Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4. Dihadang Manusia Badak

“Oh begitu? Kamu sendiri jika perutmu lapar, apa yang kau makan?” tanya Arya.

“Seperti yang kau lihat wujud saya kan seekor harimau, jadi saya juga suka memakan daging mentah tapi tidak termasuk daging manusia.”

“Saya pikir kau doyan juga daging manusia, makanya saya merasa kuatir saat di gurun kau akan menerkam saya. He..! He..! He..!” ujar Arya diiringi tawanya.

“Saya menerkam manusia bukan untuk memakannya, melainkan membunuh sebelum terbunuh. Dan itu sudah sering dan terpaksa saya lakukan, demi mempertahankan diri agar tetap hidup di negeri Peri ini.” tutur Benggala.

“Ya, saya mengerti dan memang sudah sewajarnya juga jika jiwa kita terancam untuk melawan siapapun itu yang kita hadapi. Menurutmu bagaimana Benggala, apa kita musti memasuki kawasan pemukiman mereka itu? Sementara kata hati saya menginginkan langkah kita memang menuju ke sini, apa mungkin ada hal penting yang musti kita selesaikan di sana?” tanya Arya yang merasa ragu untuk memasuki kawasan pemukiman manusia badak, karena dikuatirkan akan menimbulkan kegaduhan seperti yang dikatakan Benggala mereka akan menangkap siapa saja yang memasuki kawasan mereka jika bukan dari kelompok mereka.

“Terserah kamu saja, Arya. Bukankah Resi Dharma mengatakan jika saya musti mendampingimu ke mana pun kamu pergi dan membantu apapun tindakan yang akan kamu lakukan.” ujar Benggala yang senantiasa setia menjalankan semua yang diamanatkan Resi Benggala kepadanya...

“Ya, tapi kau tak perlu kuatir. Saya takan pernah mengajakmu berbuat yang tidak-tidak di negeri Peri ini, semua yang akan kita lakukan semata-mata untuk menegakan kebenaran serta menyelamatkan negeri ini dari malapetaka seperti yang dikatakan Resi Dharma.” tutur Arya menyakinkan Harimau Putih itu.

“Sejak kau menolong saya di gurun, saya telah yakin sepenuhnya jika kau orang yang baik. Saya berhutang budi padamu, meskipun seandainya saya tak diberi amanat oleh Resi Dharma saya akan tetap mendampingi dan membantumu di negeri Peri ini walaupun itu harus bertaruh nyawa.” Arya tersenyum mendengar ucapan Benggala, kemudian mengusap-usap kepala Harimau Putih itu.

“Kalau begitu, ayo kita turun menghampiri mereka di pemukiman itu! Saya yakin ada sesuatu yang bisa kita temui di sana, berkaitan tugas yang dikatakan Resi Dharma.” kali ini Arya menolak diminta naik ke punggung Harimau Putih itu, ia lebih memilih berjalan menuruni lereng bukit menuju pemukiman manusia badak.

Apa yang dikatakan Benggala benar adanya, begitu mereka berjarak sekitar 7 tombak dari kawasan pemukiman itu beberapa lelaki dilengkapi senjata tombak dan kapak yang terbuat dari batu menghampiri lalu menghadang mereka.

“Wahai manusia aneh! Ada perlu apa kau datang ke kawasan kami ini, membawa binatang buas itu?!” seru salah seorang dari manusia badak, yang logat bahasanya cukup lain di dengar oleh Arya.

“Sial, yang aneh itu kalian! Keningku tak bertanduk!” gumam Arya dalam hati, merasa lucu dikatakan manusia aneh.

“Apa kau tak mendengar kata-kata kami?!” kali ini salah seorang dari mereka berbicara agak lantang.

“Oh, maafkan kami Kisanak. Kami kemari bukan bermaksud jahat.” ujar Arya.

“Jika kau tak bermaksud jahat kenapa kau datang membawa binatang buas ini?”

“Ini bukan harimau biasa yang sering Kisanak temui di hutan, harimau ini adalah sahabat saya dia tidak sebuas yang kalian sangka kan.” Arya membela Benggala yang dituding binatang yang buas.

“Mana ada harimau tidak buas, beberapa orang dari kami telah tewas dimangsanya. Sekarang kami ingin menuntut balas, Ayo serang mereka!” perintah salah seorang dari manusia badak itu pada rekan-rekannya.

“Hei, tunggu! Kalian jangan terburu-buru berprasangka buruk atau menuduh sahabat saya ini yang telah memangsa teman-teman kalian! Seperti yang saya katakan tadi, dia ini bukan harimau biasa. Jika kalian tak percaya, sebentar lagi dia akan berbicara pada kalian membuktikan kalau dia bukan harimau ganas yang sering kalian temui di hutan. Ayo Benggala, bicaralah!” cegah Arya sembari meminta Benggala berbicara.

“Maaf sebelumnya jika kehadiran saya di sini telah menambah prasangka buruk kalian terhadap kami, Nama saya Benggala dan ini sahabat saya Arya Mandu. Kami datang kemari tak ada niat buruk sama sekali, melainkan hanya ingin mengenal kalian dan ingin bersahabat.” tutur Benggala, sontak seluruh manusia badak yang berbaris di depan terlonjak kaget hingga tersurut dua langkah kebelakang. Mereka tak menyangka Harimau Putih yang ada di hadapan mereka itu bisa bicara seperti manusia.

“Nah, sekarang kalian yakinkan jika sahabat saya ini bukan harimau biasa?” tanya Arya.

“Ya, kami percaya jika sahabatmu itu bukan harimau seperti yang sering kami temui di hutan. Tapi kami tetap curiga akan kedatangan kalian ke sini, siapa tahu kalian adalah orang suruhan untuk memata-matai kawasan pemukiman kami ini.” ujar salah seorang dari manusia badak itu.

Tak berselang lama dari arah sebuah rumah beratap rumput ilalang itu ke luar sosok lelaki berbadan besar dan lebih tegap dari para lelaki yang ada di depan Arya dan Benggala. Lelaki itu juga memiliki tanduk di tengah-tengah keningnya, begitu lelaki berbadan tegap itu melangkah ke arah mereka para manusia badak lainnya langsung memberi hormat dengan membungkukan badan.

“Ada apa? Kenapa kalian ribut-ribut?” tanya lelaki berbadan tinggi besar itu.

“Maaf Ketua, manusia asing itu memasuki kawasan pemukiman kita. Kami menduga ada maksud tak baik dari mereka datang ke sini.” jawab salah seorang dari manusia badak itu.

“Hemmm, benarkah begitu wahai manusia aneh?” kali ini lelaki berbadan tegap itu melontarkan pertanyaan kepada Arya.

“Maaf Kisanak, kami ke sini bukan bermaksud jahat. Kami hanya ingin singgah saja sembari berkenalan dan bersahabat dengan kalian.” jawab Arya.

“Kalian ini siapa? Dan dari kawasan mana kalian datang?”

“Nama saya Arya, dan ini sahabat saya Benggala. Kami datang dari kawasan Selatan dekat air terjun di sebalik bukit itu!” jawab Arya sembari menunjuk ke arah yang ia maksudkan.

“Jika kalian tak mempunyai maksud jahat kepada kami, kenapa kalian datang dan memasuki kawasan ini? Bukankah sebelumnya kalian tahu jika kawasan ini adalah kawasan kami, dan tidak boleh seorang pun di luar kelompok kami memasuki kawasan ini terkecuali kami yang memintanya.” tutur lelaki berbadan tegap yang dipanggil Ketua itu.

“Kami memasuki kawasan pemukiman ini memang tidak permisi dulu pada salah seorang dari kalian, tapi percayalah kami tak ada maksud jahat sedikitpun selain hendak berkenalan dan bersahabat saja karena kami tidak memiliki saudara atau kelompok seperti kalian, kami hanya berdua saja di negeri ini.” tutur Benggala.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel