5. Arga
"Mamah masih nggak nyangka, anak mamah harus mengalami keadaan seperti ini.” Savira, mamahnya Aksa menatap iba anaknya yang tengah berbaring lemah di brankar rumah sakit.
Aksa menghela napas berat. "Mah...udah berapa kali mamah ngomong itu terus. Aku nggak apa apa kok mah, masih baik tuhan nggak ngambil nyawa aku"
"Bener kata kamu sayang, tapi mamah nggak tega liat kamu__"
"Aku nggak apa apa mah" Aksa tersenyum tegar, berusaha meyakinkan pada mamahnya itu kalau dia tak apa apa. Savira luluh, ia mengusap rambut Aksa.
"Mamah tinggal sebentar ya, mamah mau ke toilet dulu" Aksa mengangguk seraya mengiyakan ucapan mamahnya. Savira tak kuat melihat anaknya seperti itu, terkadang ia berfikir kenapa tak ia saja yang mengalaminya, jangan anaknya.
"Lani, kamu jaga abang kamu dulu ya. Mamah mau ke toilet sebentar"
Lani mengangguk. "Iya mah"
"Papah kamu masih belum dateng?" Lani menggeleng.
"Belum mah"
"Yaudah, mamah ke toilet dulu ya" setelah savira berlalu, Lani menghampiri Aksa dan duduk di samping brankar Aksa.
"Bang, Lani yakin kok bang Aksa kuat. Bang Aksa harus sembuh ya,” ujar Lani, berusaha untuk meyakinkan Aksa. Aksa tersenyum, seraya mengangguk.
"Makasih ya Lan, pasti Abang sembuh kok. kamu nggak sekolah?"
Lani menggeleng. "Enggak bang, Lagian di sekolah cuma gitu gitu aja. Terus Lani juga mau tau kondisi bang Aksa.”
"Bilang aja kamu males sekolah kan?"
Lani terkekeh. "Bisa dibilang, itu lebih tepatnya sih"
Lani menoleh, ketika pintu ruangan Aksa ada yang mengetuk dan terbuka menampilkan seorang dokter cantik yang kini tersenyum padanya.
"Siapa Lan?" Tanya Aksa yang juga mendengar suara pintu terbuka.
"Selamat siang, dengan keluarga pasien yang bernama Aksa?" Aksa tertegun mendengar suara itu, ia tahu persis itu suara siapa.
Lani mengerjapkan kedua matanya. "I..iya, selamat siang dokter...saya adiknya pasien"
Alicia tersenyum. "Sekarang jadwal pemeriksaan terakhir ya, silahkan menunggu di luar biar pasiennya saya periksa dulu sudah boleh pulang atau tidak"
Lani mengangguk. "Baik dokter" setelah itu Lani berlalu keluar ruangan.
"Kamu...Caca kan?" Alicia tidak menjawab ucapan Aksa, ia malah fokus memeriksa kondisi Aksa.
"Hari ini anda sudah di perbolehkan pulang, karena kondisi anda sudah membaik, sebentar lagi suster akan datang untuk mengganti perban. Setelah itu anda dapat beristirahat di rumah"
"Ca...kamu Caca kan?" Tanya Aksa.
Alicia terkekeh kecil. "Iya Aksa, ini aku.”
"Kok kamu yang meriksa aku sih? Bukannya__"
"Dokter Fandi lagi ada tugas di rumah sakit lain, makanya aku yang gantiin dia,” jelas Alicia.
Aksa mengangguk paham. "Oh iya, tadi aku nanya ke dokter Fandi tentang dokter Caca. Kok dia malah bilang nggak tau sih? Terus katanya di Rumah sakit ini nggak ada yang namanya Dokter Caca. Padahal, kamu Dokter kan Ca?”
Alicia terkekeh. "Ya pantes Dokter Fandi nggak tau, dia bener kok. Di rumah sakit ini tuh nggak ada yang namanya Dokter Caca. Adanya Dokter Alicia.”
"Dokter Alicia?"
"Ya, karena panggilan Caca itu panggilan khusus aku"
Aksa mengernyitkan keningnya. "Panggilan khusus?”"
"Panggilan khusus dari orang orang yang spesial di hidup aku"
.............................................................
Aksa menarik napasnya dalam dalam, kemarin ia sudah di perbolehkan pulang dari Rumah sakit. Tentu saja Aksa senang, walaupun di sisi lain ia merindukan Caca. Aksa tidak tau, kenapa Caca selalu ada di pikirannya akhir akhir ini.
Aksa menghela napasnya, sekarang ia tengah berada di taman belakang rumahnya. Tempat ini memang menjadi tempat favoritnya sejak dulu untuk menenangkan pikirannya.
"Aksa? Mamah baru aja bikin kue bolu pandan keju kesukaan kamu sayang" Savira menaruh nampan berisi bolu di gazebo.
"Iya mah, Lani kemana mah? Perasaan rumah sepi banget"
"Dia lagi di depan, lagi asik banget nonton drakor. Padahal mamah udah nyuruh dia belajar, dia kan mau kelulusan sebentar lagi. Tapi malah drakor terus yang di pentingin"
Aksa terkekeh. "Biarin lah mah, kan Lani emang gitu"
"Iya sih, tapi kan__"
Ucapan Savira terpotong karena bel rumah mereka berbunyi. "LANI! BUKAIN PINTUNYA NAK" teriak savira menyuh lani untuk membukakan pintu.
"IYA MAH"
"Coba mamah cek dulu ya, siapa tau temen mamah" Savira berlalu untuk mengecek siapa tamu yang datang. Ia mengernyitkan keningnya saat mendengar suara Lani yang tengah meneriaki seseorang.
Mata savira terbuka saat mengetahui siapa tamu yang datang ke rumahnya.
"Arga?"
"Hai tante" Arga menyalimi Savira.
"Tante sejak kapan melihara penyihir tan?" Ujar Arga seraya melirik pada Lani. Sedangkan perempuan itu kini tengah melotot kesal pada Arga.
Savira terkekeh. "Masuk dulu yuk, ngobrolnya di dalam" Savira membiarkan Lani dan Arga masuk terlebih dahulu setelah ia menutup pintu, ia menyusul mereka ke ruang tamu.
"Mana, katanya bawa oleh oleh" tanya Lani.
"Oleh oleh aja, melek mata lo" Arga mengeluarkan beberapa paper bag dari dalam kopernya, Lalu memberikannya pada Lani. Walaupun ia dan Lani sangat sering bertengkar, tapi Arga sendiri sudah menganggap Lani sebagi Adiknya. Entahlah kalau Lani sendiri menganggap Arga apa.
Lani langsung mengambil paper bag yang di berikan Arga kemudian membukanya.
"Gimana? Keren kan? Gue beli make dollar itu,” ujar Arga dengan percaya diri.
Lani berdecih. "Yaelah bang, baju beginian banyak di pasar tanah Abang. Gue jadi curiga, jangan jangan lo mampir dulu ya ke tanah Abang?!"
Arga membelalak tak terima. "Enak aja, lo liat tuh ada Made in Londonnya"
"Mana ada?" Lani membolak balikkan baju yang di berikan oleh Arga.
"Bacot banget lo ye, masih mending gue inget beliin lo oleh oleh" Lani mencibir Arga. Begitulah mereka kalau sudah bertemu, bagaikan Tom dan Jerry.
Savira menggelengkan kepala melihat tingkah Lani dan Arga yang tak pernah akur kalau bertemu.
"Gimana kabar papah sama mamah di sana Ga?" Savira menaruh nampan berisi minuman di meja.
"Baik tante, dapet salam dari mamah papah"
Savira tersenyum hangat. "Iya, salam balik aja"
"Siap tante" Arga mengambil minuman di meja dan meneguknya.
"Tuh kan mah, nggak sopan emang dia tuh. Orang mah bilang dulu, ini mah main minum aja" Savira terkekeh melihat putrinya yang sangat kesal dengan Arga.
Arga meletakkan kembali gelas di meja. "Elo ya, Emang bener bener! Lagian tan, masa tante baik anaknya nyebelin sih. Ketuker kali tan waktu bayi"
Lani melotot tak terima. "Mamah, masa Lani dibilang anak tukeran"
Savira tertawa renyah. "Udah udah, mamah mau ke dapur dulu mau ambil kue"
Lani mendengus kesal dan menatap sinis pada Arga. Sedangkan Arga hanya menjulurkan lidahnya untuk meledek lani.
"Eh iya Lan" Lani hanya berdehem kesal.
"Aksa mana?"
Lani mengulum bibirnya. "Emmm, ad..ada"
Arga mengernyit heran. "Kenapa sih?"
"Enghh..jadi sebenernya bang aksa sekarang...buta"
