5. Halte bus
Tepat pukul setengah empat sore. Bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Membuat para siswa-siswi berhamburan bebas keluar dari kelas mereka masing-masing. Termasuk Anzela, dan kedua temannya yang saat ini tengah berjalan sampai di di Hall gedung sekolah mereka.
Hujan yang menghiasi langit sore ini cukup deras. Ditambah awan abu pekat yang bersiap menurunkan embun tetesannya. Wajah cemas dan khawatir mulai ketara, semburat sedih dengan lengkung bibir kebawah menghias sudut bibir para pelajar kala itu. Mereka sedih, hujan turun di saat waktu pulang Sekolah tiba. Berpikir bagaimana cara pulang, pilih menerjang atau tetap diam dan tenang di Sekolah.
Banyak siswa-siswi yang sengaja tinggal di tempat itu untuk sekedar menunggu hujan reda. Berbeda dengan siswa-siswi yang mengendarai mobil. Mereka dengan santai segera meninggalkan tempat itu. Pulang dengan tubuh lelah terlebih dahulu.
"Hujannya deres banget. Gue nggak bawa payung,"kata Zela sambil mengadahkan tangannya di bawah air hujan.
"Mana lagi. Emak gue nggak jemput jemput," keluh Jasmine sambil berulang kali mengecek ponsel di sakunya.
"Iya nih. Sumpah gue bingung gimana cara pulangnya. Mau order Grab gimana kalau gini, kasian juga bapaknya naik motor pake mantol tetep aja basah kuyup. Gatega,"
"Ayah juga belom jemput. Apa mending gue nunggu di Halte ya. Biar nanti ayah nggak kelamaan nunggu gue disini."
"Tapi kan, Zel. Lo nggak punya payung."
"Halah bodo amat lah sragam gue basah, Ma."
"Buku lo?"
"Tenang.Anzela nggak kehabisan akal kok."
Anzela segera mengambil buku- buku di dalam tasnya. Kemudian ia tersenyum manis ke arah Jasmine di hadapannya.
"Tunggu. Gue bau bau penghianatan nih."
"Tau aja lo, Min."
"Wah parah lo berdua. Yakali gue bawa buku kalian berdua lagi."
"Ayolah, Min. Emak lo kan jemput juga sampai depan Hall. Nggak mungkin lo kebasahan. Gue sama Helma kan masih jalan sampai gerbang depan."
"Nggak berat elah, Min. Buku gue dikit doang," sambung Helma sambil memainkan alisnya ke arah Jasmin yang saat ini mendengus pasrah.
"Yaudah deh. Terserah kalian. Besok gue bawa ya, soalnya di rumah gue buku kalian udah numpuk."
"Nah gitu dong. Nolongin sahabat kan pahala nambah, Min. Iya besok bawa lagi aja oke, mueh"
"Bisa aja lo, Kong."
"Hah?apaan Kong?"tanya Zela bingung.
"Kingkong dungs,"jawab Jasmine yang membuat Helma ikut terkekeh.
"Kampret lo ketularan pantat gayung ya kalian. Awas aja nggak gue contekin PR besok. Bodo amat."
"Ya Tuhan, Zel. Baperan amat sih lauuu..."kata Jasmine sambil memonyongkan bibirnya mendramatisi ucapannya.
"Alay lo gentong!"
"Iya, Min. Muka lo kalo gitu mirip miper," tambah Helma sambil terkekeh, membuat Jasmine sambil memanyunkan bibirnya kedepan.
"Udah ya. Gue ke halte dulu. Takut ayah udah di sana. Babay kalian. See you."
"Babay, Zela.."kata kedua temannya sambil melambaikan tangan.
Anzela berlari di bawah hujan yang cukup deras. Ia tak perduli dengan tubuhnya yang akan basah kuyup nantinya. Yang ia fikirkan adalah, Anzela takut membuat ayahnya menunggu terlalu lama.
Sampainya di Halte. Anzela duduk dengan tubuh tang basah kuyup. Gadis itu mengambil ponselnya yang berada di saku dalam tas.
"Untung nggak basah."
Setelah membuka layar ponselnya.Ia mendapati beberapa pesan yang ternyata dari ayahnya.
Ayah [15.47]
Zela. Ayah nggak bisa jemput kamu. Mobil ayah ban nya kempes. Ini ayah lagi di bengkel benerin dulu. Di bengkel antri. Paling nggak ayah sampai rumah agak malem.
Ayah [15.50]
Zela. Jangan buat ayah kawatir sama kamu. Ayah percaya sama kamu. Cepet pulang ya. Kamu bisa naik Grab. Pokoknya segera pulang ya. Jangan main hujan hujanan.
Ayah [15.51]
Zela. Kalau udah sampai rumah. Kabari ayah ya nak. Ayah minta maaf gabisa jemput kamu. Hati-hati di jalan sayang.
Anzela tersenyum kecil membaca beberapa pesan singkat dari ayahnya. Ayah yang sangat baik dan peduli pada anaknya. Ia sangat beryukur mempunyai seorang ayah yang cinta keluarga dan sangat bertanggung jawab.
Aku [16.13]
Iya ayah. Ayah juga hati hati❤️
Ayah [16.14]
Tunggu hujan reda. Jangan nekat.?
Aku [16.15]
Siap ayah?
Anzela kembali menaruh ponselnya ke dalam tas kemudian menatap lurus kedepan menunggu hujan reda. Dengan tubuh yang basah kuyup ia merasa kedinginan. Dengan reflek tangan gadis itu memeluk tubuhnya sendiri untuk sedikit memberikan efek hangat.
"Nih. Pakai aja jaket gue."
Mengangkat wajahnya ke arah seorang cowok yang berdiri di sampingnya sambil mengulurkan jaket miliknya ke arah Anzela.
"Nggak usah makasih," tolaknya dengan senyum canggung.
"Pakai aja, Zel. Gue tau lo kedinginan."
"Nggak usah, Sra. Makasih."
"Lo masih aja keras kepala ya ternyata. Dasar batu."
Tanpa berfikir panjang cowok yang di panggil dengan sebutan " Esra" itu segera menyelimuti punggung Anzela menggunakan jaket miliknya.
Tanpa mereka sadari. Sedari tadi seorang pria dan ketiga temannya sedang di dalam mobilnya mengamati kejadian yang terjadi di halte.
"Yaelah,punya cowok juga tuh cewek. Bagus deh kalau laku."
"Kenapa?lo cemburu?"Tanya salah satu sahabatnya yang juga satu mobil dengannya.
"Idih. Cemburu apanya, Rey. Kurang kerjaan."
"Hati-hati lo."
"Diem lo, Bay."
Dan teman yang satunya hanya dapat tersenyum miring mendengarkan argumen yang di lontarkan sahabatnya itu.
