Pustaka
Bahasa Indonesia

Raikon

21.0K · Ongoing
Drians
57
Bab
131
View
9.0
Rating

Ringkasan

Perjalanan 3 tokoh yang ingin menyelamatkan alam semesta dari mahluk yang bernama Raikon, mereka adalah sahabat dekat, hubungan mereka cukup damai. akan tetapi ada banyak hal yang disembunyikan oleh mereka bertiga, dari Ali yang pernah mengalami kehidupan sebelum ini, Saliy seorang ilmuwan yang memiliki kekuatan misterius dan Liana pembuat robot yang beberkat. bagaimana kisah mereka?

FantasiMetropolitanRevengeSupernaturalMenyedihkanThrilleractionmiliterpetarung

Prolog

Aku membenci manusia, karena mereka aku terperangkap dalam penderitaan ini. Mereka semua rela melakukan sesuatu yang menyeramkan pada tubuhku, hanya untuk kepentingan peribadi mereka.

Binatang mamalia yang disebut dengan manusia membuat diriku menjadi objek eksperimen kejam. Aku kini sudah tidak bisa  menjadi manusia lagi. Aku ingin membunuh mereka semua. Ah tidak! Seharusnya bukan manusia yang harus aku bunuh, tapi mahluk yang bernama Raikon itulah yang harus aku bunuh. Semenjak kedatangan mereka manusia menjadi binatang menjijikkan.

Terperangkap dan sebuah dinding besar membuatku muak. Aku ingin terbebas dari kegilaan ini, tapi bagaimana caranya? Ah aku tak tahu caranya bagaimana. 

"01. 01.... bangunanlah." suara itu bergema dikepalaku. Siapa ini kenapa ada seorang wanita yang membangunkanku. Dia meletakkan kepalaku dipahanya.

Kepalaku terasa nyeri, mata yang aku buka menampakan bara api oranye. Ruangan hitam dan benda benda yang sudah hangus menjadi tumpukan arang itulah yang aku lihat.

Sebenarnya apa yang terjadi?

Kenapa aku bisa mengalami situasi ini?

Sambil berusaha mengingat semuanya, aku terdiam sejenak sambil menatap wanita bermata biru dan berambut biru. Ah iya dia adalah objek 02. Dia adalah objek eksperimen yang sama seperti diriku.

Kami berdua sebelumnya ditugaskan untuk menguji coba senjata yang dibuat oleh organisasi Yuzin. Bentuknya seperti laba laba, tapi benda itu memiliki corong untuk menembakkan cairan pembunuh Raikon. Cairan itu adalah cairan yang telah disuntikkan pada tubuh kami.

Ketika kami mencobanya tadi. Senjata milikku meledak tapi tidak dengan senjata milik 02. Maafkan aku 02. Karena aku, kau  mengalami situasi panas  menyengat ini.

"Ayo 01 kita lari dari sini, aku sudah muak dengan para ilmuan itu." Mendengar kalimat itu keluar dari mulut wanita ini. Aku mengangkat kepala. Tentunya aku setuju dengan 02. Sejak aku menjadi mesin pembunuh Raikon, aku sudah membenci para ilmuwan itu.

02 membantuku berdiri. Tubuhku kini sudah tak memiliki tenaga untuk bergerak, tapi dibandingkan meninggalkan sampah ini, 02 lebih memilih membantuku. Terimakasih 02. Kau benar benar sahabat terbaikku.

Dengan langkah kaki yang terasa berat. Aku berjalan bersama 02. Dia memapah tubuh tak berguna ini. Pintu besi berwarna putih kami dorong dengan susah payah. Setelah terbukanya pintu itu, kami melanjutkan langkah kaki lagi.

Beruntung saja senjata tadi meledak. Jika tidak pastilah kamera pengawas akan menyoroti kami dan kami pun tak akan bisa lari dari tempat ini.

Rasakan kebingungan itu dasar ilmuwan sialan!

Seiring bertambahnya waktu tubuhku kembali pulih. Semua ini pasti efek dari cairan aneh itu. Tinggal satu pintu lagi pada akhirnya kami akan terbebas dari ruangan pengap ini. Sejak tadi tidak ada satupun orang terlihat ditempat ini.

Aku berkali kali terbatuk, tapi  02 tak sekalipun batuk. Wanita ini memang selalu bisa diandalkan. Aku sebagai laki laki merasa malu dengannya.

Pintu terbuka. Cahaya silau menyambar mata miliku, efek cahaya tersebut membuat mata ini buram. Aku tanpa sengaja menutup mata dengan lenganku. Tangan ini memang seperti ini. Selalu saja bergerak tanpa aku minta.

Setelah mataku sudah terbiasa dengan cahaya silau tersebut, aku menurunkan lenganku. Pemandangan inilah yang selalu aku lihat. Kota hancur lebur, puing puing bongkahan besi dan kumpulan mobil mobil hangus.  Invasi mahluk asing yang kami sebut dengan nama Raikon itulah yang membuat tempat ini hancur.

Sejak 10 tahun silam, umat manusia terpojok dan hanya bisa bersembunyi dibalik dinding besar. Kami sebagai pasukan pembantai Raikon memiliki markas diluar tembok tersebut.

Ketika kami akan menggerkan kaki untuk memijak tanah, tiba tiba sebuah lubang hitam menelan kami berdua. Pandanganku kabur, beruntung saja aku dapat mempertahankan kesadaraanku.

Sebelum aku kehilangan kesadaraan mahluk yang memiliki sayap muncul dihadapan kami, lalu dia menusuk jantung 02 lalu mengambil jantungnya.

Setelah itu dia berjalan kearaahku lalu mengambil jantung miliku. Walaupun jantungku sudah terlepas, aku tetap bisa melihat sekitar, tubuhku diangkat lalu dimasukan kedalam lubang hitam. Pada akhirnya, aku menjadi sosok bayi yang tidak bisa apa apa.

Itu adalah ingatan miliku dan sepertinya hari ini adalah hari dimana aku akan bertemu dengan mahluk itu. Sebagai orang yang bernama Ali putra pertama.

***

Aku saat ini masih berada didalam ruangan milik ilmuwan bernama Saliy, aku datang kesini bersama Liana.

"Li apakah kau tahu letak tempat ini," tanya Liana. Dia saat ini sedang menujuk peta dari sebuah alat yang dibuat oleh Saliy. Dia adalah teman terlamaku yang ada didunia ini.

Ketika aku terlahir menjadi sosok bayi sebuah buku misterius ikut terbawa denganku. Aku tak tahu bagaimana cara menggunakannya, tapi ketika aku bertemu dengan Liana, aku mulai mencoba mencari cara untuk menggunakannya. Usaha kami tak membuahkan hasil sampai pada akhirnya, aku bertemu dengan orang bernama Saliy. Wanita itu adalah ilmuwan Junius.

Dia telah menemukan cara untuk menggunakan buku gambar yang dipenuhi kode kode itu. Butuh dua tahun  sampai pada akhirnya Saliy bisa memecahkan kode tersebut. Beruntungnya aku menyelamatkan dia dari pembuliyan dua tahun yang lalu. Kami bertiga adalah siswa SMA kelas 12 dan sebentar lagi kami akan lulus.

Sebagai hadiah atas kerja kerasku untuk hasil ujian, Saliy dan Liana selalu membantu diriku untuk memecahkan kode kode itu.

"Aku tahu dimana letaknya, ayo sekarang kita berangkat kesana," ucapku.

Wajar saja jika Liana tidak tahu letak dari titik itu, soalnya dia adalah orang yang tidak pernah keluar dari rumah karena terlalu fokus dengan robot robot. Aku dan kedua gadis itu segera keluar dari rumah milik Saliy. Sebelum kami keluar tentu saja buku misterus itu juga dibawa.

***

Kami bertiga turun dari mobil taksi, dihadapan kami terdapat bangunan yang bertuliskan musium Muso. Didalam tempat tersebut sudah banyak sekali pengunjung, tidak hanya didalam saja diluar ruangan sudah banyak orang yang berlalu lalang juga.

"Wah banyak sekali ya orang orangnya," ucap Saliy. Dia berjalan dengan penuh semangat menuju keraah tempat tersebut.

"Namanya juga musium," sahutku.

Aku menoleh kearaah Liana, sepertinya dia tidak sesemangat Saliy. Dibandingkan Saliy yang berlari, Liana berjalan dengan menyilangkan tangannya disekitar perut. Wajah milik Liana tertekuk seperti orang yang ingin cepat cepat meninggalkan tempat ini. Aku pun mengimbangi langkah kaki milik Liana yang tak ingin berlari itu.

Didalam bangunan ini terdapat banyak benda benda antik.  Ada benda tajam sedikit pendek yang bergelombang, warnanya emas. mungkin saja benda itu miliki raja terdahulu. Tidak hanya benda itu ada juga patung kepala yang begitu aneh. Aku tidak menghiraukan benda benda aneh itu, tetapi Saliy selalu berhenti ketika melihat benda benda antik.  dia semangat sekali melihat benda benda tersebut.

Teruntuk orang yang rasa penasarannya tinggi hal semacam ini sudah wajar sekali. Dia adalah orang terpintar dari rombongan ini, semua benda bisa dibuatnya. Bisa dibilang dia adalah buku berjalan. Tidak ada salahnya juga dia melakukan itu. Karena ada kemungkinan juga disalah satu benda itu, ada sebuah petunjuk yang dapat memecahkan misteri.

Kami dan pemandu musium masuk kedalam lebih jauh. Akan tetapi ketika sudah berkeliling cukup lama, kami tidak menemukan apa apa.

"Ini adalah ruangan andalan milik musium, didalam sana ada benda yang amat berharga." Dihadapan kami terdapat pintu besar warnanya hitam. Petugas musium itu mengetik kode pada alat yang tertempel disamping pintu. Setelah mengetik kode itu, dia menempelkan jempolnya kebenda tersebut.

Pintu yang ada dihadapan kami terbuka, didalam sana tidak ada satupun orang sama sekali. Beruntung saja kami membawa Saliy, dialah alasan kenapa kami bisa masuk kedalam ruangan tersebut.

Kami memasuki ruangan itu. Sedangkan petugas yang memandu kami berhenti didepan pintu itu. Pasti dia sudah bosan melihat benda itu berkali kali. Sehingga dia tidak mau lagi melihat benda antik yang menjadi andalan musium itu.

Aku melihat ruangan yang sangat hampa, hanya ada lampu dan dinding berwarna hitam. Namun ditengah tengah ruangan itu, terdapat benda seperti gambar yang ada didalam buku komik misterius.

Yaitu sebuah rumah dibelakangnya ada pohon yang menyeramkan tanpa daun, kami berjalan menuju kebenda itu. Ketika jarak kami sudah cukup dekat dengan benda itu, tiba tiba muncul sebuah cahaya dari dalam tas Saliy. Dengan cepat Saliy membuka tasnya, dan secara tidak terduga, buku komik itu masuk kedalam benda itu. Lalu buku komik itu menghilang.

Selang beberapa saat kemudian, guncangan besar kami rasakan diruangan ini. Lalu kaca yang melindungi benda itu pecah. Kaca berserkaan dimana mana, sebuah lubang hitam muncul menggantikan benda itu, lalu menyerap kami bertiga...

Ketika terserap kami bertiga berteriak dengan sangat keras.

***

Aku membuka mata, ruangan putih dan seorang peria bersayap duduk dihadapan kami bertiga. Kursinya benar benar sangat mewah sekali, kira kira butuh berapa banyak emas untuk membuatnya?

"Akhirnya kita bertemu lagi anak muda," ucap mahluk yang pernah aku temui.

Akhirnya setelah 17 tahun lamanya, kita bisa bertemu lagi sialan.