
Ringkasan
Semua orang mengira kalau dia telah mati begitu mendengar kabar jika Arya Mandu Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas lenyap digulung angin puting beliung di lembah Gunung Kerinci, rupanya sebuah keajaiban terjadi pada diri sang pendekar yang ternyata terdampar di negeri 1.500 tahun silam yaitu di Negeri Peri. Di Negeri Peri itu ternyata banyak sekali permasalahan yang terjadi seperti halnya di Negeri Nusantara, di sana banyak pula para penjahat dan raja atau pemimpin yang kejam pada rakyatnya. Sebagai pendekar tentu saja Arya tak suka melihat penindasan dan kejahatan hingga ia memutuskan untuk menegakan kebenaran dan keadilan di negeri itu. Berhasilkah Arya menumpas para penjahat yang selalu membuat keonaran serta raja atau pemimpin yang kejam di Negeri Peri itu? Dan akankah Pendekar Rajawali Dari Andalas dapat kembali ke Negeri Nusantara atau selamanya dia akan hidup di sana?
Bab 1. Terdampar Di Negeri Peri
Angin puting beliung yang menggulung tubuh Arya di lembah Gunung Kerinci, seperti menelan tubuhnya dan membawanya lenyap ke langit.
Pusaran puting beliung yang menggulung tubuh sang pendekar itu ternyata tak menyebabkan dia tewas, melainkan membawa tubuhnya terdampar ke negeri antah berantah yang usianya 1.500 tahun lebih tua dari negeri nusantara.
Tubuh Arya jatuh tertelungkup di gurun tandus yang hanya terdapat bebatuan serta butiran-butiran pasir, Arya pun segera bangkit berdiri sambil mendekap dadanya yang terasa nyeri ia melayangkan pandangan ke sekeliling gurun tempat tubuhnya terdampar itu.
“Oh, Tuhan tempat apa ini? Gurun tandus dengan bebatuan yang bertebaran dan butiran pasir, apakah aku benar-benar telah tewas dan berada di pintu neraka? Oh tidak, mohon ampunkan hamba ya Gusti Allah. Hamba merasa tak pernah berbuat kemurkaan dan kesalahan yang terlalu besar selama hidup di dunia. Jangan...! Jangan Kau masukan aku ke dalam neraka-Mu!” lirih Arya di sela deruan angin di gurun tandus itu.
Angin semakin kencang hingga debu-debu pasir berterbangan menutupi pandangan, Arya tak tahu harus melangkah ke arah mana. Ia hanya menuruti kata hati yang membimbing langkah kakinya, sekitar beberapa menit melangkah ke arah utara angin yang tadi bertiup menebarkan butiran pasir pun berhenti dan pandangan kembali tampak jelas.
Sayup-sayup terdengar suara seperti rauman keras seekor harimau, bulu kuduk Arya pun seketika berdiri karena ia tak menyangka di gurun tandus itu ada binatang buas seperti halnya harimau.
“Aneh, kenapa di tempat tandus ini ada binatang buasnya? Apa mereka hidup dengan memakan pasir-pasir ini? Tidak mungkin, ini pasti tempat aneh yang di luar pikiran sehat.” bisik Arya dalam hati.
Suara rauman harimau itu semakin keras terdengar, Arya yang tadi merasa was-was menjadi penasaran dan ingin mencari tahu tentang makhluk itu benarkah adanya seekor harimau atau mahkluk jadi-jadian penghuni gurun tandus itu. Arya mempercepat larinya ke arah suara itu dan benar saja begitu ia berada beberapa tombak dari suara rauman keras itu, Arya melihat seekor harimau putih besar tengah terjepit kakinya di sela-sela bebatuan.
Harimau putih itu semakin keras mengaum begitu ia melihat kehadiran Arya di sana, seolah-olah ia mengisyaratkan agar Arya melakukan sesuatu untuk membantu kakinya yang terjepit bebatuan besar itu.
“Mahkluk apakah kau ini? Kenapa kau berada di gurun tandus ini? Apa yang kau cari di sini?!” seru Arya.
“Auuummm...! Wahai anak muda, siapapun dirimu? Maukah kau membantu saya agar kaki saya yang terjepit di bebatuan ini bisa terlepas?” pinta harimau putih itu membuat Arya terlonjak kaget, ia tak menyangka binatang buas itu dapat bicara layaknya manusia.
“Aku sudah menduga bahwa kau bukanlah harimau biasa, melainkan jadi-jadian hingga kau bisa bicara seperti manusia. Mahkluk apa kau sebenarnya?” tanya Arya yang masih penasaran.
“Nanti saya akan memberi tahumu, anak muda. Sekarang saya memohon bantuanmu, lepaskan jepitan kaki saya di bebatuan ini! Apapun permintaanmu nanti akan saya penuhi.” pinta harimau putih itu lagi.
Arya pun akhirnya tak sampai hati melihat harimau itu menderita dengan sebelah kakinya terjepit bebatuan, ia melupakan rasa penasarannya lalu lebih mendekat pada mahkluk aneh itu. Awalnya Arya mencoba mendorong bebatuan itu dengan tenaga dalam yang ia miliki, namun tak ada reaksi sedikitpun yang menandakan bebatuan itu bergeser.
Setelah beberapa kali dicoba, Arya tetap saja tak berhasil hingga ia teringat akan pukulan sakti yang diberikan sahabatnya Harimau Cindaku. Dengan segera Arya menyilangkan kedua tangannya di depan dada begitu aliran kekuatan menyatu di kedua telapak tangannya, Arya menghantam kedua telapak tangan ke bebatuan yang menjepit salah satu kaki Harimau Putih itu secara bergantian. Inilah pukulan yang berjuluk Cindaku Menghantam Karang.
“Kraaaaaaak...! Blaaaaaaaaar..!” bebatuan itu pecah lalu hancur berkeping-keping, dan salah satu kaki Harimau Putih yang terjepit itu pun terlepas, Harimau Putih melompat ke depan Arya membuat sang pendekar terkejut.
“Hei, apa yang akan kau lakukan pada saya setelah saya menolongmu?!” seru Arya kuatir dan was-was kalau Harimau Putih bertubuh dua kali lipat lebih besar dari harimau biasanya itu akan menerkamnya.
“Jangan kuatir anak muda! Saya bukannya mahkluk yang tak tahu berterima kasih, saya melompat mendekati bukan hendak menerkammu melainkan ingin mengucapkan terima kasih.” seketika tubuh Harimau Putih itu pun membungkuk seperti menelungkup sujud di depan Arya.
“Apalagi gerangan yang akan kau lakukan ini? Kau tak perlu bersujud begitu jika hanya ingin berterima kasih. Ayo berdiri lagi!” seru Arya, Harimau Putih itu gelengkan kepalanya.
“Tidak anak muda sebelum kau naik kepunggung saya, saya tidak akan berdiri.”
“Maksudmu apa dengan menyuruh saya naik ke punggungmu?” tanya Arya heran.
“Nanti kau akan tahu, aku akan membawamu ke luar dari gurun tandus ini ke tempat yang dapat membuat kita bisa bertahan hidup. Apa kau mau mati sia-sia digurun ini?!” mendengar hal itu Arya pun mengikuti apa yang diminta Harimau Putih itu dengan naik ke punggungnya.
“Wuuuuus..! Wuuuuus..!” tubuh Arya seperti dibawa terbang dengan lompatan Harimau Putih yang luar biasa jauhnya sekali lompatan, dan benar saja apa yang dikatakan Harimau Putih itu tak beberapa lama mereka memasuki kawasan hutan rimbun dengan mata air jernih yang banyak terdapat di dalamnya.
Harimau putih itu hentikan larinya saat tiba di sebuah air terjun yang mengalirkan sungai jernih di kawasan tengah hutan belantara itu, Arya mengerti jika Harimau Putih itu ingin melepaskan rasa dahaganya hingga ia pun melompat turun dari punggung harimau itu.
Harimau Putih segera mencelupkan muncungnya ke dalam sungai, melihat hal itu Arya yang memang merasa haus pula ikut mencelupkan kedua telapak tangannya ke dalam sungai lalu menadahkannya ke bibir untuk dapat meminum air sungai yang jernih dan sejuk itu.
Setelah melepaskan dahaga, Arya dan Harimau Putih rehat sejenak di bawah sebatang pohon di pinggiran sungai yang berasal dari air terjun tak jauh di hadapan mereka.
“Siapa sebenarnya kau Kisanak? Dan tempat apa ini? Jujur saja saya merasa berbagai macam keanehan berada di tempat ini?” tanya Arya.
“Nama saya Benggala, saya sebenarnya seorang pangeran dari istana Kerajaan Negeri Di atas Awan. Akibat fitnah keji saudara tiri saya yang berambisi menduduki tahta Kerajaan yang diamanatkan Ayahanda Baginda Prabu kepada saya setelah Ibu kandung saya wafat. Ia menfitnah saya telah berbuat serong dengan seorang perempuan abdi dalam istana, saya pun diusir setelah saya dicekoki ramuan dari perempuan penyihir jahat hingga membuat tubuh saya berubah menjadi seekor Harimau Putih seperti yang kamu lihat sekarang ini.” tutur Benggala nama dari sosok yang berwujud Harimau Putih itu.
“Istana Kerajaan Negeri Diatas Awan? Di mana itu tempatnya? Apakah jauh masih jauh dari sini?” tanya Arya.
