Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

4. Menggantikan

Hari ini Alicia bisa lebih santai untuk berangkat ke rumah sakit, karena kebetulan jadwal kerjanya siang. Tadi malam orang bengkel Rendi mengembalikan mobilnya dan kondisi mobilnya sekarang sudah membaik. Alicia melihat sekilas jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Dia berdecak kesal saat melihat jam masih menunjukkan pukul 08.00 sedangkan jadwalnya jam 09.00 masih ada waktu 1 jam untuk bersantai. Namun sekarang dia bingung ingin melakukan apa. Sedangkan saat ini dia hanya terdiam di dalam mobil, entah apa yang ingin dilakukannya.

Alicia terperanjat saat tiba tiba dari luar kaca mobilnya ada yang mengetuk.

"Rendi?" Gumamnya saat mengetahui siapa yang mengetuk kaca mobilnya. Perlahan Alicia membuka kaca mobilnya dan benar saja, Rendi kini tengah tersenyum padanya. Senyuman yang entah kenapa tidak bisa ia lupakan.

"Lic?"

Alicia mengerjapkan matanya. "Ah, iya?"

"Kamu ngapain disini? Nggak masuk? Apa belum ada jadwal?"

"Jadwal aku masih 1 jam lagi"

Rendi mengangguk mengerti. "Sama aku juga, bahkan aku masih 2 jam lagi. Kalo gitu, mau ngopi bareng? Tawaran kemaren masih berlaku loh"

Alicia tampak menimbang ajakan Rendi lalu ia mengangguk pelan, tanda ia meng-iya-kan ajakan Rendi. Rendi tersenyum senang. "Yaudah, yuk"

Alicia keluar dari mobil dan tak lupa mengunci pintu mobilnya sebelum beranjak.

"Kita mau ke kafe mana? Katanya, Dilla punya kafe juga deket sini,” ujar Alicia.

"Emm, aku nggak tau kafe Dilla dimana, jadi kita ke kafe yang aku tau aja ya.” Rendi mengalihkan pandangannya dari Alicia. Alicia mengernyitkan keningnya. "Nggak tau?"

“Serius Lic, tadi tuh gue liat Rendi sama Vanya ada di kafe gue. Dan mereka tuh kayak deket banget gitu.”

Ingatan Alicia beralih pada perkataan Dilla kemarin, tidak mungkin bukan sahabatnya itu berbohong.

Rendi melirik sekilas pada Alicia. "Mampus gue, jangan jangan Dilla udah ngasih tau duluan lagi kalo kemaren gue ke kafe dia bareng Vanya." batin Rendi.

"Emm, lagian...di kafe yang aku tau ini lebih deket, terus ada diskon juga,” ujar Rendi berusaha untuk menutupi kebohongannya.

"Yaudah, terserah.” Alicia mengangguk, Rendi tersenyum lega.

Setelah sampai di kafe, Rendi menarik kursi untuk Alicia. Alicia berterima kasih dan duduk disana setelah itu mereka langsung memesan kopi yang menjadi menu favorit disana. Tak butuh waktu lama, akhirnya pesanan mereka datang. "Cobain Lic, di tempat ini tuh kopinya terkenal enak"

Alicia tersenyum simpul dan mencoba makanan pesanannya. "Gimana? Enak kan?" Alicia menatap Rendi sebentar kemudian mengangguk.

Rendi tersenyum simpul. "Alicia"

Lagi lagi Alicia hanya membalas dengan tatapan. "Sebelumnya...aku mau minta maaf sama kamu, aku...mau kita bisa deket lagi kayak dulu Lic.” Perkataan Rendi, entah kenapa membuat Alicia tak mood untuk meminum kopinya lagi.

Alicia mengerutkan keningnya. Kopi di tangannya ia taruh di meja dengan sedikit kasar, seakan malas dengan pembicaraan Rendi yang sekarang.

"Ren, aku sebenernya nerima ajakan kamu karena emang aku lagi kosong dan nggak ada maksud lain." Alicia memalingkan wajahnya.

Rendi tertegun dengan ucapan Alicia. "Oke, aku minta maaf kalo buat kamu nggak nyaman. Tapi aku cuma mau omongin yang sebenarnya sebentar sama kamu lic"

Alicia melirik ke arah jam tangannya. "Udah hampir jam sembilan. Aku harus nemuin Dokter Darren dulu"

Alicia mengambil tas di kursi sebelahnya kemudian mengambil 2 lembar uang berwarna merah, setelah itu meletakkannya begitu saja di meja. Kemudian ia pergi berlalu tanpa berbicara pada Rendi apalagi memperdulikan teriakan Rendi yang terus memanggilnya.

Alicia yang sekarang bukan Alicia yang gampang di bodohi, ia sudah muak dengan apa yang dulu Rendi sudah lakukan padanya.

.............................................................

"Menurut hasil pemeriksaan, anda sudah boleh pulang hari ini. Tapi, nanti sebelum pulang anda harus melakukan pemeriksaan terakhir dan sekaligus penggantian perban luka di kepala anda." Aksa tersenyum senang mendengar kabar dari dokter yang memeriksanya saat ini.

"Alhamdulillah kalo gitu dok, jam berapa ya dok pemeriksaan terakhirnya?"

"Kira kira sesudah makan siang"

Aksa mengangguk paham. Tiba tiba ia teringat dengan perempuan yang ia temui di taman rumah sakit.

"Oh iya dok, saya mau tanya...disini ada yang namanya dokter Caca?"

Dokter Fandi alias dokter yang dihadapan Aksa malah mengernyitkan keningnya. "Dokter Caca? Setahu saya, di rumah sakit ini tidak ada yang namanya Dokter Caca"

"Enggak ada?" Aksa mengernyitkan keningnya. Lalu kenapa kata papahnya, perempuan itu adalah dokter?

"Ya, disini tidak ada yang namanya dokter Caca. Menurut saya.."

Aksa tersenyum paham. "Yasudah, terima kasih ya dok.” Fandi mengiyakan ucapan Aksa, setelah itu pamit untuk berlalu.

Setelah Fandi berlalu, Adrian datang menghampiri Aksa. "Apa kata dokter Fandi tadi sayang?"

"Katanya aku udah boleh pulang hari ini pah, tapi setelah pemeriksaan terakhir." Adrian menghela napas lega.

"Bagus kalo gitu, pemeriksaan terakhir kapan?"

"Katanya sih sesudah makan siang, oh iya...Mamah sama Lani kemana pah?"

"Mereka tadi lagi sarapan di kantin.” Aksa mengangguk paham, kemudian ia teringat dengan perempuan yang bernama Caca itu.

"Pah, aku mau nanya sesuatu"

Adrian mengernyitkan keningnya. "Apa nak?”

“Soal..dokter yang papah suruh buat jaga aku kemarin..”

.............................................................

Alicia menghela napasnya, sekarang sudah waktunya makan siang. Tapi Alicia sangat tidak mood untuk sekedar berjalan ke kantin, ucapan Rendi di kafe tadi terus terbayang bayang di pikirannya. Alicia berusaha menepisnya, namun tetap saja perasaan dan ucapan ucapan itu terdengar seperti kaset rusak di pikiran dan hatinya.

Ting!

Alicia tersadar dari lamunannya, ia mengambil ponselnya dan melihat notif pesan di ponselnya. Pesan itu ternyata dari omnya yang menyuruh Alicia untuk segera ke ruangannya. Setelah membalas pesan dari omnya, Alicia bergegas untuk menuju ruangan omnya itu. Ia tak mau di ceramahi oleh omnya karena tidak tepat waktu.

Setelah sampai di depan ruangan omnya, Alicia mengetuk pintu ruangan omnya terlebih dahulu. Ia memasuki ruangan itu setelah omnya itu menyuruhnya masuk.

Alicia mengangkat kedua alisnya saat melihat ada tamu di ruangan omnya itu. "Akhirnya kamu datang juga, duduk dulu.” Alicia tersenyum kemudian duduk di samping tamu omnya.

"Alicia, kenalin ini Dokter Fandi. Dokter Fandi, dia adalah keponakan saya." Dokter Fandi tersenyum lalu mengulurkan tangannya pada Alicia. Alicia membalas senyuman lalu menerima uluran tangan Dokter Fandi.

"Fandi"

"Alicia"

"Jadi begini Alicia, nanti sesudah makan siang Dokter Fandi ada jadwal pemeriksaan terakhir pasien, tapi dia tidak bisa karena dia ada jadwal pemeriksaan di Rumah sakit lain. Makanya, om meminta kamu untuk menggantikan sementara tugas dokter Fandi itu."

Alicia mengangguk paham. "Yasudah, tidak masalah.”

"Saya minta maaf, karena harus menggantikan saya waktu anda jadi terbuang,” ujar Fandi.

Alicia menggeleng seraya tersenyum. "Enggak masalah kok Dokter Fandi, lagipula sesudah jam makan makan siang ini jadwal saya kosong"

Fandi mengangguk seraya tersenyum. "Saya berterima kasih sekali pada Dokter Alicia, saya harus pamit sekarang Dokter Darren"

Darren mengangguk. "Baiklah, selamat bertugas" setelah pamit, Fandi keluar dari ruangan Darren.

"Kamu sudah makan?" Tanya Darren pada Alicia.

Alicia menggeleng. "Males"

Darren menghela napasnya, ia mengambil sebuah kotak makan di dalam tasnya kemudian memberikannya pada Alicia. "Tadi pagi om bikin, cobain ya" Alicia tersenyum dan menerima kotak makan yang di berikan Darren.

"Ini serius om yang bikin?"

"Kamu nggak percaya?"

Alicia terkekeh. "Percaya kok om, kan om aku jago banget masak. Yaudah, aku mau bawa ke ruangan aku ya" Darren mengangguk, setelah itu Alicia berlalu untuk mencoba masakan om nya itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel