Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

010 - Tamu Tak Diundang

Sebuah bantal sofa menghantam wajah Arya dengan sangat keras sampai-sampai dia harus mengambil dua langkah ke belakang untuk tetap menyeimbangkan tubuhnya.

Tak lama kemudian, bantal tersebut pun  jatuh dari wajahnya dan akhirnya Arya dapat melihat pelaku dari pelemparan bantal ke wajahnya yang merupakan seorang gadis dengan tatapan yang tak jauh berbeda dari Arya.

Gadis tersebut adalah Wulan Ananda Putri, dia adalah kembaran ceweknya Arya. Wajah mereka memang tidak terlalu mirip, tetapi tatapan dan sikap saat mereka bersama itulah yang mirip. 

Berbeda dari Arya yang masih duduk di banku SMA selama lima tahun sampai sekarang, kini Wulan sedang menjalani kuliah di sebuah universitas ternama yang berada di luar kota.

"Apa kau tidak lihat jam hah?! Bisa-bisanya kau pulang malam, apa kau tidak kasihan pada Romi?" bentak Wulan.

"Jika kau pulang bisa tidak jangan ajak aku berantam? Lagi pula buat apa aku kasihan padanya?!" balas Arya.

"Dasar manusia tidak punya hati! Memangnya sampai kapan kau akan bersikap kekanak-kanakan seperti itu? Dia itu adikmu,"

"Dia bukan adikku! Meskipun hanya adik tiri aku tidak akan pernah sekalipun menganggapnya-"

"Sudah-sudah! Tidak baik ribut-ribut saat ada tamu," potong Wulan sambil berbalik membelakanginya

"Cih, padahal kau yang mulai dulu, dasar banteng betina," ejek Arya dengan nada pelan.

"Apa?!"

Wulan masih bisa mendengarnya dan langsung menatap tajam ke arah Arya sambil mengeluarkan aura membunuh hendak mengajaknya berkelahi. Tetapi dengan terpaksa dia menahannya dan berlalu ke ruang tamu saat melihat Arya yang memalingkan pandangannya ke arah lain.

"Dasar, selalu saja seperti ini," gerutu Arya.

Arya mengambil bantal yang tadi dilempar Wulan kepadanya. Lalu, dia berjalan sambil membawanya kembali ke ruang tamu, tempat bantal itu berasal.

Begitu sampai, Arya dikejutkan oleh seorang gadis yang seharusnya tidak ada di dalam sana duduk di ruang tamu sambil berbincang dengan Romi. 

Saking terkejutnya sampai-sampai bantal yang berada di tangannya terjatuh ke lantai yang membuat perhatian mereka berdua pun mengarah kepada Arya.

"Hai!" sapa gadis itu.

"Re-rena?! Kenapa kau berada di sini?"

"Ah, aku masih belum memberitahumu ya? Dia adalah tamu kita dan mulai sekarang dia akan tinggal di rumah ini," jelas Wulan yang ternyata berdiri bersandar di dinding samping Arya.

Seketika Arya yang mendengar hal itu menjadi kesal dan menunjukkan wajah ketidakpercayaannya.

"Kau tidak bisa memutuskan hal itu seenak jidatmu! Kau pikir rumah ini penginapan atau kosan kah?" bantah Arya.

"Aku sudah minta izin pada Ayah dan dia sendiri mengizinkannya,"

"Ti-tidak mungkin!"

"Kalau kau tidak percaya tanya saja sendiri, huft!" balasnya sambil memalingkan wajahnya ke arah lain dengan kedua tangan yang dilipat.

"Kau ini …!!" gerutu Arya sambil menggertakkan giginya.

"Ayo! Ada satu kamar kosong untukmu, kau boleh memakainya tapi maaf kalau agak berdebu, soalnya sudah lama tak terpakai," ajak Romi pada Rena.

"Tidak apa-apa, aku bisa membersihkannya kok."

Romi mengantar Rena ke kamar yang dimaksudnya yang berada di lantai atas. Sebelum Rena berbelok ke arah tangga, dia mendekati Arya dan menyelipkan secarik kertas dengan cepat ke dalam kantong celananya, sehingga tak ada yang menyadarinya selain Arya sendiri.

Sekarang hanya tinggal Arya dan Wulan saja di ruangan tersebut. Wulan menoleh dan menatap Arya dengan sinis sesaat, lalu dia memalingkan wajahnya ke arah lain lagi.

"Tidak perlu khawatir, aku hanya cuti dua minggu saja, bahkan sebelum sampai dua minggu mungkin aku sudah kembali ke kampusku."

Setelah mendengar hal itu, Arya pergi menuju kamarnya meninggalkan Wulan seorang diri di sana.

Setibanya di kamar, Arya langsung mengunci pintu dan membuang tasnya ke sembarang tempat. Dia meraih secarik kertas yang diselipkan Rena dalam kantong celananya, lalu mulai membacanya dalam hati.

"Kepada Arya

Maaf jika aku membuatmu merasa tidak nyaman dengan apa yang kulakukan. Tapi, karena kau mau membantuku, maka tidak ada cara lain selain cara ini agar masalahku bisa selesai dengan cepat.

"Aku hanya mengatakan kepada adik dan kembaranmu kalau aku baru saja dibuang oleh keluargaku tepat setelah hari pertama aku pindah sekolah. Jadi mereka tidak akan tahu siapa aku sebenarnya.

"Satu hal lagi, kunci pintu kamarmu, matikan lampu, buka jendela dan berpura-puralah tidur. Saat tengah malam nanti, aku akan datang ke kamarmu lewat jendela untuk membicarakan sesuatu."

*****

Jam pada ponsel Arya menunjukkan pukul 00.45 yang berarti telah lewat 45 menit dari tengah malam. Kini, mata Arya mulai terasa berat karena dirinya sudah merasa sangat mengantuk, tetapi dia harus tetap terjaga dan menunggu.

"Dia di mana sih? Merepotkan saja, apa dia tidak jadi datang untuk bicara?" duganya dalam hati.

Sepuluh menit kembali berlalu dan Rena masih tak kunjung datang. Kesabaran Arya sudah habis dan dia pun langsung masuk ke dalam mode tidurnya tanpa memikirkan Rena akan datang lagi.

Krrrss … krrrss … krrrss .…

Tiba-tiba suara aneh yang tak asing di telinganya pun terdengar. Arya membalikan badannya ke arah jendela dan secara mengejutkan wajah Rena muncul tepat di depan wajahnya.

"Maaf aku terlambat," ucap Rena dengan matanya yang menatap mata Arya dengan lebar.

Seketika Arya pun bereaksi karena terkejut hingga membuatnya terjatuh dari ranjangnya.

Bruuk!

"Ssstt …! Jangan buat keributan, mereka masih belum tidur," ucap Rena lagi dengan jari telunjuk di bibirnya.

"Mereka? Mereka siapa? Kenapa kau lama sekal-"

"Ssstt …!"

Dengan cepat Rena mendekat dan membungkam mulut Arya yang menyebabkan kata-katanya pun terpotong.

"Romi dan Kak Wulan masih belum tidur. Aku baru saja mendapat sinyal aneh lagi, jadi bagaimana kalau kita bicara sambil pergi memeriksanya?"

Arya menganggukkan kepalanya tanda setuju dan setelah itu mereka pun keluar dari kamar Arya yang berada di lantai dua melalui sebuah jendela yang ada di kamarnya.

Di mulai dari Rena yang kemudian diikuti oleh Arya. Mereka berdua menyusuri jalanan di tengah gelapnya malam yang hanya diterangi oleh lampu yang terpasang di sepanjang jalan setiap beberapa meter.

"Hei, tadi sore apa kau menemukan sesuatu?" tanya Rena yang berniat membuka obrolan setelah beberapa lama terdiam sejak mereka memulai perjalanan.

"Selain seekor agmar level dua yang aku bunuh, tidak ada," jawabnya singkat.

Benar-benar pembicaraan yang sangat singkat. Rena merasa sedikit canggung dengan suasana yang terjadi di antara mereka. Dia mencoba berbicara lagi untuk mencairkan suasana. Tetapi sebelum itu terjadi, Arya bertanya lebih dulu padanya.

"Sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan padaku?" 

Mendengar pertanyaan tersebut Rena langsung merasa bingung karena dia tidak yakin dengan apa yang ingin dibicarakannya.

"Ee … itu … sebaiknya lain kali saja, ya?" jawabnya sambil menggaruk bagian belakang lehernya yang tak gatal.

"Maksudmu apa? Jadi, aku ikut denganmu ke suatu tempat yang tak jelas ini sia-sia?"

"Kalau menurutmu sia-sia kenapa kau masih mengikutiku?"

"Iya juga ya."

Perkataan Rena ada benarnya juga, Arya langsung berhenti berjalan dan menutupi mulutnya karena merasa malu dengan kebodohan sendiri.

Dukung author agar tetap semangat menulis melalui karyakarsa.com/wolfman3.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel