Apakah ini akhir dari kami?
Mahluk berbentuk serigala berbulu silver menyerang kami. Dia tidak menggunakan empat kaki, melainkan dia mengunakan dua kaki untuk berjalan. Raikon itu terlihat seperti manusia tapi yang membedakan mereka dengan manusia adalah kepala serigala.
"Liana, Saliy. Cepat lari kearah samping kiri" teriakku. Aku meleparakan buku gambar keaaraah Saliy. Wanita itu dengan cakap menangkap benda tersebut.
Aku menyuruh kedua orang itu lari karena Raikon berada dibelakang mereka. Disaat Saliy dan Liana akan dipukul, aku melompat untuk menangkis serangan mahluk tersebut.
Mahluk itu memukulku. Sial hataman yang dikelurkan olehnya membuat senjata nuklirku terpental menjauh. Senjata itu melayang kearaah kiri. Aku juga ikut terpental, tubuhku yang melayang itu berhasil mendarat dengan selamat.
Ketika aku ingin berlari kearah pistol tersebut, Raikon itu melesatkan cakarnya kearaahku dan beruntung saja aku berhasil menghindari serangannya dengan cara bergerak beberapa langkah. Setelah itu aku membalas Rakon itu dengan pukulan yang tepat kearaah mukanya. Tanganku telak menghantam kepala mahluk tersebut.
Kenapa kepala Raikon itu sangat keras? Rasanya saat ini aku seperti memukul baja.
Ketika aku memukul kepala keras itu, Raikon itu membalasku dengan ayunan cakar yang sangat tajam lagi. Beruntung saja reflek tubuhku menurutiku, tubuhku melayang keaarah belakang.
Disaat sudah menjaga jarak, aku melihat kearaah area sekitar dan aku melihat kuris kayu disisi kanan, dengan langkah cepat aku munuju kekursi kayu itu. Tanganku berhasil menggapainya, aku segera mengelurakan tenaga, kuris kayu itu melayang kearah Raikon yang ada dihadapanku.
Pada saat kursi kayu itu melayang kearahnya. Dia mencabik kuris kayu itu dengan mudah, apa apan mahluk ini.
Liana yang telah berlari kearaah pistolku, memasang kuda kuda yang terlihat seperti tentara veteran. Dia menekan pelatuk peluru pistol melesat kearaah Rakion itu, sesat kemudian mahluk itu menggeliat kesakitan.
Kulit Raikon itu berubah menjadi hitam, lalu darah ungu keluar dari tubuh raikon itu. Cipratan cairan ungu itu mengenaiku sehingga pakainku kontor dibuatnya.
"Terimakasih Liana, maafkan aku karena tadi sudah meremehkanmu," ucapku.
"Mahluk rendahan sepertimu tidak akan pernah bisa mendapatkan maaf dariku," ucap Liana. Dia pun mengelurkaan tawa yang terdengar sangat menjijikan.
"Hey kalian sudahi dahulu guarauannya. Sepertinya para kawanan Raikon itu sudah mengepung kita," ucap Saliy.
Pada saat ini Saliy berada didepan cendela, dia saat ini pasti sudah melihat keadaan luar. Aku merebut buku gambar yang dicengkeram Saliy dengan sangat erat. Buku gambar itu sudah terlihat jelek karena ulah Saliy. Aku meluruskan buku gambar itu, setelah buku itu kembali seperti semula aku segera menggambar senjata yang pastinya akan cocok dengan Liana.
Cahaya silau keluar dari buku tersebut, senjata berukuran cukup besar perlahan keluar dari buku tersebut. "Liana ini senjata untuk mu."
"Jadi kau ingin menjadi penembak jitu?"
"Ya tepat sekali." Liana dengan ragu mengambil senjata tersebut.
"Na tenang saja, 02 sangat ahli ketika menggunakan senjata itu."
"Benarkah? Kalau begitu aku juga pasti bisa menggunakannya."
"Liana kau dukung aku dari belakang, aku akan keluar dan menghabisi mereka dari jarak dekat," ucapku.
Pada saat ini kami dikepung oleh para Raikon, mereka berjumbelah 100 tidak sepertinya 200. Raikon itu tidak mengunkan senjata tentu saja aku keheranan ketika melihat hal itu. Mungkinkah mereka adalah mahluk yang tidak berakal.
"LI Kau jangan melakukan tindakaan yang konyol seperti itu," ucap Saliy.
Dia tidak tahu seberapa ahlinya aku menggunkan senjata dikehidupanku sebelumnya. Tentu saja dia tidak tahu karena dia tidak pernah hidup dimasa yang sama saat itu.
"Tenang saja kau tidak usah kahwatir denganku, aku bisa menghabisi mereka dengan cepat," ucapku.
Aku tidak menghiraukan Saliy, pada saat ini sudah 10 Raikon yang tergeletak ditanah. Sepertinya pilihan untuk memberikan Liana seniper adalah pilihan yang tepat.
Aku sudah berada diluar ruangan hamparan pasir berwarna kuning terlihat disepanjang mata memandang. Memang benar pada saat ini kami berada didalam rumah yang dimana ada pohon yang kehilangan daunnya. Letak pohon itu berada dibelakang rumah itu.
"Maju kalian semua dasar sialan," ucapku.
Aku menembak satu persatu Raikon yang mendekat. Mereka saat ini begitu mudah untuk dibunuh. Asalkan jarakku dengan Raikon itu cukup jauh maka kemenanganku tidak akan menjadi angan angan saja.
Ketika aku sudah hampir menghabisi seperempat para Raikon itu. Tiba tiba sebuah pesawat helikopter muncul dari arah belakang Raikon itu. Tembakan peluru bertubi tubi menghantam para Raikon yang menuju keaaraahku.
Namun, tubuh Raikon yang tertembak itu tidak hancur, peluru yang mengenai mahluk itu seperti terpental. Apakah orang yang menaiki helikopter itu tidak pernah tahu bahwa Raikon tidak bisa dibunuh selain menggunakan nuklir.
Aku menelan anggapan bahwa mereka bodoh, karena para Raikon yang seperti tidak memiliki akal itu. Sekarang mereka tidak berjalaan kearaah rumah yang didalamnya ada Liana dan Saliy.
Para Raikon itu pun membentuk piramida dengan cara saling mengijak tubuh teman temannya. Sebenarnya mahluk apa ini, kenapa Znfo mengatakan mahluk itu sangat kuat. Sedangkan mahluk itu seperti tidak memiliki akal sama sekali. Ah iya mereka adalah Raikon mahluk yang sangat aku benci.
Setelah para Raikon itu berkumpul disatu tempat sebuah bom dijatuhkan oleh helikopter itu. Suara ledakan terdengar berkali kali asap hitam menutup jarak pandangku, lalu ketika asap dari ledakan itu menghilang. Para Raikon itu menjadi cincangan daging. Walaupun mahluk itulah sudah tidak berbentuk mereka masih menggeliat.
"Hey jika ada orang jawab panggilan kami," suara yang terdengar keras itu muncul dari arah helikopter itu.
Aku pun segera bertriak, "Saliy cepat gambar bom."
Ketika aku berteriak seperti itu, sebuah bom asap diaktifkan tepat disampingku, mungkin saja Saliy sudah menyadari sejak helikopter itu tiba. Suyukurlah aku beruntung mendapatkan rekan yang cakap seperti Saliy dan Liana. Ternyata perkataan Znfo yang mengatakan bahwa, kami adalah orang yang istimewa memang benar.
Ketika melihat bom asap itu, helikopter yang menghabisi Raikon dengan sekali serang menuju kearaah kami. Mereka menurunkan sebuah tangga besi. Aku dan kedua gadis itu segera menanaiki tangga itu. Ketika aku melihat kearaah tumpukan para Raikon itu, jumbelah mereka bertambah banyak.
Perasaan tidak ada kawanan Raikon baru yang menuju kesini. Mungkinkah para Raikon yang bertambah jumbelahnya itu adalah Raikon yang telah hancur tadi. Sesaat kemudian para Raikon itu menjadi Satu.
Sehingga membentuk sebuah mahluk besar. Sebenarnya mahluk apa ini? Kenapa mereka bisa berubah seperti itu?
Dahulu mereka tidak seperti ini. Apakah selama 17 tahun ini mereka telah berevolusi?
Kami bertiga segera menaiki tangga itu dengan cepat. Raikon yang berukuran besar itu segera berjalan kearaah kami. Mau tidak mau helikopetr yang akan kami naiki itu terbang keatas untuk menutup jarak agar Raikon besar itu tidak menyentuh kami.
Sedangkan pada saat ini, kami masih bergelantungan ditangga yang kami gunakan untuk naik. Goncangan dan hembusan angin membuatku merinding. Namun, aku tidak memiliki waktu untuk mengeluh sekarang.
"Saliy, Liana sebentar lagi kita akan sampai dipintu helikopeter itu," teriakku.
Hanya perlu memanjat beberapa tangga lagi untuk sampai dipintu helikopter. Setelah aku berhasil memasuki helikopeter itu. Aku segera membantu para orang yang mengenakan pakaian tentara yang berwarna coklat. Aku saat ini menyentuh tangan Liana agar dia bisa masuk kedalam helikopter itu dengan mudah.
Setelah Liana berhasil naik, kini giliran Saliy yang dibantu naik. Para tentara itu berjumbelah Lima orang, satu orang memegang senapan laras panjang. Dia lah orang yang membantu kami untuk naik. Sedangkan dua lainnya terus menembaki Raikon besar itu.
Ada dua orang yang sedang duduk didepan kemudi helikopter yang aku naiki ini. Satu wanita menggerkaan helikopter dan pria yang ada disampingnya sepertinya yang bertugas untuk menjatuhkan bom tadi. Aku yakin akan hal itu dikarenakan, aku melihat tombol aneh didepan pria itu.
"Liana bisakah aku meminjam senjatamu itu," ucapku.
Liana mengangguk lalu melepas seniper yang menempel dipungunggnya, dia menyerahkan seniper itu kepadaku. Ketika seniper itu sudah berada ditanganku, aku segera membidik Raikon yang bertubuh besar itu.
Aku segera memejamkan mataku, ketika aku memejamkan mata ada sebuah benda yang seperti terpompa dijatungku. Disaat cairan itu sudah selesai terpompa cairan ungu menyebar keseluruh tubuhku.
Aku rasa itu adalah nuklir yang ada didalam tubuhku, sebelum cairan itu menyebar ketubuhku. Aku segera menghentikan nafasku, cara itu sepertinya berhasil. Cairan itu berhenti tepat dijantungku, aku segera memfokuskan cairan itu agar dapat mengaliri telapak tangan yang akan aku gunakan untuk menembak.
Cairan itu melaju dengan deras ditelapk tanganku, aku segera menekan pelatuk seniper itu. Sebuah peluru bersekala besar keluar dari seniper itu. Peluru yang keluar sangat berbeda dari peluru yang dilesatkan oleh pistolku tadi.
Mungkin saja ini karena efek senjata yang berbeda. Peluru itu menghantam Raikon yang besar itu. Sesaat kemudian Rakon itu terjatuh lalu kulitnya berubah menjadi hitam. Seperti apa yang dialami oleh Raikon yang aku lawan sebelumnya. Namun sebuah kejadian yang tidak terduga terjadi, tiba tiba cahaya silau keluar dari tubuh Raikon itu...
Cahaya apa itu?
Satu Raikon aneh muncul dibelakang raksasa Raikon itu. Kenapa aku bilang aneh, karena dia mengenakan pakaian jubah berwarna hitam. Sebelum Raikon raksasa itu hancur seperti raikon raikon yang aku tembak tadi. Raikon yang berjubah itu menyerap mahluk itu dengan mengangkat tangannya kearah mahluk raksasa itu, perlahan mahluk itu mengecil lalu masuk kedalam tubuh Raikon berjubah itu.
Ketika mahluk besar itu menghilang, Raikon berjubah menatap kami. lalu dia mengarahkan jari telunjuknya kearaah helikopter kami. Aku segera menekan pelatuk seniper lagi untuk membidik Raikon berjubah itu. Peluruku melewati cahaya laser yang dia buat. Peluruku mengenai lengannya, akan tetapi tubuh Raikon aneh itu tidak terjadi apa apa. Helikopter yang kami naiki kehilangan kendali terjadi guncangan besar.
Apakah ini akhir dari kami?
