Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

7. Gara gara viral

"Ih gilaaa filmnya seruuu, kok lo tau gue lagi pengen banget nonton film thriller?"

Dilla menatap malas pada Alicia. "Emang dari dulu lo suka film romance? Berhubung gue udah janji nih sama lo, gue rela nonton film berdarah darah kaya gitu"

Alicia terkekeh. "Sorry sorry, besok besok deh gantian gue yang ngalah"

"Yaudahlah, enek juga gue ingetnya. Mending sekarang kita shopping?"

"Males ah"

Dilla mengernyitkan kening dalam. "Kok males? Dimana mana shopping tuh surganya wanita!"

Alicia berdecak malas. "Lagian gue udah punya banyak baju. Ngapain pake segala beli lagi"

Dilla menghembuskan napas berat. "Begini nih kalo terus terusan nyatu sama peralatan kedokteran, lupa kan gimana enaknya shopping"

"Apaan sih nggak juga, gue juga masih tau gimana shopping. Tapi lebih baik uangnya dipakai untuk keperluan yang lebih penting"

Dilla menghela nafasnya. "Yayaya..udah ceramahnya bu? Lo jangan gitu dong Lic, gue jadi ngerasa boros banget disini. Padahal elo sendiri juga gitu dulu!"

Alicia terkekeh. "Ya kan dulu. Yaudahlah mending sekarang kita makan aja, toh perut kan penting buat di isi"

Dilla mencibir. "Giliran makan aja"

"Iya dong, wajib hukumnya tidak sunah!"

"Terserah Lic terserah!" Dilla berjalan mendahului Alicia.

Setelah berdebat ingin makan dimana, akhirnya mereka memutuskan untuk makan di salah satu restoran Jepang di dalam mall itu. Setelah mendapatkan tempat duduk, Alicia dan Dilla langsung memesan makanan.

"Lic bentar ya, gue ke toilet dulu"

Alicia mengalihkan pandangan dari ponselnya. "Iya iya"

Saat dilla sudah pergi, Tak lama pesanan mereka pun datang. Alicia menaruh ponsel di tasnya kemudian menyeruput minumannya.

"Aku tuh kesel banget Ren! Dia tuh songong! Lagian kamu ngapain sih, pake segala nahan aku?!"

Alicia mengernyitkan keningnya, ia seperti mendengar suara seseorang yang ia kenal. Ia mendongak ragu memastikan siapa pemilik suara yang baru saja duduk di dekat tempat duduknya. Alicia terkesiap, dugaannya benar. Itu adalah Vanya dan Rendi, mereka duduk tak jauh dari tempat duduk Alicia.

"Disana banyak orang Van, gimana kalo kejadian tadi ada yang videoin terus kesebar? Nanti nama kamu bakal tercemar Van.” Vanya tampak mendengus kesal. Alicia masih memperhatikan mereka berdua, Ia penasaran sebenarnya apa yang membuat Vanya kesal seperti itu.

"Alicia?"

Alicia mengerjapkan matanya, ternyata Dilla sudah berada di depannya dan menatapnya bingung. Bersamaan dengan itu, Rendi juga tiba tiba menoleh ke arahnya. Seketika Alicia menyembunyikan wajahnya.

"Kita pulang yuk, makannya nanti aja. Kita beli sate mang Adi"

"Hah?" Dilla tak mengerti maksud Alicia. Alicia berdecak kesal, ia memberikan uang pada Dilla. Menyuruh Dilla untuk membayar pesanan mereka.

"Lo yang bayar, gue tunggu di depan" Alicia berlalu terlebih dahulu, ia menunduk saat melewati meja Rendi dan untungnya Rendi tak menyadari itu.

.............................................................

Tadi pagi, Vanya yang baru saja bangun dari tidurnya dan langsung mengecek ponsel karena banyak sekali notif yang masuk di ponselnya. Ternyata notif itu berasal dari orang orang yang menggunjingnya dan mengirimkan video yang tengah viral. Saat Vanya lihat apa isi Video tersebut, ternyata isi video itu adalah dirinya yang tengah bertengkar dengan gadis perempuan yang kemarin ia labrak karena menabraknya.

Yang membuat Vanya kesal adalah, video itu hanya memperlihatkan adegan Vanya yang tengah memarahi perempuan itu dan membuatnya seolah olah Vanya yang salah disana .Vidio itu langsung viral dan sekarang dia tidak tau siapa yang sudah meng upload vidionya itu.

Vanya mematikan ponselnya, dia mengusap wajahnya gusar. Ia tak tahu harus bagaimana sekarang, kariernya pasti bisa hancur karena ini. Baru saja ia mengingat tentang kariernya, tiba tiba managernya menelfonnya dan menyuruhnya untuk datang ke kantor sekarang juga. Vanya langsung bersiap siap, ia berdoa dalam hati supaya kariernya tidak bermasalah karena video itu.

"KAMU INI BAGAIMANA SIH VANYA?!" Vanya menunduk dalam, mendengar bentakan dari sang manager. Benar saja, saat Vanya datang ke kantor dan menemui sang Manager, ternyata managernya itu sudah mengetahui tentang videonya yang viral itu.

"Kamu tau kan, kalo belakangan ini kamu itu lagi di puji orang karena kecantikan kamu?!" Ujar sang manager.

"Ma..maaf bu, ss..saya__"

"Maaf kamu bilang?! NAMA KAMU SUDAH TERCORENG VANYA! Gimana saya bisa bekerja sama lagi dengan kamu? Sedangkan para fans kamu aja udah hampir jadi haters kamu semua, gara gara Video sialan itu!"

Vanya makin menunduk takut.

"Saya sudah putuskan, bahwa saya.sudah.tidak.bekerjasama.lagi.dengan.anda!" Ujar sang manager dengan kata kata yang ditekankan.

Vanya membelalakan matanya. "Bu, saya mohon jangan keluarkan saya bu. Sa...saya janji bu, saya janji akan jaga sikap saya"

"Maaf, keputusan saya sudah bulat. Kamu bisa keluar dari ruangan saya!"

"Bu...tapi.."

"VANYA KELUAR! ATAU SAYA PANGGILKAN SATPAM SEKARANG!" Vanya tertunduk lesu, ia langsung keluar dari ruangan managernya kemudian segera pergi dari kantornya itu.

"Aaaarrrggghhh! Ini semua gara gara bocah ingusan nggak tau diri itu!" Vanya terus memukuli stir mobil yang sedang ia kendarai.

"Kalo gue harus keluar dari dunia model, nanti nasib gue gimana?" Ujar Vanya frustasi.

Vanya menatap nanar jalanan Dihadapannya. Saat ini yang ia butuhkan adalah minuman ya, vanya memang suka clubbing bersama teman temannya jika dia sedang terpuruk seperti sekarang. Vanya sempat kecewa pada Rendi, karena sedari tadi tidak mengangkat telfon darinya.

Setelah beberapa menit, akhirnya Vanya sudah sampai di salah satu club elite tempat dia dan temannya sering kunjungi.

"Hey babyyy, kemana aja lo baru nongol?!" Ujar salah satu perempuan berambut blonde, yang memberikan Vanya tempat duduk di sampingnya.

"Gue lagi ruwet banget nih,” ujar Vanya di nadanya terdengar frustasi.

"Kenapa lagi? Rendi?" Tanya seorang perempuan satunya yang berambut hitam.

"Bukan, lo liat Video gue yang viral kan?"

Dua perempuan itu saling pandang. Mereka serempak ber oh ria saat mengetahui Vidio yang di maksud Vanya.

"Ya, kita udah nonton Video itu. Terus kenapa?"

Vanya berdecak kesal. "Lo berdua nggak liat apa, disitu banyak banget yang bully gue"

Maria dan Dania, kedua teman Vanya itu hanya mengangkat kedua alisnya. "Terus maksud lo__"

"Iya, gue udah nggak jadi model lagi! Gue di keluarin gara gara video itu"

Dua teman vanya itu menampilkan ekspresi kaget. "Gue nggak tau harus gimana lagi.” Vanya mengusap wajahnya gusar dan menutup wajah dengan tangannya.

"Udah...udah, masalah kerjaan bisa dipikirin nanti. Mending lo minum dulu biar tenang" perempuan berhambut hitam, Alias Dania. Dia pergi menuju bar, memesan minuman untuk teman temannya.

Dania sudah hafal minuman kesukaan teman temannya itu. Sehingga dia sudah tidak perlu bertanya lagi.

"Eh Van, gue punya ide bagus deh" ujar Maria.

Vanya mendongakkan kepalanya.

"Lo masih inget Aksa nggak?"

Vanya menaikkan kedua alisnya dan menegakkan badannya. “Inget lah, dia kan dulu deket sama gue" Vanya mengingat bagaimana kedekatannya dulu bersama Aksa saat mereka masih SMA.

"Lo tau kan kalo bokapnya Aksa itu pengusaha sukses? Bahkan dia punya cabang perusahaan dimana mana"

Vanya berfikir sebentar. "Terus? Lo nyuruh gue buat deketin bokapnya Aksa gitu? Gila lo ya!"

Maria menggeram gemas pada vanya. "Bukan gitu, lo coba ngelamar aja jadi model iklan di perusahan bokapnya Aksa. Terus biar lo bisa masuk cepet, lo deketin Aksa deh. Suruh Aksa bilang ke bokapnya buat nerima lo jadi model di perusahaan dia"

Vanya tampak memikirkan ucapan Maria.

"Nih, pesanan kalian" Dania menaruh 3 minuman di meja.

"Thanks,” ujar Vanya sembari mengambil winenya.

"Cheers dulu dong"

"Cheers" mereka menyatukan gelas hingga berbunyi dentingan. Setelah itu menyesap minumannya masing masing.

"Udah lama loh, lo nggak gabung sama kita. Alesan lo tuh pasti kerjaan,” ujar Dania.

"Kalo nggak kerjaan paling Rendi." Maria mencibir Vanya.

"Iya, sorry..sorry.” Vanya menaruh kembali winenya di meja.

"So, gimana ide gue? Mau lo lakuin?"

Vanya tampak berfikir lagi. "Tapi Rendi..."

"Yaelah, jaman sekarang cowok tuh jarang ada yang jujur" celetuk Maria sembari menyesap vodkanya.

Vanya melotot tak terima mendengar ucapan Maria. "Maksud lo apa? Rendi nggak mungkin main di belakang gue ya"

"Tapi bener kata Maria Van, lo jangan terlalu bodoh. Rendi tuh ganteng! siapa tau aja di belakang lo, dia punya yang lain. Lagian gue kasih tahu sama lo ya Van, menurut gue lo mendingan kejar Aksa yang lebih tajir"

Vanya terdiam, dia jadi inget ucapan Rendi yang ingin mendekati kembali Alicia. Bagaimana jika nanti Rendi malah baper beneran pada Alicia?. Vanya menggelengkan kepalanya, mengenyahkan pikiran tentang Rendi di kepalanya.

"Oke, gue akan coba deketin Aksa lagi. Tapi Ini demi Karier gue"

Maria dan Dania saling tatap dan tersenyum senang. "Gitu dong"

Vanya menatap keduanya, seperti mengingat suatu hal. "Oh iya, gue inget waktu pas Aksa ulang tahun. Katanya dia kecelakaan ya, acara sempet di bubarin waktu itu. Kok bisa sih?”

"Kita juga nggak tau, tapi ada kabar yang bilang kalo dia...buta gara gara kecelakaan itu"

Vanya membelalakan matanya. "Serius lo?!"

Maria mengangguk.

"Aksa...buta?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel