Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

6. Ibu

"Ibuk...Zela pulang," kata gadis itu sambil mencopot sepatunya di teras rumah. Berlari masuk ke dalam tanpa mengetuk pintu, tangannya bergerak melonggarkan dasi yang melingkar di lehernya.

"Astaga Zela. Pulang sampai semalem ini. Astaga,badan kamu basah semua. Kamu ngeyel banget pasti hujan hujanan kan,"kata sang ibu dengan nada kawatir sambil menghampiri anaknya.

"Ibu..Zela nggak papa,"kata Zela sambil berjalan masuk ke dalam rumah.

Memang benar, saat ini tubuhnya basah kuyup. Ia merasa kedinginan, dan langsung tidak enak badan.

"Nggak papa gimana kamu. Udah sana mandi. Ibu bikinin sup ya, biar badan kamu enakan."

"Iya bu, Zela mandi ya."

Setelahnya, Anzela pergi ke kamarnya untuk membersihkan tubuhnya. Selang beberapa menit. Ia kembali menemui ibunya di dapur dengan piama serba panjang yang membuat tubuhnya sendiri kalap.

"Tumben kamu pakai piama besar?Biasanya juga pakai celana pendek,"tanya sang ibu sambil menuangkan sup ke dalam sebuah mangkuk.

"Dingin,"jawab Anzela sambil menggaruk hidungnya yang gatal.

"Dingin?"tanya sang ibu heran.

Dengan sigap sang ibu segera menghampiri putrinya untuk memeriksa suhu badan Anzela.

"Astaga kamu demam,"kata sang ibu setelah menempelkan telapak tangannya pada jidat Anzela.

"Enggak kok buk, Ini efek tadi mandi air anget aja,"elak Anzela sambil mengambil sendok di atas meja makan.

"Kamu sih!Hujan hujanan. Udah tau ini cuaca nggak mendukung. Banyak yang sakit gara-gara perubahan musim. Kamu malah sok sokan hujan- hujanan."

"Ya ampun bu, ceramah sisa pagi tadi aja belom kelar. Masa sekarang udah ketambahan lagi? Terus beda topik,"

"Yaudah. Habis makan, keringin rambut kamu itu. Trus tidur. Malam ini nggak ada drama Korea.Nggak ada begadang-begadangan."

"Iya iya bu,"jawab Anzela sambil memakan sup di dalam mangkuk.

"Gimana hari ini?Asik nggak sekolahnya?"tanya sang ibu yang duduk di hadapan Anzela. Menemani putrinya menyantap makan malam.

"Ancur buk, mood Zela down hari ini. Bener- bener hari buruk,"jawab Zela lesu.

"Lho kok bisa gitu?"

"Gara gara anak baru. Ngeselin buanget. Heran, tiap kali ketemu ngajakin debat mulu."

"Anak baru gimana?Cerita sama ibu."

"Jadi kan bu, kapten basket yang ganteng itu punya sahabat pindahan yang sekolah juga di sekolah Zela."

"Kapten basket yang sering kamu ceritain itu? Yang kamu suka itu?"

"Sttttt...ibu apa apaan deh. Jangan bilang- bilang lho bu. Zela cuma cerita sama ibu soal kak Tian."

"Iya- iya, enggak. Trus trus?"

"Sahabat kak Tian itu namanya Alan. Penampilannya hampir sama kaya kak Tian, bu. Bedanya, si Alan ini pakai tindik di telinganya. Tapi, dia itu ngajakin debat mulu kalau ketemu sama Zela. Zela kan kesel," ucap Anzela sambil berhenti menyendok sup di hadapannya.

"Ganteng juga nggak?kayak kak Tian yang kamu bilang kapten basket?"

"Iya sih. Zela akuin, temen-temen kak Tian itu guanteng guanteng buanget. Apalagi Alan ini. Dia tertinggi di antara temen-temen kak Tian yang lain. Rambutnya hitam berantakan, kulitnya putih. Tapi sikapnya beda sama kak Tian. Kalau kak Tian kan terkesan baik dan ngalahan kalau sama cewek. Lha si Alan ini nguajakin debat terus buk, Zela kan kesel.." lanjutnya.

"Temen kak Tian keren semua. Makanya kelompok kak Tian itu famous semua. Kak Reynaldi yang biasa di panggil kak Rey itu ganteng banget,dewasa,baik dan pengertian sama perempuan. Trus kak Bayu. Astaga kalau senyum itu manis banget. Sikap kak Bayu itu tenang. Kelompok kak Tian itu berwibawa buk. Jadi, orang orang itu bukannya takut karena penampilan mereka berandalan. Tapi karena aura mereka itu berwibawa, ditambah orangnya pinter-pinter buk. Aish jangan ngomongin cogan buk. Anzela itu berasa ketemu oppa korea di dunia nyata."

Sang ibu hanya bisa tersenyum dengan menyangga kepalanya di atas meja makan sambil mengamati ekspresi keseriusan anaknya.

"Terus-terus?"

"Ya gitulah bu. Zela kesel sama si Alan. Masa tadi di kantin dia nabrak Zela, numpahin jus Zela. Bikin kotor baju Zela gara- gara ketumpahan jus buah Naga. Ish, pokoknya Zela kesel banget sama Alan. Sampai tadi ya bu, Zela injek kakinya. Biar dia tau rasa. Abisnya Zela sebel pake banget- banget."

Zela mengerutkan dahinya bingung saat melihat ibunya yang saat ini malah terkekeh setelah mendengarkan ceritanya.

"Kenapa ibu malah ketawa?"tanya Zela penasaran.

"Kamu sebel-sebel nanti suka awas lho, Zel."

"Idih amit-amit. Ibu ini lupa ya?Zela kan sukanya sama kak Tian. Kak Tian itu udah baik, pengertian, ganteng, keren, dewasa banget anaknya meskipun kadang suka clometan juga. Tapi, yang terpenting kak Tian itu menghormati perempuan."

"Tapi kamu jangan menilai kaya gitu. Kamu juga belum kenal sama Alan. Gimana kamu bisa nilai dia hanya karna luarnya aja."

"Ah ibu mah nggak tau. Pokoknya beda banget sama kak Tian."

"Iya- iya yang suka sama kak Tian. Kamu itu, giliran manggil Tian pakai "kak" tapi manggil Alan nggak pakai embel-embel apa-apa. Padahal kan si Tian sama Alan seumuran kan?"

"Si Alan mah nggak cocok di panggil "Kak" cocoknya di panggil "Kek"."

Lagi lagi. Ibu Anzela hanya mampu terkekeh mendengar cerita dari sang anak malam ini. Inilah yang seringkali mereka lakukan ketika Anzela pulang dari sekolahnya. Gadis itu akan banyak bercerita tentang keseharian yang ia lalui.

"Tapi bu, meskipun Zela suka sama kak Tian. Zela nggak ngarep buat lebih kok. Zela sadar lah bu. Kak Tian juga nggak pantes dapet cewek kaya Zela. Dia pasti juga nyarinya yang lebih."

"Nggak ada yang nggak mungkin di dunia ini kalau kamu mau berusaha sayang. Nggak ada yang tau juga. Siapa tau salah satu dari cowok famous di sekolah kamu itu bisa jadi jodoh kamu suatu saat nanti."

"Ibu apaan sih. Bawa bawa jodoh segala."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel