemput kalian." Sammy melambaikan tangan perpisahan kepada Daniel. Ia harus pulang ke kediamannya dulu setelah itu baru melanjutkan tugas.

****

Freya benar-benar gugup saat Sammy mengatakan mereka akan segera sampai di rumah Arsen. Tubuhnya tiba-tiba saja panas, tetapi telapak tangannya dingin. Gelisah? Sudah pasti, dan jika memungkinkan, Freya ingin menghilang saja.

"Sayang, jangan gugup. Aku ada bersamamu," kata Daniel.

Freya mengangguk, "Iya."

Mobil berhentik sejenak, kaca diturunkan dan Sammy mengatakan kalau ia adalah orang yang ditunggu Arsen kepada penjaga.

Pintu gerbang dibuka dan Sammy diperbolehkan membawa masuk kendaraannya. Semakin berdetak hebat jantung Freya. Mereka telah sampai pada rumah mewah sang penyewa.

Freya belum melihat wajah pria itu. Saat Daniel mengatakan sang pria sangat tampan, Freya hanya mengiyakan saja.

"Ayo, turun," kata Sammy.

Ketiganya turun dari dalam mobil. Pintu rumah dibuka oleh pelayan, dan Owen datang menyambut.

"Selamat malam, Tuan," sapa Sammy.

"Dia, wanita itu?" tanya Owen.

"Benar, Tuan."

"Masuklah, tuan Arsen sudah menunggu kalian," kata Owen mempersilakan.

Daniel benar-benar kagum akan kemewahan rumah Arsen. Dalam hati ia berdoa agar bisa memiliki rumah seperti itu. Sementara Freya tidak peduli akan rumah mewah. Ia khawatir dirinya yang akan pingsan.

Pintu kamar berukuran besar bercat coklat tua dengan gagang emas, didorong oleh Owen. Ketiganya dipersilakan masuk dan aura dingin serasa menusuk diri Freya.

Di sana, seorang pria berdiri membelakangi mereka. Dari belakang bentuk tubuhnya tinggi kekar. Bahu itu melebar dan bagi wanita merupakan pemandangan yang indah. Namun bagi Freya, sama sekali tidak. Ia membayangkan dirinya yang akan habis oleh sosok lelaki itu.

"Jangan takut, Sayang," bisik Daniel.

"Iya," jawab Freya.

"Tuan, mereka sudah datang," kata Owen.

Terdengar suara buku tebal ditutup. Arsen meletakkan kembali buku yang ia baca di tempatnya, lalu memutar tubuh menghadap para tamu.

Freya menelan ludah saat langkah kaki mulai mendekat dan ia dapat melihat dengan jelas sosok yang akan menjadi suami kontraknya.

"Duduklah," kata Arsen.

Jika tangan Freya tidak ditarik oleh Daniel, maka wanita itu akan tetap mematung di tempatnya. Freya menunduk karena posisi duduknya tepat berseberangan dengan Arsen.

"Tunjukkan wajah kalian saat bicara padaku!"

Freya langsung mengangkat kepalanya memandang Arsen, dan yang ia dapatkan tatapan dingin menusuk.

Bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel