Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

4. Basecamp

"Emang mama sayang sama gue? Selama ini 'kan cuma Gina dan lo yang mama perhatikan." Rere menunduk, berusaha menahan air matanya agae tak lolos lagi di depan Dito.

"Lo gak boleh ngomong gitu! Mau bagaimanapun dia tetap orang tua kita, jadi gue harap lo sabar menghadapi sikap mama, suatu saat mama akan berubah seiring waktu," ujar Dito.

"Iya, tapi untuk malam ini gue kayaknya menginap di rumah Mala atau Indri dulu deh, soalnya gue masih takut, Bang."

"Yaudah terserah lo, asal lo baik-baik aja di sana dan jangan lupa kabarin mama!"

"Iya."

"Sekarang lo mau ke mana? Gue antar, gue khawatir kalau lo sendirian malam-malam gini dalam keadaan nangis, gue antar lo dari belakang maksudnya," ucap Dito.

"Antar gue ke basecamp aja, Bang, di sana pasti udah ada Satria dan Danish, jadi lo gak perlu khawatir."

Setelah itu Dito mengangguk, mereka berdua menuju basecamp yang tak jauh dari tempat itu.

Sesampainya di basecamp, kedua sahabat Rere langsung memeluknya.

"Re ... lo gak apa-apa, 'kan? Ya ampun, Re, kenapa bisa hilang gitu?" tanya Mala khawatir.

"Hah? Hilang? Siapa yang bilang gue hilang?" tanya Rere, Mala menunjuk ke arah Satria.

"Gue tadi dikabarin Abang lo, katanya lo kabur dari rumah, dia nyari lo tadi," jelas Satria.

Rere membalikkan badannya, lalu berucap, "Yaudah Bang, gue 'kan udah sampai, lo kalau mau pulang gapapa kok."

"Gue titip Rere, Sat," ucap Dito dengan wajah datarnya, lalu ia pergi meninggalkan mereka berlima.

"Sumpah, Re. Lo betah banget punya abang kayak Dito? Ganteng sih iya, banget malah, apalagi pintar, tapi ya dinginnya itu loh ... astaga," ucap Indri seraya menghelus dadanya kasar.

"Dingin dari mana? Dia kalau sama gue receh banget malahan, dia emang gitu orangnya, irit ngomong."

Indri dan Mala hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar ucapan sahabatnya ini.

Mereka berlima lalu duduk di tempat tersebut. Mala menatap Rere mencari informasi yang bisa ia dapatkan dari sorot matanya, begitu juga dengan ketiga sahabat lainnya.

"Re, sebenarnya apa yang mau lo omongin sama kita?"

Pertanyaan Mala sontak membuat Rere teringat dengan sesuatu.

"Fariz. Lo tahu 'kan kalau dia ketua geng motor?" tanya Rere pada keempat sahabatnya.

"Iya. Apa hubungannya sama kita? Bukannya hubungan kalian berdua baik-baik aja, ya?" Danish angkat bicara, karena selama ini Fariz dan Rere selama tak pernah memperlihatkan keretakan hubungan mereka.

"Baik kata lo? Selama beberapa bulan ini gue gak pernah yang namanya merasa baik saat status gue pacaran sama Fariz. Dia selalu memprioritaskan hal lain daripada gue, lalu untuk apa gue bertahan?" jawab Rere.

"Lalu apa yang bisa kita bantu?"

"Bantu gue untuk selidiki kegiatan Fariz selama satu hari penuh. Gue mohon, cari tahu kegiatannya sedetail mungkin, karena gue takut ini ada hubungannya sama apa yang dibilang abang gue," ucap Rere.

"Abang lo bilang apa?" tanya Indri.

"Abang gue cuman bilang suatu saat gue akan tahu Fariz yang sebenarnya."

"Oke, malam Minggu nanti kita selesaikan, sekarang lebih baik kita bubar, besok sekolah," ujar Danish.

"Tapi ...." Rere menahan ucapannya.

"Kenapa, Re?" tanya Mala.

"Gue gak bisa pulang ke rumah, mama udah ngusir gue, gue gak berani pulang ke rumah."

"Kalau gitu, lo sekarang tidur di rumah gue dulu aja, Mala juga ikut kok," ucap Indri.

Rere mengangguk, lalu mereka bergegas pergi dari tempat itu.

Sama halnya dengan Rere, Mala dan Indri. Satria dan Danish pun ikut meninggalkan tempat yang mereka jadikan basecamp itu.

Tempat itu bukan tempat sembarangan. Tempat itu adalah tempat yang menjadi awal pertemuan mereka berlima, tepatnya saat SMP kelas 7, yang artinya mereka sudah bersahabat selama hampir empat tahun terakhir ini.

Sama-sama memiliki kekurangan dalam keluarganya, mereka berlima memutuskan untuk saling berbagi waktu apabila ada masalah, baik itu masalah pribadi maupun masalah keluarga, mereka harus terbuka pada sesama.

Tak banyak yang tahu, di balik kenakalan mereka berlima yang sering bolos itu tersimpan bakat yang luar biasa, namun mereka tidak pernah memperlihatkan kelebihan mereka, makadari itu orang lain selalu menilai buruk tentang mereka.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel