Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

8. Pingsan

Di UKS, Anzela masih terbaring lemah dengan wajah pucatnya di salah satu ranjang UKS.

Ditemani beberapa orang cowok dan sahabatnya sendiri, Jasmine.

"Astaga Zela. Lo ngeyel amat sih. Udah dibilangin dari tadi ke UKS aja,"kata Jasmine dengan wajah paniknya sambil menggosokan minyak kayu putih di telapak tangan sahabatnya yang terasa sangat dingin.

"Wajah Anzela pucet. Dia sakit?"tanya Tian pada Jasmine.

"Iya kak. Dia demam tinggi. Tapi ngeyel berangkat sekolah."

"Dasar anak keras kepala. Pantesan aja dodol."Gumam Alan sambil menyenderkan tubuhnya pada tembok di UKS.

"Ini juga gara-gara lo, Lan. Dia makin parah. Kepalanya pening tuh pasti."

"Iya-iya, Bayu. Gue tanggung jawab kok. Gue bakal anter dia balik ntar."

"Ngapain lo anter-anter?"

"Ya gue minta maaf ke orang tuanya lah, Rey."

Semuanya membulatkan mata mereka mendengar penjelasan dari Alan yang nampak tenang.

"Heh Kudanil. Lo kan cuma ngga sengaja lempar kepala anak orang pakai bola. Bukan ngehamilikn anak orang. Kenapa pakai acara minta maaf ke orang tua?"tanya Bayu heran.

"Ya gue minta maaf aja. Kasian, anak orang gue bikin pingsan."

"Halah modus lo, Lan. Bilang aja mau tau sekalian alamat rumah Anzela."

"Dih. Buat apa? Enggak lah, Rey."

"Halah sok jual mahal lo. Gue hafal kali sama modelan tahu bulat kaya lo."

"Tian, bilang temen lo tuh. Ngledekin sok tau mulu dari tadi."

Tian hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan Alan untuknya. Tangannya ia lipat di depan dada sambil beberapa kali menghela napas.

"Nama lo siapa, dek?"tanya Rey pada Jasmine.

"Nama gue Jasmine, kak."

"Lo temen Anzela?"

"Iya, kak. Temen sekelas."

"Lo tau alamat rumah Anzela kan?"

"Iya, Kak. Gue tau."

"Kasih ke Alan. Kayaknya dia butuh deh."Kekeh Rey dan Bayu di ruangan itu.

Alan hanya mampu mencibikan bibirnya kesal dengan kedua sahabatnya saat ini.

"Anzela,"

"Helma,"panggil Jasmine Helma memasuki ruang UKS dengan napas terengah.

"Astaga, Jasmine. Anzela kenapa?"tanya Helma dengan nada panik.

"Anzela pingsan. Ketipuk bola sama kakak itu."

Helma segera memusatkan matanya pada seseorang yang di tunjuk oleh Jasmine. Selang beberapa detik saat  Helma membungkam mulutnya sendiri karena tak percaya sekaligus terkejut.

"Hah?Kak Tian, kak Alan, kak Rey, kak Bayu?"

"iya."

"Siapa yang nipuk Anzela?"

"Gue. Kenapa?"tanya Alan dingin.

"Eng..enggak..eheheh enggak papa kok kak,"jawab Helma takut takut.

"halah paling lima menit lagi juga sadar temen lo."

"Emang lo sekarang jadi dukun, Lan?Sok nebak nebak lo."

"Halah Bay. Masih mending gue mau nganter ke sini. Dia pingsan doang kali. Bukan koma di Rumah Sakit."

"Heh pala lo. Dijaga kalau ngomong!"

"iya-iya. Sorry."Ucap Alan pada Tian.

Tak lama dari itu. Anzela mulai mengerjapkan matanya. Ia mengeluh pusing saat  kepalanya  terasa sangat pening.

"Pusing,"kata Anzela yang menyadarkan mereka semua.

"Anzela lo udah sadar,"kata Jasmine senang sambil mengoleskan minyak kayu putih di kedua kening Anzela.

"Zel, lo pulang aja ya. Wajah lo pucet banget,"tambah Helma sambil mengambil telapak tangan Anzela.

"Gue nggak papa kok. Gue mau ikut ulangan Matematika,"jawab Anzela sambil mencoba bangun dari tidurnya.

"Aduh,"

"Makannya gausah sok gaya bangun. Lo masih pusing."

"Heh, kok bisa jadi ada kondektur kopaja?"tanya Anzela kaget saat melihat Alan yang berada di ruangan itu.

"Enak aja lo kalo ngomong. Untung lo gue bawa ke sini. Kalau enggak udah di hinggapin lalat lo di sana. Besyukur lo, yang bawa lo ke sini cowo ganteng."

"Kampret lo kalau ngomong. Lo kira gue sampah!"Kesal Anzela sambil kembali berbaring di atas ranjang UKS yang di bantu Jasmine.

"Alan, dia lagi sakit. Jangan di ajakin debat dulu."

"Bener tuh si Tian. Lo sabar dikit bro. Pendekatan nya di lanjut ntar kalo Anzela udah sembuh."Kekeh Bayu yang di angguki Rey.

"Pendekatan gundulmu. Ogah amat gue sama cewek budek kaya gitu."

"Heh!Siapa juga yang mau sama kondektur kopaja kaya lo. Penampilan urakan kaya preman. Ngaku anak sekolah lo!"

"Halah!Kalau lemes ya lemes aja. Nggak usah maksain buat ngatain orang. Mending lo gue anterin pulang. Mumpung gue lagi baik."

Semua menatap tak percaya ke arah Alan. Benarkah apa yang di ucap cowok itu?

Sahabatnya pun tak menyangka dengan ucapan Alan barusan. Apalagi Tian,pria itu hanya bungkam sambil menatap ke arah Anzela.

"Halah modus lo, Lan."

"Apasih, Bay? Gue kan cuma niat baik doang. Masa salah lagi. Kalau ga boleh ya udah lo aja yang anter dia pulang."

"Heh!Kan lo yang bikin dia pingsan. Ya lo yang tanggung jawab lah."

"Kata lo gue cuma nggak sengaja nipuk pakai bola, Bay. Tapi kata kata lo seolah olah gue ngehamilin Anzela."

Anzela yang tengah minum air putih langsung tersedak setelah mendengar ucapan Alan. Begitu juga dengan Jasmine dan Helma yang saat ini tengah membulatkan mata mereka tak percaya.

"Kalo ngomong suka ngasal temen lo, Bay. Kejadian beneran awas."

"Amit amit, Rey. Kaya gue nggak ada uang buat biaya nikah. Kalau mau mah sok sekarang aja yuk gue nikahin Anzela,"Lanjut Alan dengan kekehannya.

Tian hanya dapat berdiam diri duduk di kursi ruangan itu. Rey dan Bayu masih tidak percaya dengan candaan sahabatnya. Apalagi Anzela yang saat ini menepuk jidatnya sendiri.

"Kalo ngomong suka ngawur lo kondektur!"

"Halah pantesan lo gampang pusing, Kong. Candaan aja lo anggep beneran. Dasar cewek baperan."

"Dih!Lo kali cowok edan!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel