8. Rumah Aksa
Alicia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ternyata masih jam 14.00, tapi Alicia sudah tidak ada jadwal di rumah sakit. Ia sangat malas kalau pulang ke rumah, lagipula di rumah hanya tinggal sendirian. Tiba tiba pikiran Alicia jatuh pada Aksa, kenapa ia tidak menjenguk Aksa saja? Lagipula waktu Aksa pulang kemarin, sebenarnya Aksa mengajaknya untuk datang ke rumahnya. Namun ia tak bisa karena masalah pekerjaan.
Alicia langsung membuka ponselnya, ia melihat notes di ponselnya. Dimana ia meletakkan alamat Aksa disana. Karena waktu itu Aksa memberikan Alicia alamat rumahnya, supaya Alicia dapat datang ke rumahnya lain kali.
Setelah mencari alamat rumah Aksa lewat google maps, Alicia bergegas menjalankan mobilnya untuk ke rumah Aksa.
Setelah beberapa menit, akhirnya Alicia menemukan rumah Aksa. Ia mengernyitkan keningnya, merasa tak asing dengan rumah yang ia kunjungi itu. Namun Alicia tak terlalu memikirkan itu, ia langsung memasuki mobilnya setelah di perbolehkan masuk oleh satpam.
Alicia memencet bel rumah Aksa, tak butuh beberapa lama pintu terbuka menampilkan perempuan paruh baya yang menatapnya bingung.
"Maaf? Dengan siapa ya?"
Alicia tersenyum. "Nama saya Alicia tante, apa benar ini rumahnya Aksa?"
Perempuan paruh baya itu menganggukan kepalanya. "Ya benar, Aksa anak saya."
Alicia mengulurkan tangannya dan menyalimi Savira. "Saya dokter yang kemarin sempat memeriksa Aksa tante, saya kesini mau menjenguk Aksa."
Savira mengangguk paham. "Oh begitu, yasudah mari masuk. Kebetulan Aksa juga ada di dalam" Alicia tersenyum dan memasuki rumah Aksa itu.
"Oh iya tan, aku bawa ini buat Aksa" Alicia memberikan parsel buah buahan pada Savira menerimanya seraya mengucapkan terima kasih pada Alicia.
"Aksanya lagi di taman belakang, tadi juga kayanya ada temennya deh lagi nemuin dia"
Alicia tersenyum tipis. "Yaudah nggak apa apa tante, aku nunggu Aksa disini aja"
"Duduk dulu, tante buatin minuman ya. Kebetulan tante juga lagi masak, tante angkat masakan tante dulu ya. Takut gosong"
"Tante, boleh nggak kalo aku ikut masak bareng tante? Kebetulan juga aku suka masak"
"Nanti tante ngerepotin kamu,” ujar Savira.
"Nggak kok tan, daripada aku nunggu duduk duduk aja,” sahut Alicia.
Savira mengangguk seraya tersenyum. "Yasudah, mari" Alicia mengangguk dan mengikuti Savira menuju dapur.
"Tante lagi masak apa?" Tanya Alicia.
"Tante lagi masak tongseng daging, ini makanan kesukaan Aksa" Savira mematikan menyalakan kembali kompor kemudian melanjutkan memasak tongsengnya.
"Tongseng daging? Kebetulan aku juga suka banget sama tongseng daging, apa yang bisa aku bantu tante?"
"Bisa sama gitu ya kesukaan kalian, sebenarnya udah semua sih...cuma tinggal di masukin bawang goreng aja, tolong di gorengin ya bawangnya. Udah tante potong potongin disitu"
Alicia mengangguk, ia mulai menggoreng bawang yang sudah di potong oleh Savira.
"Oh iya...tadi tuh ada perempuan juga sebelum kamu yang nyari Aksa. Sampe lupa tante buatin dia minum"
Alicia mengangkat kedua alisnya. "Kalau boleh tau, dia siapa ya tante?"
Savira tampak berfikir sesaat. "Katanya sih temen SMAnya Aksa. Tante nggak tau, soalnya Aksa nggak pernah bawa temen perempuan dari dulu. Tapi yang tante tau nih ya, Aksa itu dulu pernah suka sama perempuan waktu dia masih SMA. Katanya sih waktu itu mau nyatain perasaannya pas dia ulang tahun, eh malah kecelakaan. Tante juga nggak tau pasti kenapa dia bisa kabur pas acara ulang tahunnya waktu itu, jadinya gitu deh"
Alicia tertegun mendengar ucapan savira. Tunggu, Aksa? Ulang tahun? Jangan jangan...
"Astaga, malah curhat kan tante sama kamu. Yaudah, kalo kamu mau tunggu disini dulu ya nggak apa apa. Tante mau nganter minuman ini ke temennya Aksa dulu ya" Savira mematikan kompor yang dia pakai untuk memasak tongseng, karena tongseng dagingnya sudah matang.
Alicia tersenyum kecil sambil mengangguk dan mematikan kompor yang ia pakai untuk menggoreng bawang.
Alicia masih memikirkan ucapan Savira. Aksa kecelakaan karena kabur saat acara ulang tahunnya? Kenapa itu semua seperti acara yang di hadirinya saat pertama kali datang ke Indonesia?. Apa itu memang acaranya Aksa? Berarti...Aksa itu adalah teman SMAnya.
Tuhan, mengapa dunia begitu sempit?
"Alicia? Maaf ya tante lama. Kamu jadi nunggu disini"
Alicia mengerjapkan kedua matanya. "Ah, iya tante. Nggak apa apa kok"
Savira tersenyum simpul kemudian berjalan kembali untuk menata masakannya yang sudah selesai. "Ini bawang gorengnya udah kan?"
Alicia mengangguk. "Iya tante udah"
"Permisi, tante savira. Saya pamit pulang ya"
Suara itu....kenapa Alicia sangat tak asing. Alicia bingung, apa dia harus berbalik untuk melihat wajahnya.
“Oh, cepet banget. yaudah, makasih ya karena udah jenguk Aksa. Oh iya, Alicia!" Alicia tertegun saat Savira memanggil namanya.
Mungkin iya, dia harus melihat siapa perempuan itu. Suaranya sangat familiar, jangan sampai dia mengenal perempuan itu.
Alicia tertegun di tempat saat tau perempuan yang tengah berdiri dengan senyuman di wajahnya.
Vanya?! Pantas saja suaranya sangat familiar bagi Alicia. Dia adalah orang yang sudah membuatnya sakit hati dulu.
Apa Vanya mengenalnya? Semoga saja tidak, tapi tadi tante Savira memanggil namanya.
Semoga saja Vanya tidak mengenalnya. Alicia perlahan mendekati Savira dan Vanya.
"Nah Vanya, ini Alicia. Dia ini dokter yang meriksa Aksa. Alicia, ini Vanya. Teman Aksa saat SMA" Alicia terpaksa harus berjabat tangan dengan Vanya saat ini. Dalam hatinya ia terus merapalkan doa supaya Vanya tak mengenalinya.
Karena dulu saat SMA vanya sangat tidak suka padanya. Bahkan dia sering membully Alicia karena penampilan Alicia cupu saat itu. Dan yang lebih parahnya lagi, perempuan itu telah mengambil Rendi darinya.
Vanya tampak tersenyum tenang dan membuat Alicia sedikit tenang. Karena tidak ada tanda tanda di diri Vanya yang tengah mengenalinya.
"Yaudah tan, aku mau pulang dulu ya.” Ujar Vanya.
Savira tampak mengernyitkan keningnya. "Nggak makan dulu?"
Vanya menggeleng sopan. “Nggak perlu tan, aku udah makan kok"
Savira tersenyum lembut. "Yaudah kalo gitu, hati hati ya"
Vanya mengangguk dan tersenyum pada Savira. Namun saat akan berbalik, Vanya menatap Alicia dengan tatapan yang tak dapat Alicia artikan. Alicia hanya menanggapinya dengan senyum tipis.
Tatapan itu...apa Vanya mengenalinya?
