Pustaka
Bahasa Indonesia

Reinkarnasi Kesatria Cahaya

92.0K · Tamat
Wolfman_3
84
Bab
1.0K
View
8.0
Rating

Ringkasan

7 Chains adalah tujuh pecahan dari permata kegelapan yang pecah akibat pertempuran tiga ras 200,000 tahun yang lalu. Pecahnya permata kegelapan membuat ras iblis tak lagi dapat mengendalikan energi gelap dalam tubuh mereka hingga pada akhirnya mereka berubah menjadi agmar, monster buas yang tak berakal. Di masa kini, Arya yang merupakan pecundang ternyata adalah titisan dari salah seorang kesatria cahaya di masa lalu yang bereinkarnasi, sehingga dia pun mendapat kekuatan untuk dapat membasmi agmar level rendah yang disebut hantu di dunia manusia. Sebuah pertarungan yang telah diramalkan akan segera terjadi. Akankah Arya yang seorang pecundang dapat memenangkannya? Instagram : ir.wolfman3 Dukung author melalui : karyakarsa.com/wolfman3

FantasiactionkultivasiSupernaturalpembunuhanpetarungpendekarwuxiaKeluargaMenyedihkan

001 - Awal Mula

"Haa … satu hari yang menjengkelkan telah kulewati lagi, kira-kira kapan hari-hari seperti ini akan berakhir?" gumam seorang pemuda yang tengah berjalan di sepanjang trotoar.

Nama pemuda tersebut adalah Arya Ananda Putra, seorang siswa SMA berusia 20 tahun karena gagal lulus sebanyak tiga kali berturut-turut.

Dia berjalan dengan suasana hati yang tampak buruk, mungkin karena hari ini adalah hari yang paling menjengkelkan di sekolah dalam minggu ini.

Saat Arya tengah berjalan di atas trotoar, tiba-tiba terdengar suara orang menjerit kesakitan dan suara orang yang sedang memalaknya sambil memukulnya. 

Arya pun menoleh ke sebuah gang sempit yang menjadi sumber suara itu muncul. Di sana terlihat tiga orang siswa berseragam SMA Elang tengah memalak seorang siswa berseragam SMA Gagak, siswa SMA-nya.

Dua diantara ketiganya hanya berdiri sambil menonton seorang temannya yang tengah memukul siswa SMA Gagak tersebut tanpa ampun. Melihat pemandangan itu, Arya pun segera bergegas masuk ke dalam gang, meskipun dia tahu hasil akhirnya jika dia sampai berkelahi.

"Bagaimana? Sakit 'kan? Makanya kasih uangnya ke kita!" ujar siswa SMA Elang yang memukul setelah menghentikan pukulannya.

"Hei! Berhenti!" teriak Arya. 

Ketiga siswa SMA Elang dan seorang siswa SMA Gagak yang telah dihajar sampai babak belur menoleh ke arah Arya. Awalnya ketiga siswa SMA Elang terkejut karena mereka pikir tindakan mereka kepergok oleh orang dewasa yang sedang lewat. 

Tapi saat melihat bahwa itu adalah Arya, mereka pun malah bersikap biasa dan tertawa karena mereka tahu bahwa Arya adalah seorang berandalan pecundang yang lebih mengandalkan tatapan tajam dan dingin daripada kemampuan berkelahi.

"Kukira siapa, tapi ternyata hanya seorang 'Paman Pecundang,'" ujar siswa SMA Elang pertama yang tadi memukul seorang siswa SMA Gagak.

"Kudengar Paman gagal lulus lagi ya? Apa itu karena Paman tak rela harus meninggalkan SMA Paman, hah?!" ejek siswa SMA Elang kedua.

Arya berhenti dan berdiri sekitar lima meter dari mereka, Arya memperlihatkan tatapan tajamnya tanpa membalas ejekan mereka. 

Suasana menjadi hening sesaat dan di saat-saat yang seperti itu, siswa SMA Gagak yang tadi dipukuli pun memanfaatkan kesempatan itu untuk kabur meninggalkan mereka berempat melalui jalur belakang gang.

"Hei! Jangan lari!" teriak siswa SMA Elang ketiga yang menyadari orang yang mereka palak tersebut kabur. 

Sudah terlambat untuk menghentikan atau pun mengejarnya, siswa SMA Gagak tersebut sudah terlanjur jauh dan sesaat kemudian menghilang setelah berbelok keluar dari gang. 

"Dasar! Lihat ini, ini semua adalah salah Paman!" kata siswa SMA Elang pertama. 

"Tapi tak apalah, Paman pasti punya uang juga kan? Kalau ada, cepat berikan pada kami sebelum kami menghajar Paman sampai babak belur!" ancam siswa SMA Elang ketiga. 

"Hah! Jadi begitu cara kalian meminta uang pada orang yang lebih tua?" ujar Arya yang langsung disambung dengan tatapan keheranan oleh ketiga siswa SMA Elang.

"Kebetulan hari ini adalah hari yang paling menjengkelkan dalam minggu ini, jadi bagaimana kalau kita berkelahi saja?" sambung Arya. 

Ketiga siswa SMA Elang tersebut pun saling tatap dan kemudian tertawa terbahak-bahak selama beberapa saat. 

"Haa … ha … apa Paman yakin? Satu lawan satu saja tidak pernah menang, apalagi kalau melawan tiga orang sekaligus?" 

"Menang atau tidak aku tidak peduli, yang penting maju saja!" 

Arya kemudian berlari menghampiri ketiganya sambil melepaskan dan melempar tas yang ada dipunggunginya ke siswa kedua yang berada di tengah. 

"Ap-"

Buuk!

Belum sempat dia berkata-kata, tas yang dilempar Arya pun mendarat di wajahnya ditambah dengan sebuah tinju yang menyusul setelahnya. 

Siswa kedua itu pun seketika ambruk ke belakang dan saat melihat nasib teman mereka itu, siswa pertama dan ketiga pun segera melayangkan tinju bersama-sama kepada Arya yang berada di tengah-tengah mereka. 

Beberapa pukulan awalnya berhasil ditangkis oleh Arya. Namun beberapa pukulan kemudian akhirnya berhasil mendarat di tubuhnya.

Dalam posisinya yang berada di tengah-tengah seperti itu, Arya tak bisa berbuat banyak. Dia mencoba untuk menyerang balas, tapi sayangnya posisinya yang di tengah-tengah tersebut sangatlah tidak menguntungkan.

Setiap pukulan yang Arya layangkan selalu dapat dihindari atau pun ditangkis oleh keduanya, berbeda dengan Arya yang kini terus-terusan menerima pukulan mereka secara bergantian tanpa bisa bertahan dengan benar. 

Duukk …!!

Tiba-tiba sebuah tendangan keras mendarat tepat di perut Arya sampai membuatnya terpental ke belakang sejauh empat meter.

Siswa SMA Elang pertama dan ketiga terkejut melihat Arya yang tiba-tiba terpental. Mereka menoleh ke arah tendangan yang menyerang Arya berasal dan ternyata itu adalah ulah dari teman mereka yang tadi ambruk karena terkena serangan Arya di awal.

"Pukulanmu lumayan sakit juga," ujar siswa kedua sambil berjalan pelan ke arah Arya.

Arya masih mengerang kesakitan sambil memegangi perutnya karena tendangan yang tadi dia terima. 

"Dasar! Rasanya aku mau muntah," batin Arya. 

Saat perut Arya mulai membaik dan hendak bangkit kembali, tiba-tiba sebuah tendangan kembali dilancarkan dan kali ini mendarat di wajah Arya sehingga dia pun kembali ambruk. 

Ketiga siswa SMA Elang tersebut tak mau memberi Arya waktu untuk bangkit dan segera mengeroyoknya bersama-sama dengan melancarkan tendangan tanpa henti secara bersama-sama.

Kejadian itu terjadi selama beberapa saat dan saat Arya mulai kehilangan kesadaran, siswa pertama pun mengajak teman-temannya untuk berhenti.

"Baiklah sudah cukup, nanti Paman ini bisa mati dan pasti satu sekolahnya akan bersedih, hahaha …!!"

"Oke, kalau begitu coba cek di saku dan tasnya. Siapa tahu dia punya uang," usul siswa ketiga.

"Oke."

Mereka bertiga pun mulai merogoh saku dan mengecek isi tas Arya dengan cara mengeluarkan semua isinya. 

"Yes! Lumayan dapat 200 ribu," ujar siswa ketiga yang berhasil menemukan dua lembar uang merah dari dalam tas Arya.

"Kalau begitu yuk cabut, kita biarkan Paman yang malang itu tidur siang," ajak siswa kedua.

Setelah mendapat apa yang mereka inginkan, mereka bertiga pun pergi meninggalkan Arya yang terkapar di jalanan gang dengan kesadaran yang perlahan dan akhirnya menghilang.

*****

"Hiks ... kenapa ... hiks ... kenapa malah jadi seperti ini?" 

Seorang pria duduk dan menangis sejadi-jadinya setelah orang dalam pelukannya tewas karena lubang besar di tubuhnya.

"Tidak perlu menangisinya, Arka. Karena sebentar lagi aku akan mengirimmu ke tempat adikmu berada," kata pria lain yang melayang di atas langit.

Tangisan Arka tiba-tiba berhenti dan pandangannya pun mengarah kepada pria yang melayang di atas langit dengan tatapan penuh kebencian. 

"Apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya pria itu.

"Bukankah dulunya kita adalah teman? Tapi kenapa kau melakukan semua ini? Kenapa? Cepat katakan! Kenapa kau lakukan semua ini? Indra ...!!" teriak Arka. 

"Hahahahaha ...!!! Kau bilang kenapa? Tentu saja karena dunia ini sangat tidak adil, kenapa ras kita sangat berbeda dengan ras lainnya? Coba kau katakan?

"Dunia tidak seindah yang kau bayangkan, Arka. Aku akan mengumpulkan 7 Chains dan aku akan mengubah dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk ras kita.

"Dan hal pertama yang harus kulakukan adalah … menyingkirkan semua kesatria cahaya yang akan mengacaukan rencanaku di kemudian hari, dimulai dari yang terbuang," ucapnya dengan ujung pedang yang diarahkan ke arah Arka.

"Jadi, ternyata kau memang benar-benar musuh ya? Kau tahu? Sekarang aku merasa bodoh karena dulunya aku pernah menganggapmu sebagai adikku."

Arka menundukkan kepalanya dan mulai meletakkan mayat adiknya dari pelukannya ke atas lantai.

"Maafkan aku, sebagai seorang kakak aku sudah gagal melindungimu. Tapi tenang saja, karena sekarang aku akan mengalahkannya sebagai seorang kesatria cahaya, seperti sosok yang kau kagumi," bisiknya di telinga adiknya meskipun dia tahu kalau adiknya itu tak bisa lagi mendengarnya. 

"Hahahahaha ...!!! Hahahahaha ...!! Jangan membuatku tertawa Arka, aku masih bisa mendengar bisikan anehmu itu," 

"Tutup mulutmu! Daripada kau mengoceh lebih baik kau bersiap-siap karena aku akan segera membunuhmu! Rencanamu itu, tak akan kubiarkan berhasil" ancam Arka.

Arka berdiri perlahan dan menarik sebilah pedang yang tertancap di sampingnya. Rasa sedih akan kehilangan seseorang yang berharga melekat pada dirinya, hingga suara-suaranya di masa lalu pun terngiang di kepalanya.

"Kakak!"

"Kakak lihat itu!"

"Lihat! Itu adalah kupu-kupu hitam."

Air matanya mulai menetes kembali dan dia pun mencoba menutup kedua lubang telinganya berharap suara-suara itu segera hilang. Namun, mau seperti apa pun cara yang dia lakukan, suara itu tetap saja terdengar sampai akhirnya dia menangis kembali. 

"Dasar cengeng, ayo cepat selesaikan ini! Aku sudah merasa jijik melihat wajahmu itu!"

"Hiks ... baiklah, jika itu maumu hiks ...," ucap Arka sambil menyapu air matanya. 

Arka mulai mengambil posisi dan mengarahkan pedangnya ke arah Indra yang melayang di langit di depannya. Dia menarik napas dalam-dalam dan dilihatnya wajah Indra dengan tatapan tajam sambil mengingat kenangan menyenangkan bersama adiknya.

"Kali ini aku bertarung untukmu, Rena. Gerbang kelima : kupu-kupu neraka." 

Seketika luapan energi keluar dari tubuh Arka hingga membuat suasana di sekitarnya berubah menjadi mencekam, angin bertiup dan semakin lama semakin kencang, serta petir besar mulai menyambar dari langit yang gelap tanpa henti.

"Hahahahaha ...!!! Inilah ...!! Inilah yang kutunggu-tunggu hahahahaha ...!!!" tawa Indra. 

Indra tak bisa menahan dirinya lagi dan langsung melesat ke arah Arka sambil menghunuskan pedangnya. 

Arka tak tinggal diam, dengan luapan energi yang kini menyelimutinya, dia pun juga melesat ke arah Indra.

Triiiingg ...!!!

Pedang mereka beradu dan pertempuran hebat yang mampu menggetarkan dunia tempat mereka berada pun terjadi.

Dukung author agar tetap semangat menulis melalui karyakarsa.com/wolfman3.