Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

7. Sakit

"Anzela lo yakin nggak papa?muka lo pucet. Badan lo demam. Gue gapapa ke Perpustakaan sendiri. Lebih baik lo ke UKS deh, Zel."

Anzela menggelengkan kepalanya menanggapi perintah dari Jasmine, Sahabatnya. Ia masih kuat untuk menahan pusing yang berdenyut di keningnya. Mungkin, ibunya benar. Kalau saja ia tidak ngeyel dan membantah nasehat orang tua. Pasti tidak akan merasakan pusing seperti sekarang ini.

Saat ini mereka berdua tengah berjalan menyusuri lorong dekat lapangan Basket. Untuk menuju ruang perpustakaan yang letaknya agak jauh dari kelas mereka. Di jam istirahat pertama seperti ini, biasanya banyak siswa yang menghabiskan waktu untuk istirahat di luar ruangan. Sedang, jam istirahat kedua mereka pakai untuk makan, sholat dan istirahat di dalam kelas. Anzela menemani sahabatnya yang akan mengembalikan beberapa buku di perpustakaan. Hal ini mereka lakukan semata-mata karena perintah Bu Retno, guru Matematika mereka.

Namun,  perasaan  kawatir muncul di benak Jasmine. Beberapa kali matanya melirik ke arah  sahabatnya itu. Kali ini wajah Anzela sangat pucat, membuatnya tidak seceria Anzela biasanya.

"Kalau sakit jangan di paksain. Lo sih pakai acara hujan-hujanan, sok kuat lo kaya di pilem-pilem.."kesal Jasmine meskipun dalam hatinya penuh rasa cemas dan khawatir.

"Gue nggak papa kok, Jasmine. Nggak usah lebay deh."

"Iya tapi muka lo kan... Zelaa Awaaas!!!!"Teriak Jasmine membuat Anzela terkejut. Reflek kepalanya menoleh ke arah bola basket yang melayang ke arahnya. Tangannya bergerak menghalau bola itu, namun meleset. Yang terkena adalah keningnya yang mulus dengan beberapa anakan rambut.

BRUK

"Zela!Astaga Anzela."Teriak Jasmine saat mendapati Anzela tergeletak di lantai karena kepalanya menjadi sasaran empuk bola basket.

"Anzela bangun,"kata Jasmine kembali  panik. Tangannya menepuk pipi Anzela beberapa kali untuk membangunkan sahabatnya.

Semua orang berkerumun menyaksikan kejadian tersebut. Namun,tak lama dari itu datang beberapa cowok untuk menerobos kerumunan dadakan yang di buat beberapa siswa yang ada di sana.

"Wah gawat lo, Lan. Anak orang sampai pingsan,"Gumam seorang pria yang membuat Jasmine mengangkat kepalanya melihat siapa yang datang. Yang ia yakini adalah pemilik bola basket itu.

"Anzela,"

"Kak Tian."Panggil Jasmine saat matanya menangkap sosok Tian datang sambil berjongkok untuk melihat kondisi Anzela.

"Anzela yang kena bolanya Alan?"tanya Tian pada Jasmine.

"Iya kak,"jawab Jasmine dengan nyali ciut.

Cowom yang di sebut Alan hanya berdiri mengamati tubuh Anzela yang tergeletak. Tidak ada yang tau apa yang sedang di fikirkan cowok itu. Pasalnya, cowok itu langsung diam seribu bahasa tanpa mengeluarkan sepatah kata sedikitpun. Tangannya masuk ke dalam saku celana abu-abu. Terlihat bergitu tenang dalam suasana seperti ini.

"Alan. Tanggung jawab lo. Itu bawa ke UKS,"kata Rey sambil menepuk pundak sahabatnya.

"Alan. Lo keterlaluan. Kenapa lo sampai seceroboh ini?Kenapa sampai bola bisa kena siswi cewek?"Tanya Tian tak terima.

"Gue nggak sengaja,"jawab Alan akhirnya dengan nada yang sangat santai.

"Aduh kak, jangan debat. Ini Anzela gimana?"tanya Jasmine kebingungan.

"Anu Jasmine yang cantik. Si Anzela ambilin keranda aja buat bawa ke UKS."

Semua terdiam. Memusatkan tatapan nya pada salah seorang siswa  laki-laki berkaca mata tebal dan berbicara gagap.

Tian hanya mampu menggelengkan kepalanya mendengar celotehan ngawur dari siswa culun yang ikut mengerumini mereka.

"Heh goblok. Bukan keranda. Lo kira Anzela mati?"kata Jasmine tak terima.

"Nggak keburu. Biar gue gendong aja ke UKS,"kata Tian sambil bersiap menggendong Anzela.

Namun, tak lama dari itu. Alan segera berjongkok dan mengambil tubuh Anzela. Ia segera menggendong Anzela ala bridal. Membuat semua tatapan mata terfokuskan pada cowom tampan dengan tubuh berotot itu. Tian sedikit kaget, perlakuan Alan yang menurutnya sangat jarang ini membuatnya sedikit terkejut. Apalagi saat Alan mendahuluinya untuk menggendong Anzela. Ada rasa tidak terima dalam hatinya, dan segeralah ia tepis perasaan aneh itu.

Alan berjalan segera dengan tubuh Anzela di tangannya. Gadis itu terkulai lemah, dengan mata tertutup. Meringkuk di gendongan tubuh Alan. Kepalanya tepat bersender pada dada bidang milik Alan. Anzela sangat damai dengan mata yang terpejam. Berbeda dengan Anzela yang selalu keras kepala sambil memperlihatkan otot-otot keningnya.

Siswa siswi yang berada di sana, tepatnya yang di lewati Alan untuk menuju ruang UKS bergumam satu sama lain. Membuat telinga Alan sedikit risih di buatnya.

"Astaga demi apapun gue juga mau pingsan kalau gini caranya."

"Si Anzela menang banyak!"

"Bang Alan. Dedek nggak kuat."

"Astaga Alan nggak kalah berotot sama si Tian ya."

"Sumpah calon suami idaman gue ini."

"Gue mau dong di posisi Anzela."

Banyak celotehan celotehan yang keluar dari mulut siswi siswi perempuan di sana. Tak hanya anak- anak yang kaget dengan sikap Alan yang mendadak. Sahabat cowok itu juga di buat melongo dengan tindakan Alan saat ini.

"Gila. Baru tau kali ini gue. Si Alan mau gendong cewek kaya gini,"kata Rey sambil menatap punggung Alan yang menjauh dengan tatapan tak percaya.

"Tanggung jawab bro si Alan sekarang,"kata Bayu menambahkan.

Jasmine hanya bisa membulatkan mulutnya tak menyangka, sekaligus tak percaya. Tak percaya, musibah yang menimpa Zela saat ini membawanya bisa bertatap muka secara langsung dengan geng Famous di sekolah ini. Tak menyangka, salah seorang pria famous tengah mengendong sahabatnya saat ini.

Tian hanya terdiam sambil berdiri dari posisi jongkoknya. Melihat kepergian Alan yang membawa Anzela menjauh dari keramaian tempat itu.

"Emm, Kak. Gue nyusulin, Zela ya. Makasih,"kata Jasmine canggung kemudian berjalan cepat untuk mengekori Alan.

"Gila bro. Alan segitunya ya sama Zela."

"Iya, Bay. Inget nggak lo?Dulu Alan juga pernah gini kan? Dia nggak sengaja nipuk kepala cewek pakai bola voly. Udah tau si cewek pingsan dia malah ngasih uang ke temen si cewek dan langsung pergi. Dia nggak mau tanggung jawab sama sekali."

"Iya, Rey. Gue rasa Alan agak beda deh setelah tinggal di Medan."

"Bukan masalah habis tinggal di Medan nya, Bay. Dia beda setelah kenal Anzela."

"Iya juga. Iya nggak sih, Yan?"

"Hah?"tanya Tian kaget menanggapi pertanyaan dari temannya.

"Ah nggak nyambung lo. Ngalamun ya lo?"Tanya Rey dengan wajah penuh selidik.

"Enggak. Udah yuk susulin si Alan. Gue takut itu anak bikin keributan lagi di UKS."Ajak Tian pada kedua sahabatnya.

"Iya juga. Alan kan gila. Cepet lah kita ke sana."

Kemudian, ketiganya berjalan bersama menuju ruang UKS.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel