Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

002 - Kebangkitan Kekuatan

Hari telah berganti menjadi sore dengan warna jingga yang mulai menghiasi langit. Arya yang tadinya tak sadarkan diri akhirnya terbangun dan mendapati dirinya terkapar di dalam sebuah gang dengan semua barang-barang yang seharusnya berada dalam tasnya berserakan di luar.

"Argh …!!" 

Arya mengerang kesakitan ketika kepalanya yang terasa pusing tiba-tiba merasakan sakit yang luar biasa selama sesaat. 

Saat rasa sakitnya berkurang, Arya mencoba duduk di atas jalanan sambil memasukkan semua barang-barangnya kembali ke dalam tasnya.

"Tadi aku mimpi apa ya? Apa orang pingsan itu bisa bermimpi? Tapi kenapa mimpiku itu terasa begitu nyata?" gumamnya sambil mengingat kembali mimpi tadi.

"Tapi, apa pun itu aku harus pulang dulu karena perutku sudah keroncongan."

Arya bangkit dan mulai berjalan keluar dari gang. Tetapi, secara mengejutkan dia tiba-tiba mendengar suara-suara aneh yang membuatnya merinding. 

Arya berdiri dan diam sejenak, telinganya dicoba untuk mendengar kembali suara-suara yang tadi didengarnya, dan matanya melirik ke sana kemari mencari sumber dari suara yang dia dengar tersebut. 

Tap ….

Tap ….

Tap ….

Setelah beberapa waktu, suara langkah pelan dari seseorang pun terdengar. Arya menoleh ke belakang dengan perlahan dan sesosok pria bertubuh gosong pun terlihat tengah berjalan mendekatinya.

"Haaa …!!!" 

Suara teriak keluar begitu saja dari mulut Arya karena terkejut, tetapi hal yang tak kalah mengejutkan pun kembali mengejutkannya sekali lagi. Dari tembok gang, jalanan, dan selokan muncul berbagai makhluk halus yang biasa disebut hantu.

Mulai dari kuntilanak, pocong, tuyul, dan genderuwo muncul dan mulai menghampirinya dengan perlahan. Arya merasa ketakutan saat melihatnya dan langsung berlari meninggalkan gang tersebut sambil bertanya-tanya dalam hati, 'Kenapa ini bisa terjadi?'

Di setiap kali Arya melangkah menjauh dari hantu-hantu yang pertama muncul, hantu-hantu yang lainnya pun mulai bermunculan di depannya dan juga menghampirinya membuat Arya menjadi semakin panik. 

"Padahal aku tidak bisa melihat hantu, tapi kenapa aku bisa melihat mereka? Terlebih lagi kenapa mereka mengejarku?" batinnya.

Arya terus berlari dengan panik dan saat dia berhasil keluar dari gang, dia segera berbelok, tetapi seseorang bertubuh besar menghalangi jalannya sehingga Arya pun terjatuh setelah menabrak tubuh besarnya tersebut.

"Rian?" ucap Arya saat melihat orang tersebut adalah teman satu SMA-nya yang baru pulang kerja yang bernama Rian. 

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya dengan wajah datar.

"Itu-" 

Belum sempat Arya menjawab, tiba-tiba kuntilanak yang tadi mengejar Arya menembus tembok gang dan hendak menyerang Rian. 

"Enyahlah kau jelek!"

Duuk …!

Rian memukul hantu tersebut dengan kepalan tangannya yang besar dan seketika membuat kuntilanak tersebut pun terpukul ke belakang hingga kembali menembus tembok. 

"Ayo, ikut aku!" ajak Rian.

"Ke mana?" 

"Ikut saja!" 

Rian berlari memimpin jalan sedangkan Arya tak bisa berkata apa-apa lagi selain mengikutinya dari belakang. Selama dalam perjalanan, hantu-hantu yang mengejarnya pun semakin banyak dan terus bertambah. 

Hingga saat mereka tiba di dekat sebuah sungai, tiba-tiba seseorang yang berdiri jauh di depan mereka melompat tinggi dan melakukan sebuah pukulan di udara. Dari pukulan tersebut, sebuah embusan angin kencang pun muncul ke arah mereka dan seketika membuat semua hantu-hantu yang mengejarnya pun terhempas menjauh.

Karena saking kuatnya embusan angin tersebut membuat Arya juga hampir ikut terhempas. Tetapi tak lama kemudian, angin tersebut pun menghilang dan orang yang tadi melompat tinggi pun mendarat tepat di hadapan mereka berdua yang menyebabkan debu-debu kembali terhempas ke segala arah.

"Jadi ada apa Rian? Kenapa kau membawa agmar-agmar itu ke sini?" tanya orang yang mendarat tersebut yang merupakan seorang kakek tua namun bertubuh kekar dengan dibalut seragam bela diri usang. 

"Torak, kekuatannya sudah bangkit, jadi tolong bantu dia mengendalikan kekuatannya!" 

"Begitu rupanya, baiklah," 

"Tunggu! Apa yang barusan itu? Bagaimana kau melakukannya? Agmar? Dan kekuatan apa yang kalian bicarakan?" tanya Arya yang tak paham dengan pembicaraan singkat mereka.

Torak si Kakek tua bertubuh kekar pun tertawa terbahak-bahak selama sesaat. Lalu, berkata pada Arya.

"Sebenarnya aku ingin menjelaskan semuanya padamu sekarang juga. Tapi sebentar lagi malam tiba dan kau juga akan pusing jika aku menjelaskan semuanya sekarang. 

"Jadi, untuk sekarang aku hanya akan menyegel kekuatanmu untuk sementara dan kembalilah ke sini besok jika kau ingin tahu jawaban dari semua pertanyaanmu itu." 

Torak menyentuh bagian tengah dadanya dengan jari telunjuknya seperti ingin melakukan sesuatu. Arya sempat berprasangka buruk dan berusaha menghindarinya, namun Rian menghentikannya sehingga jari Torak tersebut pun mendarat tepat di tujuan. 

"Baiklah, aku sudah menyegelnya dan sampai jumpa besok," ucapnya setelah menempelkan jarinya selama beberapa saat tanpa ada kejadian aneh.

Torak melambaikan tangannya dan berjalan pergi meninggalkan mereka berdua begitu saja, terlebih lagi Arya yang merasa tanda tanya yang berada di kepalanya kembali bertambah.

"Sebenarnya apa yang terja-"

"Ayo kita pulang, Arya. Aku akan sedikit menjelaskannya padamu," jawab Rian yang langsung merespon.

Setelah Rian berkata seperti itu, mereka pun berjalan pulang ke rumah mereka bersama-sama yang mana rumah mereka searah meski nantinya berlawanan arah. 

"Bagaimana aku menjelaskannya ya?" ucap Rian yang malah bingung sendiri.

"Tidak perlu bingung, jelaskan saja sebisamu saja, aku akan mencoba untuk memahaminya," 

"Baiklah, kalau begitu begini saja. Kau itu adalah orang dalam ramalan," 

"Hah? Apa maksudmu?" 

"Kau adalah orang dalam ramalan, aku bertemu dengan Torak belum lama ini. Lalu dia menyuruhku untuk mengawasimu dan membawamu padanya jika saja kekuatanmu tiba-tiba bangkit,"

"Tunggu, bisa kau jelaskan kekuatan apa yang sejak tadi kau maksud?" 

"Kekuatan yang sejak tadi aku maksud adalah energi spirit dalam dirimu. Pada dasarnya, manusia dan alam hanya bisa menghasilkan energi murni, tetapi terkadang ada beberapa manusia yang mampu menghasilkan energi spirit dalam tubuhnya.

"Dan orang yang mampu menghasilkan energi spirit akan bisa melihat hantu atau yang biasa disebut oleh para Demon hunter adalah agmar," 

"Hahahaha! Maksudmu Demon hunter dalam game itu?" 

"Tidak, ini lebih ke organisasi pembasmi agmar yang berlokasi di dunia lain,"

"Dan kau? Apa kau juga mampu menghasilkan energi spirit?" 

"Tidak, tapi aku adalah pengguna kekuatan supernatural. Pada dasarnya manusia memiliki energi murni seperti yang dimiliki alam, tetapi terkadang ada juga manusia yang mengalami sedikit mutasi sehingga mereka dapat melihat hantu, berinteraksi, dan memiliki kemampuan khusus dari energi murni.

"Ya… kalau orang-orang menyebutnya anak indigo. Oh ya, apa kau berkelahi lagi?" 

Arya menyadari bahwa Rian tengah memperhatikan pakaiannya yang kotor dan pipinya yang berdarah.

"Iya, seperti biasa aku lagi-lagi kalah," jawabnya dengan wajah murung.

"Jangan bersedih, kau itu orang yang baik, Arya. Meskipun kau selalu terlihat dan dicap sebagai seorang berandalan pecundang. Aku yakin suatu saat nanti kau pasti bisa menang karena kau adalah orang dalam ramalan," hibur Rian.

Dukung author agar tetap semangat menulis melalui karyakarsa.com/wolfman3.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel