Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

009 - Murid Pindahan

Jam istirahat telah berbunyi sekitar sepuluh menit yang lalu, Rian menggunakan waktu itu untuk bersantai di atap gedung sekolah sambil menikmati rotinya dengan ditemani oleh sekawanan merpati yang diberi makan

Kriiet ….

Sesaat kemudian, pintu besi menuju atap gedung itu pun terbuka menghasilkan suara nyaring yang membuat para merpati tersebut pun terbang ketakutan. Dari balik pintu Arya muncul dan berjalan mendekat ke tempat Rian berada sambil menjinjing sekantong plastik hitam berisi roti yang baru dia beli di kantin.

"Seperti biasa kau selalu di sini ya," sapa Arya sambil duduk di samping Rian.

"Bagaimana keadaan di bawah? Aku dengar mereka sedang heboh karena ada murid pindahan," 

"Benarkah? Tapi sejak pagi sampai sekarang aku tidak mendengarnya, ditambah lagi di kantin lagi-lagi sepi tanpa ada orang yang berbicara sedikit pun,"

"Itu karena kau yang datang, coba kalau orang lain, ributnya sudah pasti seperti pasar,"

"Heh, kau benar juga. Oh ya, ngomong-ngomong ada yang ingin aku ceritakan," lanjut Arya.

Lalu, Arya pun mulai bercerita dengan Rian yang hanya diam dan menjadi pendengar yang baik karena menurutnya ada hal penting yang ingin disampaikan dalam ceritanya itu.

Sekitar dua menit telah berlalu sejak Arya mulai bercerita. Dia terlalu fokus bercerita dan Rian pun terlalu fokus mendengarkan hingga mereka berdua tidak menyadari kehadiran seseorang yang kini telah berdiri di hadapan mereka.

"Membicarakan orang lain di belakangnya itu tidak baik, aku kira kau bukan orang yang seperti itu, tapi ternyata aku salah," sindirnya.

Arya dan Rian yang terkejut segera menoleh ke depan mereka secara bersamaan. Seorang gadis berdiri di depan mereka, ditambah lagi dengan dia yang mengenakan seragam sekolah yang sama dengan mereka yang membuat Arya semakin terkejut.

"K-kau?! Kau gadis yang semalam itu kan?" tanya Arya sambil bangkit dan menunjuknya.

"Tentu saja, apa kepalamu terbentur?"

"Tapi, kenapa kau di sini?"

"Sudahlah, jangan kau tanyakan pertanyaan yang tak berguna itu. Perkenalkan, namaku Rena, aku berasal dari Divisi 7 dan aku sedang dalam misi untuk memburu seekor agmar yang kabur dari laboratorium Divisi 11."

Arya dengan tiba-tiba berdiri dan menyela perkenalannya. "Tunggu dulu! Bukannya kau bilang kalau Divisi 7 tidak menugaskan siapa pun ke dunia manusia? Lalu, apa yang sedang kau lakukan di sini?"

"Ee … itu …, sebenarnya Divisi 9 adalah divisi khusus untuk membasmi agmar di dunia manusia. 20 Demon hunter dari Divisi tersebut dikirim untuk menangkap agmar yang sedang aku buru, tetapi tiba-tiba saja tak ada satu pun dari mereka  yang dapat dihubungi.

"Karena itu, Raja elf pun memerintahkan Divisi 7 untuk membentuk tim pembasmi agmar untuk memburu agmar tersebut. Tetapi setelah kami sampai di sini, aku terpisah dengan anggotaku yang lain dan sekarang aku tak bisa menghubungi mereka," jelas Rena.

"Jadi begitu ya anak pindahan?" ucap Rian sambil bangkit dari duduknya. "Tidak mungkin seorang Demon hunter yang dikirim untuk memburu agmar malah masuk sekolah dan menceritakan misinya kepada dua orang asing. Apa yang kau inginkan?"

Rena terdiam dan kemudian tersenyum kecil pada Rian karena dia tak menyangka bahwa pria bertubuh besar tersebut ingin langsung mengetahui tujuan dari tindakannya tersebut.

"Seperti yang tadi aku katakan, aku terpisah dengan anggotaku yang lainnya dan aku tak bisa menghubungi mereka. Aku sudah melihat kemampuan kalian dalam membasmi agmar sejak beberapa hari yang lalu dan sepertinya sangat berguna. Jadi, apa kalian mau meminjamkan kekuatan kalian padaku?"

Arya terdiam dan berpikir sejenak. Dia hendak menjawab, namun segera didahului oleh Rian.

"Kemampuan Arya mungkin akan sangat berguna, tapi kemampuanku tidak. Aku pengguna kekuatan supernatural yang berarti aku kurang bagus jika harus berhadapan dengan agmar karena pengguna kekuatan supernatural itu menggunakan energi murni bukan energi spirit,"

"Iya kau benar dan aku juga tahu itu, tapi setidaknya dengan kehadiranmu bisa membuat Arya merasa lebih nyaman saat sedang membantuku,"

"Aku terlalu sibuk untuk bekerja, jadi aku tidak ikut."

Tiiiinngg …! Tiiiinngg …!

Suara bel tanda waktu istirahat telah usai berbunyi dan Rian pun langsung pergi kembali ke kelasnya tanpa pamit kepada mereka.

"Kalau dia tidak mau terserah, itu berarti kau harus membantuku," kata Rena langsung memutuskan sesukanya.

"Apa?!"

"Aku menerima beberapa sinyal aneh, salah satunya ada di daerah barat di kota ini. Jadi, aku ingin kau ke sana dan memeriksanya. Aku ada urusan dan sampai jumpa nanti malam!" ucapnya yang kemudian berlari menuruni tangga.

"Hei, tunggu!" 

Rena tak mengacuhkannya dan terus turun hingga dirinya menghilang dari pandangan.

"Nanti malam?"

*****

Jam menunjukkan pukul 15.39. Meskipun jam sekolah telah lama berakhir, tapi Arya masih belum pulang ke rumahnya. Sesuai dengan rencana yang telah direncanakannya, dia akan mengelilingi daerah barat kotanya seorang diri.

Jalan raya yang dipenuhi oleh suara deru mobil, jalan setapak yang sempit nan kotor, dan jembatan yang melewati sungai telah dia lewati. Dan sekarang sang mentari pun mulai tenggelam di ufuk barat dan sinarnya mulai berubah menjadi cahaya jingga yang indah.

Meskipun Arya sudah berkeliling beberapa kali, tetapi tetap saja dia tak menemukan satu hal aneh pun di sana. Arya menyadari bahwa hari sudah semakin sore dan dia pun membuka ponselnya sesaat.

"Pukul 17.02 dan semua tampak baik-baik saja, memangnya sinyal aneh apa yang dia maksud?" gerutunya.

Akhirnya Arya pun menyerah dan memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Namun, dalam perjalanan tiba-tiba dia merasakan aura keberadaan agmar. 

"Hah! Pasti agmar level dua," ucap Arya sambil memunculkan pedangnya. 

Arya kemudian berlari ke dalam gang yang merupakan asal dari aura agmar yang dirasakannya. Aura yang dia rasakan semakin terasa kuat dan saat sesosok macan berwarna hijau seukuran beruang terlihat, Arya langsung melompat tinggi dan ….

Slaash …!

"50!"

Agmar itu terbelah menjadi dua bagian hanya dengan sekali tebasan dan jasadnya pun segera lenyap. 

"Agmar level dua ke atas adalah monster pemakan manusia. Pemakan manusia apaan? Level dua saja selemah ini, pasti level tiga tidak jauh berbeda," ujar Arya.

Tiba-tiba Arya merasakan ada yang sedang memperhatikannya dari kejauhan dan segera menoleh ke belokan gang yang mengarah ke jalan raya.

Di sana dia melihat ada sesosok orang yang baru saja menghilang di belokan lainnya. Arya tak tahu pasti siapa itu, tapi sepertinya dia mengenali orang tersebut.

Arya tak memperdulikannya dan kembali melanjutkan perjalanannya. Satu jam pun berlalu dan kini dia telah sampai di depan pintu masuk dari rumah yang telah dibencinya selama bertahun-tahun.

Dia bisa saja kabur dari rumah tersebut sejak lama. Tetapi dia tidak punya tempat selain rumah ini untuk bernaung dan rasa lelah yang dirasakan tubuhnya pun telah berhasil mengalahkan kebenciannya yang akhirnya dia pun membuka pintu dan masuk ke dalam rumah.

"Aku pulang,"

"Dari mana saja kau Arya!"

Buugh …!!!

Dukung author agar tetap semangat menulis melalui karyakarsa.com/wolfman3.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel