5. Rumah Indri
Rere, Mala dan Indri kini telah sampai di rumah Indri, mereka disambut baik oleh ibunya Indri. Namun, tidak dengan ayahnya yang sangat tidak suka dengan kehadiran Rere dan Mala.
"Mau apa kalian datang ke mari?!" Ayah Indri berteriak saat melihat Indri membawa kedua temannya.
"Mereka akan tidur di sini, Yah. Untuk malam ini saja," ucap Indri.
"Tidak. Ayah tidak akan mengizinkan kamu membawa kedua temanmu ini!"
"Tapi, Yah—"
"Kamu masuk!" Indri berdecak kesal, ia malah berlari ke taman dekat rumahnya.
Kini tersisa Rere dan Mala yang masih berhadapan dengan orang tua Indri. Gemetar tentu saja dirasakan oleh Rere dan Mala saat ini. Bagaimana tidak? Bukan hanya perkataannya saja yang menyakitkan, wajah dan postur tubuhnya yang tinggi dan besar membuat nyali Rere dan Mala seketika menciut.
"Kalian berdua mau apa masih di sini?!"
"Ma—"
"Apa kalian gak punya rumah, sampai harus tidur di sini?!" Pria itu menatap tajam, Rere dan Mala memundurkan langkah kakinya.
"Gila. Baru kali ini gue takut sama papanya Indri, berasa ketemu monster malam-malam gini," batin Rere.
"Pa, memangnya kenapa kalau mereka tidur di sini? Mama yang merapikan semuanya kok, bukan Papa." Kali ini ibunya Indri yang angkat bicara.
"Nah bener tuh, Om, kasian Rere diusir sama keluarganya, dia gak tahu harus pergi ke mana lagi," celetuk Mala dengan beraninya.
Rere mencubit pelan tangan Mala, bisa-bisanya dia angkat bicara pada monster yang satu ini, mau jadi apa nasib mereka jika monster ini marah?
Rere memutuskan untuk pergi ke mana Indri pergi tadi, pikirnya daripada ia mati berdiri gara-gara ketakutan melihat monster—ralat—orang yang menyeramkan itu, lebih baik ia pergi seraya menarik tangan Mala agar menjauh.
"Kok lo malah narik gue sih, Re?" Mala melepaskan tangan Rere.
"Gue cuma gak mau papanya Indri semakin marah sama gue, you know, 'kan? Dia serem banget," ucap Rere.
Tak lama, Rere dan Mala melihat keberadaan Indri, mereka bergegas menghampiri Indri.
"Ndri, lo gapapa, 'kan?" tanya Rere yang melihat Indri nyaris menangis.
"Gue gapapa kok, cuma gue gak enak aja sama kalian, gue udah bawa kalian ke sini, tapi papa gue malah ngusir kalian," ucap Indri.
"Hmm, jadi nasib kita gimana, Ndri?"
"Kalian tidak perlu khawatir, saya sudah membujuk ayahnya Indri," ucap mama Indri yang baru saja datang.
"Mama serius?!" Indri bangkit dari duduknya seraya memastikan ucapan ibunya.
"Iya, jadi kalian boleh istirahat."
***
Jam enam pagi, Rere masih belum bangun juga, padahal Rere tahu ini bukanlah rumahnya yang selalu bebas kapan pun ia akan bangun.
"Re, bangun, Re! Nanti papanya Indri marah lagi," ucap Mala seraya menepuk pipi Rere.
"Astaga! Gue lupa," ucap Rere yang langsung terbangun dari alam mimpinya.
***
2 hari kemudian ....
Hari ini adalah jadwal pembagian rapor setelah kemarin mereka libur.
Rere sudah terbiasa mengambil rapor tanpa pendamping orang tua, karena ibunya lebih mementingkan urusan Gina daripada Rere dan pasti ibunya akan malu jika melihat nilai Rere. Sedangkan, ayahnya sibuk dengan pekerjaannya.
"Re, gue takut nilai gue kayak semester kemarin," lirih Indri saat mereka bertiga melangkah masuk ke SMA Insan Jaya.
"Gue juga sama, gue takut tinggal kelas, lo tahu sendiri kelas kita orang yang pinternya gak kehitung," sahut Mala.
"Gue udah feeling dari awal sih, jadi gue tenang, paling gue yang menerima semuanya, gue udah bayangin aja bagaimana reaksi mama gue," ucap Rere.
Mereka bertiga melangkah masuk dengan hati yang berdebar karena takut nilai mereka tidak memuaskan.
Setelah menerima rapor, mereka bertiga pulang ke rumah masing-masing untuk menunjukkan hasil mereka. Memang tidak memuaskan, tetapi tulisan 'naik kelas' itu sudah lebih dari cukup bagi mereka bertiga, ditambah lagi nilai Rere yang lebih tinggi dari Mala dan Indri.
"Assalamualaikum, Ma," sapa Rere saat melangkah masuk ke dalam rumahnya.
Telah ada mamanya, Gina dan Dito di sana, seraya melihat hasil Gina dengan senyuman mereka.
"Emang sepertinya kehadiran Gina akan mengubah semuanya," batin Rere.
"Ke mana aja kamu?! Berapa hari gak pulang? Tidur di mana? Kenapa gak sekalian gak usah pulang aja, Re?!" sarkas Karina menatapnya tajam.
"Rere menginap di rumah Indri, Ma. Rere ke sini cuma mau kasih tahu hasil Rere. Rere dapat sepuluhnya ada empat, Ma," ucap Rere seraya menyerahkan rapornya.
Karina tak percaya, ia membuka perlahan rapor atas nama Rere itu dengan perasaan tidak percayanya.
"Apa ini, Re?! Sepuluh dari mana?! Kamu mau nipu mama?!"
Saat dilihat, Raport Rere ....
