Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

003 - Ramalan

Setelah makan malam, Arya segera bangkit meninggalkan meja makan menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Melihat kebiasaannya itu, Romi yang merupakan adik tirinya yang selalu mengurus rumah sendirian meminta tolong pada Arya dan berharap usahanya itu untuk bisa dekat dengannya berjalan dengan lancar.

"Kak Arya, apa Kakak bisa bantu aku membereskan-" 

"Jika kau terlalu lelah untuk membereskannya sendirian, lebihnya baik kau biarkan saja sampai ada orang yang datang dan mau membereskannya," jawab Arya yang tampak tak acuh terhadap permintaannya. 

Romi hanya terdiam sambil melihatnya yang akhirnya menghilang ke lantai dua. Dia tahu posisinya di keluarga itu hanyalah seorang adik tiri yang tak memiliki hubungan darah apapun dengan Arya. Dia hanya bisa sabar karena dia sadar bahwa Arya tak pernah sekalipun suka ataupun peduli dengannya. 

"Ha … tak terasa sudah delapan tahun berlalu dan lagi-lagi hasilnya seperti ini, cara apa lagi yang harus aku lakukan agar aku bisa dekat dengan Kak Arya?" gerutu Romi yang akhirnya harus membersihkan meja makan sendirian lagi. 

Setelah Arya masuk ke dalam kamarnya, dia pun mengunci pintu dan berbaring di atas ranjangnya yang empuk. Dia tidak memikirkan nasib makanan yang baru saja masuk ke dalam perutnya, yang penting dia bisa berbaring dengan perut terisi dan memikirkan kejadian yang terjadi padanya selama seharian ini seperti kebiasaannya di hari-hari sebelumnya. 

"Hari yang sangat menjengkelkan, tapi hari ini agak berbeda dari hari yang lain. Mimpi aneh, hantu yang yang tiba-tiba bisa kulihat dan mengejarku, dan kakek tua yang bisa melompat tinggi serta membuat hempasan angin kuat hanya dengan tinjunya, apa itu mungkin?

"Ditambah lagi aku adalah orang yang diramalkan, apa itu juga terdengar masuk akal? Pasti si Tua Bangka itu penganut ajaran sesat dan telah berhasil membodohi Rian untuk ikut ke dalam sektenya. 

"Besok adalah hari minggu, aku akan pergi ke sana dan aku akan memberi pelajaran kepadanya. Tunggu saja dasar Tua Bangka!"

Rasa kantuk yang hebat tiba-tiba menyerang Arya, perlahan matanya mulai terpejam dan akhirnya dia pun tertidur lelap.

Sreet .…

Sreet .…

Sreet .…

Suara sesuatu yang tengah diseret terdengar di telinga Arya membuatnya menjadi setengah terbangun dengan tubuhnya yang masih tertidur. 

"Suara apa itu? Baru saja aku tertidur, sudah ada saja suara yang mengganggu." 

Perlahan kesadarannya kembali, Arya mulai merasakan tubuhnya diseret dengan kedua kakinya yang diangkat dan ditarik oleh seseorang.

Tak lama kemudian, kepalanya terbentur dengan sebuah batu yang tertanam di jalanan sehingga membuat kesadaran Arya pun kembali sepenuhnya. 

Rasa sakit diabaikannya begitu saja dan hal pertama yang diperdulikannya adalah orang yang tengah menyeret tubuhnya ke suatu tempat. 

"Woi!" 

Arya berteriak dan melempar sebuah batu yang dipungutnya di jalanan ke punggung orang yang menyeretnya. Seketika orang tersebut pun melepaskan kedua kaki Arya dan Arya segera bangkit dan bersiap di posisinya untuk menghadapi orang tersebut.

Merasakan ada yang aneh, Arya kemudian melirik ke kiri dan ke kanan, ternyata dia sekarang tengah berada di dekat sungai, tempat di mana dia dan Rian bertemu dengan kakek tua bernama Torak. 

"Siapa kau?! Kenapa kau menculikku?!" ucap Arya dengan tatapan tajam ke orang yang menyeretnya. 

Orang tersebut tidak segera menjawab, tubuhnya kurus hampir sama dengan tubuhnya, saat dia menoleh Arya dapat melihat sebuah gagang kacamata tersangkut di telinganya sehingga dia dapat menyimpulkan bahwa orang tersebut berkacamata.

"Memangnya siapa yang mau menculik orang sepertimu, hah? Gagal lulus SMA tiga kali, beban keluarga, sekolah, dan negara juga. Satu-satunya yang menguntungkan dari menculikmu itu hanyalah jika aku menjual organ tubuhmu!"

"Nah! Itu kan alasanmu menculikku!" kata Arya sambil menunjuknya.

"Aku tidak menculikmu!" 

"Dasar bodoh! Sudah jelas-jelas kau menyeretku dari kamarku hingga ke sini, bukankah itu berarti kau menculikku?" 

Orang tersebut tak membalas, dia menggertakkan giginya sambil menghentakkan kakinya dengan kuat sebanyak beberapa kali. Dia terlihat sangat kesal tapi dia tidak mampu untuk melampiaskannya.

Tak lama kemudian, dari kegelapan malam di belakang orang tersebut Torak pun muncul dan berjalan mendekat. Dia datang dengan senyum lebar di wajahnya dan tangannya pun mendarat di bahu orang yang menyeret Arya sambil memujinya.

"Kerja bagus An-" 

"Kau urus saja dia, aku sudah tak mau lagi!" potong orang itu yang kemudian pergi dengan langkah cepat ke arah dimana Torak muncul.

Pujian Torak terpotong dan dia merasa aneh dengan sikapnya itu. Namun dia tidak begitu memperdulikannya dan kembali menoleh ke arah Arya.

"Yoo …! Arya, padahal aku menyuruhmu untuk datang besok, tapi karena aku tak sabaran jadi aku menyuruhnya untuk membawamu ke mari, jadi maaf jika ini sedikit tidak sopan ya hahahaha …!!" sapa Torak yang kemudian tertawa ala orang tua.

"Sedikit tidak sopan apanya? Menculik seseorang hanya untuk bertemu itu sangat tidak sopan tahu!" gerutu Arya dalam hati.

"Suatu hari nanti, dua kesatria cahaya dari masa lalu yang memiliki prinsip yang bertolak belakang akan bereinkarnasi. Mereka berdua akan bertarung kembali setelah peperangan besar terjadi dan yang menang akan membawa perubahan besar pada ketiga dunia.

"Tak ada yang tahu apakah perubahan itu akan berdampak baik atau buruk. Tapi yang pasti, semoga bencana besar di masa lalu tidak terulang lagi untuk yang kedua kalinya," 

"Apa yang kau katakan itu?" tanya Arya yang tak mengerti dengan apa yang dikatakan Torak. 

"Itu adalah isi dari ramalan 200,000 tahun yang lalu. Dimana saat itu pertempuran tiga ras antara manusia dan monster dengan manusia dan elf telah berakhir. Dan kau adalah reinkarnasi dari salah satu kesatria cahaya di masa lalu yang ada dalam ramalan."

Arya tertegun mendengar penjelasan tersebut. Dalam hati Torak, dia merasa bangga karena telah berhasil menjelaskan kepadanya dengan cara yang menarik, tapi sayangnya yang terjadi tidak seperti yang dibayangkannya.

"Bwahahahahahaha …!!!" 

Arya malah tertawa terbahak-bahak hingga membuat air matanya menetes keluar di sudut matanya. Senyuman bangga yang tadi terukir di wajah Torak kini telah sirna dan tergantikan dengan raut wajah yang tidak mengerti dengan dimana letak kesalahan dalam penjelasannya.

"Kenapa kau tertawa?" 

"Tentu saja aku tertawa, pertempuran tiga ras? Elf? Monster? Memangnya siapa yang percaya dengan cerita seperti itu?" 

"Itu bukan sekedar cerita, tapi itu nyata," 

"Dengar ya! Jangan kau ajak Rian lagi dalam sekte sesatmu itu karena dia adalah temanku!"

"Kau pecundang kan?" pancing Torak.

"Apa?! Apa kau bilang?"

Amarah Arya mulai terpancing dan tatapannya menjadi tajam kembali. Kini, senyum tipis pun terukir di wajah Torak karena dia mulai berhasil mengambil alih pembicaraan. 

"Kau pecundang yang selalu kalah dalam berkelahi, gagal lulus SMA tiga kali, semua orang menjauhimu, dan kehidupan keluargamu juga berantakan. Semua orang pasti menganggapmu seorang pecundang dunia, kan?"

"Kalau kau ingin menghina, sebaiknya lihat dulu siapa orang yang kau hina dasar Tua Bangka! Aku sama sekali tidak takut dengan otot-ototmu yang besar itu!" tantang Arya.

Torak memperhatikannya sesaat dan kemudian kembali berbicara.

"Raihlah tanganku, sebenarnya ada takdir yang sedang menunggumu. Namaku Torak, mantan Ketua Divisi 1 di organisasi Demon hunter. Sekarang aku memimpin pasukan revolusi untuk menjatuhkan kekuasaan elf.

"Aku akan mengubah dirimu yang dikenal sebagai pecundang dunia menjadi pahlawan dunia, percayalah," ucap Torak dengan tangan yang dijulurkan ke arah Arya.

Dukung author agar tetap semangat menulis melalui karyakarsa.com/wolfman3.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel