Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8

“Aku gak tau kamu juga ngerasain hal yang sama kaya aku atau engga, tapi aku … sekarang mulai terbiasa ada kamu.”

“Gombal banget.” Aku agak tertawa sumbang, walau dalam hati sebenarnya aku senang sekali dia mengatakan hal seperti itu, tapi aku juga harus bisa menjadi Kamela yang seperti biasanya bukan?. Bukan senang hanya dengan kalimat seperti itu.

“Aku serius, aku juga sepertinya lebih seneng kita kaya gini aja dulu. Kamu juga bukan?.” Aku mengerti kemana arah pembicaraan Agam. Benar dugaanku. Aku dan dia sama. Lalu apa jadinya jika seperti ini setelah aku mulai mengakui adanya sedikit perasaan untuk Agam. Oh Kamela, jangan ulangi lagi kebodohanmu, tapi sekali lagi entah kenapa ada perasaan sedikit tidak suka pada diriku sendiri saat ini. “Ya, aku juga pengen kaya gini aja.” Aku kembali berbalik dan memunggunginya. Baiklah, aku harus benar-benar menghapus perasaan ini dan menata ulang hatiku seperti semula, sebelum permainan ini berbalik ke arahku dan menyakitiku. Aku jelas tidak ingin seperti itu.

**

“Bu Kamela, ada yang mencari.” Risa masuk waktu istirahat tinggal lima menit lagi. Perasaanku agak tidak enak. Aku langsung turun ke lobi dan betapa terkejutnya aku melihat seseorang yang menungguku. Ares dengan celana jeansnya, kaos polo putih sebagai atasan dan rambut cepaknya. Ares tampak lebih segar dan rapih dari sebelum aku dan dia bertemu. Senyumnya langsung terkembang sempurna ketika melihatku. “Kamela,” sapanya yang langsung memelukku. Aku menengok kanan kiri dan benar saja dugaanku, semua yang ada di lobi melihatku. Aku agak mendorong sedikit badannya untuk menjauh, sedikit jahat sih tapi tenang pelukannya tidak melonggar. Tenaga wanita dan laki-laki berbeda.

“Malu Res di kantor,” bisikku tapi Ares yang memiliki hati pangeran itu hanya tertawa. “Biarin, biar pada tau aku pacar kamu.” Akhirnya aku keluarkan kekuatan kuku cantikku yang tajam dengan mencubitnya. Dia pun melepaskanku sembari mengaduh dan memegang tanganku. “Kamu masih aja galak untung aku lagi kangen banget sama kamu.”

“Ehm… aku juga.”

Setelah itu Ares mengajakku untuk makan siang di rumah makan Sunda yang terletak agak jauh. Dia rindu masakan Indonesia katanya, apalagi sambel. Aku mengiyakan saja, lagipula kerjaanku sudah beres tadi. Lalu ketika kami makan, ada satu notifikasi masuk.

From : Agam

Makan siang bareng?.

Aku merasa berdosa, tapi ketika aku ingat bagaimana hubungan kami, aku langsung tersenyum pada Ares dan membiarkan chat Agam. Aku kembali mengobrol banyak dengan Ares. Dia bercerita mengenai bagaimana dia tersiksa melalui hari-harinya tanpa aku dan hal yang lainnya. Setelah mendengarnya, aku tersenyum kaku. Dalam hati aku menjawab, aku disini tanpa kamu biasa-biasa saja malah bermain api. Maafkan aku Ares.

“Oh ya, si Keila gimana kabarnya?.”

“Kayak gak tau dia aja, dia masih ya gitu.”

“Masih ajaib maksdunya?.” Aku mengangguk mengiyakan, memang dia makin hari makin ada saja kelakuannya. Kemarin saja, dia baru bilang kalau udah mutusin Leo karena dia kenalan sama seorang cowok cupu yang menarik hati, tapi tenang cowok cupu itu adalah anak dari pemilik usaha batu bara yang dikenalnya dari Leo. Keila bilang, “Menarik banget Kamela, gue jadi ada misi buat rubah dia jadi cowok gaul juga asyik. Sayang kan modal tampang udah ada, modal uang apalagi, tapi cupu bukan main. Bikin gue, si wanita ambisius ini pengen ngubah dia.” Ya, gitu lah.

“Sayang, tau gak aku sewa apartemen di tempat kamu selama dua bulan aku disini.” Aku langsung tersedak dan rasanya susah menelan nasi liwet yang terasa batu ini dikerongkonganku ketika Ares tiba-tiba berkata seperti itu. “Pelan-pelan makannya sampai kesedak gitu.” Ares menepuk-nepuk punggungku lembut. Tidak tau saja, aku tersedak karena ucapannya barusan.

“Hah?. Kamu emang gak pengen dirumah?.”

“Kamu kan tau, kedua orang tuaku udah gak ada. Kakakku udah nikah, jadi ya aku mending sewa apartemen aja. Selama dua bulan ini pokoknya kalau kamu mau berangkat kerja aku anterin. Aku gak enak juga gangguin kakakku sama kelaurganya walaupun cuman dua bulan.” Aku merutuki kebodohanku, Ares ini memang hanya mempunyai satu-satunya kakaknya di Jakarta dan itu pun sudah menikah. Masuk di akal juga, tapi apa harus di tempat yang sama denganku?. Sial.

Setelah mengantarku ke kantor, Ares langsung pergi untuk membereskan apartemennya dan dia berkata jika sudah jam kantor selesai dia akan menjemputku. Oh mungkin, jika aku cewek pada umumnya maka aku akan berteriak karena pacarku yang sangat manis, perhatian, lembut dan penuh dengan kejutan. Tapi aku tidak, aku merasa risih. Bagaimana jika Agam datang dan Ares juga datang?.

“Keila, ke ruangan gue dong. Gue mau cerita. Gawat banget.” Aku langsung menutup sambungan tanpa mendengar jawabannya. Bodo amat jika dia sedang sibuk, aku butuh dia sekarang. Dan benar saja hanya lima menit dan Keila sudah duduk di depanku dengan wajah nenek lampirnya. “Awas kalau yang bakal loe bilang ke gue itu gak penting.”

“Dengerin gue, Ares udah ada di Jakarta dan udah sewa apartemen di tempat yang sama dengan gue. Dia bakal anter jemput gue full selama dua bulan ini dan bakal hilir mudik di sekitar gue.”

“Congratulation kalau gitu. Gila itu si kutu kupret so sweetnya keterlaluan ya.” Keila yang mengaku-ngaku sebagai sahabat itu malah membuat respon yang membuatku ingin membenturkan kepalanya ke tembok supaya sadar.

“Loe gila, kenapa sih temen loe jadi buat gue risih gini?. Kemaren-kemaren perasaan enggak deh.”

Keila yang sedang tertawa langsung berhenti dan mengambil posisi duduk yang tegap. Berkata dengan serius, “karena dia ngerasa loe berubah.” Aku terdiam. Benarkah?.

“Loe mungkin waktu jadian sama Barri, loe masih bisa bales Ares dengan tenang dan biasa aja. Tapi sejak loe deket sama Agam, loe jadi sering lupa bales chat dia, lupa atau malas angkat telepon dia gue gak tau pasti dan yang paling penting feeling dia yang bilang kalau loe berubah dari cara loe bicara sama dia, Kamela.”

Aku mengernyitkan dahi, sementara Keila menyandar lagi dengan santainya. “Loe udah tau semuanya ya?.” Keila menghela nafas kemudian mengangguk.

“Harusnya gue gak bilang karena gue udah janji sama dia, tapi kayaknya gue emang gak bisa diem aja. Kamela, dengerin gue baik-baik ya. Memang gue selama ini sama playernya kaya loe, tapi inget gue gak pernah punya hubungan lebih dari satu laki-laki. Disaat gue udah ngerasa gak bisa sama dia atau bosen ya mending gue putusin aja daripada gue gantungin dia. Loe sadar gak?. Sekarang Agam ngelakuin hal yang sama ke loe. Gue tau, loe udah mulai cinta sama dia kan?.” Keila dengan semua kalimat ajaibnya itu berhasil membungkamku. Aku kalah telak dan tidak bisa menjawab. Oke, Keila sekarang boleh mengaku sebagai sahabatku kepada seluruh jagat raya. Dia sangat mengenalku.

“Sebelum semuanya terlambat, jangan main-main terlalu jauh Kamela. Jangan loe lampiasin kemarahan loe buat Reyno ke laki-laki lain.”

“Gue gak cinta sama Agam.” Kilahku. Dalam hati aku marah ketika Keila mengungkit Reyno, tapi aku coba menanggapinya dengan tenang walapun dia pasti tau kalau aku tidak suka ketika dia menyebut nama itu lagi. “Dan gue udah gak mikirin orang itu, sampai gue perlu repot-repot balas dendam sama dia dengan melakukan ini semua. Gue cuma mau seneng-seneng aja.”

“Oke, sorry kalau gue udah sebut nama itu. Gue gak maksud nyakitin loe. Gini deh, loe pikirin aja semuanya itu baik-baik. Gue balik dulu,” Keila berdiri kemudian meninggalkanku dengan kata-katanya. Sahabat macam dia yang buat sahabatnya sendiri makin galau.

**

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel