Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

9. Alan modus?

Anzela berjalan menuju parkiran mobil di bantu oleh kedua sahabatnya. Helma dan Jasmine. Banyak pasang mata  yang menatap  padanya. Pasalnya, saat ini ia akan melangkah menuju mobil seorang cowok yang sangat famous di sekolah ini.

Mungkin setelah ini Anzela punya beberapa heters yang akan membencinya. Sudah berani bertingkah dengan cowok idaman mereka. Apalagi di antar pulang dan duduk satu mobil dengan Alan? Siapa yang tidak mau? Mungkin hanya Anzela yang terpaksa melakukannya saat ini.

"Zel, gue jamin habis ini musuh lo nambah banyak." Bisik Helma sambil membawa tas cokelat milik Anzela.

"Tau ah, Ma. Gue juga nggak mau di anter sama kondektur kopaja. Tapi, ini bener-bener kepepet."Balas Anzela dengan berbisik.

"Heh!Kingkong. Lama amat sih. Jalan gitu aja lima jam. Lo sengaja ya?Biar gue gendong lagi?"Teriak Alan dari depan parkiran mobilnya. Ia sengaja meningkatkan volume suaranya agar beberapa orang yang ada di sana mendengarnya.

Anzela yang mendengar itu hanya bisa mengepalkan tangannya kuat kuat dengan sisa tenaganya ia membalas perkataan Alan.

"Pala lo isinya GR semua ya!Pantes lo nggak waras."

Tak lama dari itu. Anzela tiba di depan mobil Alan. Tian, Rey dan Bayu hanya mengamati  mereka sambil bersender di mobil hitam Tian.

"Anterin anak orang dengan baik, Lan. Pastiin dia sampai rumah dengan selamat,"kata Bayu sambil terkekeh.

"Lo kira gue supir taksi online apa?Masih untung gue baik mau nganterin Kingkong macem ini."

Tanpa berfikir panjang. Anzela segera masuk kedalam mobil putih milik Alan. Dengan sengaja dia menutup pintu mobil dengan sangat kasar. Tidak peduli dengan respon si pemilik mobil yang mengumpatinya atau marah padanya. Kini ia hanya ingin lebih menyimpan sisa tenaga dan otot-otot di wajahnya untuk mengeluarkan ekspresi marah apabila nanti Alan berulah lagi padanya.

Alan yang melihat  Anzela yang membanting pintu mobilnya hanya terkekeh pelan. Merasa sedikit gemas dengan tingkah gadis itu seperti anak kecil.

"Anak orang marah. Yang kena mobil gue."Kekeh Alan yang masih bersandar pada mobilnya sendiri.

"Lo juga sih, Lan. Tau dia lagi sakit. Lo yang iklas ngaterin. Lo ngatain dia mulu, sih.."

"Gue iklas kok, Rey."

"Iklas sih. Tapi lo dari tadi nggak kasian apa? Dia lagi sakit, dan lo ngajakin dia ribut terus."

"Bukan ribut kok, Bay. Bercanda doang."

"Biasanya juga lo cuek sama cewek."

"Lha emang, Anzela cewek ya, Rey?"

"Hah?Lha lo anggep dia apa selama ini?"

"Gue nggak anggep dia lebih dari temen,"jawab Alan dengan nada sok polosnya. Menggelengkan kepala, ketiga temannya berdecih kesal dengan sikap Sahabatnya itu.

"Ya Ampun. Dodol amat sih lo, Lan!"

"Lha? Tadi lo nanya apa?Ya kan gue jawab aja."

"Pantesan, Lan. Lo nggak jadi ikutan olimpiade Matematika. Lo sekarang tambah bloon."

"Enak aja lo, Bay. Gue nggak jadi ikutan olimpiade Matematika juga karena gue mau pindah ke sini."Elak Alan sambil memasukan kedua tangannya ke dalam saku jaket jeans nya.

"Halah alasan aja lo tempe bulet."

"Diem lo pecel lele. Sewot aja lo, Bay."

"Gue harap. Ntar Anzela nggak turun di jalan gara gara emosi sama lo."

"Gue pastiin dia pulang sampai tujuan dengan selamat, Bay."

"Bagus deh,"kata Tian kemudian berlalu memasuki mobilnya sendiri.

"Mau kemana, Yan?"

"Cabut, Rey."

"Gue ikut,"kata Rey dan Bayu secara bersamaan kemudian memasuki mobil Tian.

"Kak, Alan. Nitip Anzela ya,"kata Jasmine pada Alan.

Tiiiinnn....Tiiiinnnn.....

Alan, Jasmine, dan Helma secara reflek menutup telinga mereka mendengar klakson mobil Alan yang di pencet sembarangan oleh Anzela.

"Woy brisik!!"teriak Alan untuk Anzela yang berada di dalam mobilnya. Tanpa merespon apapun, Anzela menekuk bibirnya ke bawah dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

"Cepetan!!!"Teriak Anzela akhirnya meskipun suaranya teredam di dalam mobil. Tapi, Alan tau apa maksud Anzela.

"Sabar Kingkong!!!"

"Lama lo Alien!"

"Heh apaan Alien?"tanya Alan bingung.

"Lo tuh kaya Alien!"kesal Anzela dengan tangan menunjuk Alan dari batas kaca depan mobil.

Jasmine dan Helma hanya  terkekeh pelan sambil menahan kekehan mereka. Takut-takut tertawa di hadapan Alan yang berpenampilan menyeramkan. Dan berakhir mendapatkan imbas berupa tatapan tajam. Lebih baik mereka berdua mengakhiri tawa itu.

Mobil Tian berlalu pergi dari halaman sekolah. Dengan segera juga Alan masuk ke dalam mobilnya. Tanpa basa-basi Anzela membuang muka ke arah jendela di sampingnya.

Alan melajukan mobilnya. Hening, tidak ada percakapan antara keduanya. Hanya ada suara musik di dalam mobil. Yang saat itu memutar lagu, "Say you want let go."

Anzela masih membuang mukanya tanpa mau menoleh ke arah Alan yang sibuk menyetir. Kebetulan, keadaan siang ini sangat macet. Berulangkali mereka terjebak macet. Anzela yang merasa sangat pusing menyenderkan kepalanya pada sisi kaca mobil Alan.

Beberapa menit berlangsung, mereka masih terjebak padatnya jalanan ibu kota. Alan memijit keningnya yang berdenyut menghadapi kemacetan parah saat ini. Tanpa sengaja, Alan menengok ke arah Anzela yang duduk di sampingnya. Dan tanpa ia sedari, saat ini ia menarik kedua sudut bibirnya untuk terenyum. Melihat gadis yang terlelap di sampingnya dengan wajah polos dan sangat menggemaskan ini membuat sesuatu di dalam hatinya bergelitik.

"Cantik juga kalau diem."Gumam Alan.

"Zela..Zela. Andai lo terlahir sebagai perempuan yang pendiem. Nggak akan mungkin gue kaya gini ke lo."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel