9. Malam Jumat (2)
“Ya 'kan tadi lo yang minta ditraktir, pinter banget sih jadi cewek—ralat— cewek jadi-jadian," ucap Rey.
"Gue sabar gue diam."
"Yaudah lah cepetan naik sebelum gue berubah pikiran!" Rey menyuruhnya untuk segera naik, Rere pun segera mengikuti perintahnya.
Rey mengajak Rere ke suatu tempat. Tempat ini bukanlah restoran mewah atau cafe yang biasa Rere kunjungi, melainkan sebuah angkringan di pinggir jalan.
"Ko ke sini?" tanya Rere ragu.
"Mau gue traktir gak? Kalau gak mau yaudah pulang aja," ucap Rey.
"Hmm, yaudah deh," ucap Rere terpaksa.
Mereka berdua kini duduk di tempat yang kosong, lalu Rey menanyakan apa yang Rere mau.
"Mau makan apa, Re?" tanya Rey.
"Bu, stick sama sushinya satu ya," ucap Rere sontak membuat Rey tertawa pelan.
"Maaf mba, stick itu kayak gimana? Yang biasa dipakai anak kecil main ya? Oh iya Susi itu juga apa ya mba? Nama orang atau teman mba? Saya ndak tahu, mba," ucap wanita separuh baya itu.
"Eh, cewek aneh! Mana ada stick sama sushi di angkringan kayak gini, bodoh!"
"Eh, maaf, Bu, saya nggak tahu," ucap Rere.
"Terus gue makan apa dong, Rey?" tanya Rere seraya mengendus kesal.
"Makan temen, makan hati, makan jantung sekalian biar mati!" ketus Rey.
"Gue serius ketua OSIS somplak!" Rere lagi-lagi dibuat kesal dengan tingkah Rey.
"Yaudah Bu, nasi orek tempe sama sate ati ayamnya aja dua. Minumnya teh hangat aja, Bu." Rey memesan untuk dirinya dan Rere.
"Makanannya enak gak? Sehat gak? Kalau sampai gue kejang-kejang tanggung jawab ya lo!" ucap Rere.
"Lebay lo. Gue udah biasa makan di sini dan sampai sekarang gue masih napak di bumi, 'kan? Gak usah terlalu sok kaya jadi orang," ujar Rey.
"Baru kali ini gue dekat sama kak Rey dan ternyata dia gak sedingin yang gue kira, dia asik," batin Rere.
"Iya sorry deh, keluarga Sanjaya paling pintar, selalu benar," ucap Rere.
"Gak gitu juga. Terkadang, orang bodoh tapi mau bekerja keras itu akan lebih sukses daripada orang yang pandai tetapi malas berusaha," ujar Rey, hati Rere terasa sejuk mendengar ucapannya.
Tak lama, ibu pemilik angkringan itu datang menghampiri mereka dengan dua porsi makanan dan minuman.
Rere mencicipi sate ati ayam tersebut, ternyata rasa yang Rere dapatkan itu lebih enak dari masakan mamanya di rumah. Walaupun sederhana, tetapi Rere bersyukur malam ini masih bisa makan dengan tenang.
"Lo kenapa malam-malam kayak gini pergi sendiri, Re?" tanya Rey membuka percakapan.
"Mama mau jodohin gue, gak tahu sama siapa. Itu semua karena nilai gue yang jauh dari KKM, padahal nilai bahasa Inggris gue sempurna," ucap Rere seraya melahap makanannya.
"Cuma gara-gara nilai?"
"Iya, gue gak tahu mama segitu ambisinya pengin gue seperti bang Dito dan Gina."
"Lo turuti aja, siapa tahu bisa ngerubah lo jadi cewek beneran," ucap Rey asal.
"Woi ah, gak nafsu makan nih gue."
"Yakin gak nafsu makan? Itu makannya udah hampir habis tapi Re," ucap Rey seraya tertawa kecil.
"Gak nafsu nambah maksudnya."
Rey dan Rere tertawa pelan. Malam ini, adalah malam pertama mereka akrab seperti ini, biasanya Rey dan Rere selalu ribut tentang suatu hal. Mungkin, suatu saat mereka akan ribut kembali saat masa sekolah.
"Udah jam sebelas malam, Re, mending lo pulang deh!" suruh Rey.
"Iya gue pulang."
Rey menatap kepergian Rere, ia tak tega melihat Rere pergi sendirian di tengah malam seperti ini. Namun, ia tak tega dengan Gina jika melihatnya berduaan dengan Rere.
"Re, ayo gue antar," ucap Rey dari belakang Rere.
"Gak usah, gue udah ngerepotin lo tadi."
"Gapapa ayo, sekalian mau—"
"Mau ketemu Gina, maksudnya?" sindir Rere.
"Hehe, iya itu lo tahu," ucap Rey seraya mengaruk tengkuknya yang tak gatal.
Rere menaiki motor Rey. Lagi pula, Rere sudah terbiasa pulang sendirian di tengah malam. Namun, jika ada kesempatan untuk pulang lebih cepat, kenapa tidak?
Sesampianya di rumah, Rere disambut hangat oleh Dito.
"Re, ke mana aja lo? Gue telepon gak diangkat, gue chat gak dibales, pulang malah larut malam kayak gini!" bentak Dito.
"Sorry, Bang, tadi gue kesal sama mama, akhirnya gue pergi dan gue ketemu dia di jalan."
Tak lama, Gina keluar dari dalam rumah, ia menatap Rere di samping Rey. Tak perlu aba-aba, Gina langsung mendekat ke arah Rere lalu ....
PLAK!
